LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR
AGRONOMI
BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans L. poir)
Oleh :
Nama :
Jeky Miharja
NPM :
E1J014144
Program Stud :
Agroekoteknologi
Dosen Pembimbing :
Dr. Ir Reny Herawaty
Co. Ass/ NPM : Dedi Rian
Shif Praktikum : Kamis, 10.00-12.00 WIB
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kangkung
merupakan salah satu anggota famili Convolvulaceae. Tanaman kangkung dapat
digolongkan sebagai tanaman sayur. Kangkung terdiri dari beberapa jenis,
diantaranya kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk), kangkung darat (Ipomoea
reptans Poir), dan kangkung hutan (Ipomoea crassiculatus Rob.).
Kangkung
darat (Ipomoea reptans Poir) merupakan sayuran yang bernilai ekonomi dan
persebarannya meluas cukup pesat di daerah Asia Tenggara. Beberapa negara yang
merintis pembudidayaan tanaman kangkung secara intensif dan komersial adalah
Taiwan, Thailand, Filipina, dan Indonesia. Kangkung darat umumnya dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia dan dapat menjadi salah satu menu di rumah-rumah
makan (Rukmana, 1994).
Kangkung
darat merupakan tanaman yang relatif tahan kekeringan dan memiliki daya
adaptasi luas terhadap berbagai keadaan lingkungan tumbuhan, mudah
pemeliharaannya, dan memiliki masa panen yang pendek. Umumnya tanaman kangkung
darat hanya ditanam dilahan pekarangan dan sebagian kecil yang ditanam secara
intensif dilahan kering, sehingga optimalisasi produksi kangkung masih kurang. Saat ini kangkung darat lebih banyak beredar di
pasar-pasar komersial dibanding kangkung air. Kangkung air lebih banyak
dikonsumsi dan ditanam secara subsisten oleh masyarakat. Budidaya kangkung
darat sangat mudah, karena sayuran ini bersiklus panen cepat dan relatif tahan
hama. Karena itulah, harga kangkung dipasaran relatif murah dibanding jenis
sayuran lain.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dilakukan kegiatan praktikum ini adalah mahasiswa mampu mengetahui
bagaimana cara budidaya tanaman kangkung serta mampu menganalisis pertumbuhan
tanaman.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Botani Tanaman Kangkung Darat
Menurut Anggara (2009),
sistematiks tanaman kangkung darat (Ipomoea
reptans L. poir) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae ( tumbuhan )
Subkingdom : Tracheobionta ( berpembuluh )
Superdivisio : Spermatophyta ( menghasilkan biji )
Divisio
: Magnoliophyta ( berbunga )
Kelas
: Magnoliopsida ( berkeping dua / dikotil )
Sub-kelas : Asteridae
Ordo :
Solanales
Familia
: Convolvulaceae ( suku kangkung-kangkungan )
Genus :
Ipomea
Spesies :
Ipomea reptans Poir.
Berdasarkan klasifikasi tanaman kangkung
di atas, maka secara morfologi tanaman kangkung memiliki dua varietas yaitu
kangkung air dan kangkung darat. Kangkung darat, yang mempunyai daun-daun yang
panjang dengan ujung yang runcing, berwarna hijau keputih-putihan dan bunganya
berwarna putih.
Kangkung darat biasanya
ditanam di tempat-tempat yang agak kering, sedangkan kangkung air biasa ditanam
di pinggir-pinggir kolam, rawwa dan lainlain. (Sumaryono, 1984) Kangkung air
(Ipomea aquatic forsk), yang mempunyai daun panjang dengan ujung yang agak
tumpul berwarna hijau kelam dan bunganya berwarna kekuningkuningan atau ungu.
Kangkung air memiliki warna bunga putih kemerah-merahan, ukuran batang dan daun
lebih besar dibandingkan dengan kangkung darat, berbatang hijau dan berbiji
sedikit. Buah kangkung memiliki diameter 7 – 9 mm, halus, berwarna kecoklatan
dan berisi 2 – 4 biji (Westphal, 1994 dalam Sunarjono, 2009).
Kangkung darat memiliki
karakteristik warna bunga putih hingga merah muda, daun agak kecil, warna
batang putih kehijauan hingga keunguan (Palada dan Chang, 2003 dalam Sunarjono
(2009). Kusandryani dan Luthfy, 2006 dalam Sunarjono (2009), menjelaskan
bahwadi Indonesia terdapat kangkung dengan berbagai aksesi seperti aksesi 511
asal Bekasi, 504 asal Bengkulu, 512 asal Cikampek dan sebagainya dengan ciri
tanaman dengan tipe tumbuh tegak, warna daun hijau, batang bulat, bunga
berbentuk terompet dan warna bunga putih. Panjang daun, lebar daun dan umur
berbunga pada aksesi 511 berturut-turut adalah 12,6 cm, 2,95 cm dan 60 hari,
pada aksesi 504 berturut-turut 12,3 cm, 2,95 cm dan 65 hari, sedangkan aksesi
512 memiliki nilai berturut-turut 11,8 cm, 3,35 cm, 63 hari Menurut Williams et
al., (1991), dalam Yusrinawati 2006, daun memiliki panjang 7 – 14 cm, berbentuk
jantung pada pangkalnya dan biasanya runcing pada ujungnya. Batang berongga dan
mengapung pada permukaan. Akar adventif segera tebentuk pada buku batang jika
menyentuh tanah atau lengas.
Pada kondisi hari
pendek, tangkai bunga tegak berkembang pada ketiak daun. Biasanya terbentuk
satu atau dua kuntum bunga berbentuk terompet dengan leher ungu. Warna mahkota
putih, merah jambu muda, atau ungu, berbeda-beda menurut tipe tanaman. Biji
mudah terbentuk dan berkembang dalam bulir polong. Rukmana (1994), menambahkan
bahwa kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu
bulan.
Batang tanaman
berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbaceous) dan
berlubang-lubang. Batang tanaman kangkung tumbuh merambat atau menjalar dengan
percabangan yang banyak. Kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan
cabang-cabang akarnya menjalar keseluruh arah, dapat menembus tanah sampai
kedalaman 60-100 cm serta melebar secara mendatar pada radius 100-150 cm atau
lebih, terutama pada jenis kangkung air. Tangkai daun melekat pada buku-buku
batang dan di ketiak daun terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi
percabangan baru. Bentuk daun umumnya seperti jantung hati, ujung daunnya
meruncing atau tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua dan
permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.
2.2
Syarat Tumbuh
Wahyudi (2010)
menjelaskan bahwa kangkung tumbuh pada tipe tanah lempung, sampai lempung
berpasir, gembur, dan mengandung bahan organik serta lokasi yang terbuka dan
memperoleh sinar matahari langsung, masih bisa ditanam di tanah rawa yang
drainase airnya tidak lancar. Kangkung termasuk tipe sayuran dataran rendah
yang pertumbuhannya kurang optimal bila ditanam di dataran lebih dari 700 mil
dari permukaan laut (Westphal, 1994 dalam Sunarjono (2009).
Kangkung dapat tumbuh
di daerah dengan iklim panas dan tumbuh optimal pada suhu 25 – 30°C (Palada dan
Chang, 2003 dalam Sunarjono (2009). Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik
dan kemarau yang panjang dengan kelembaban 60%. Kangkung darat tumbuh optimal
pada tanah banyak mengandung bahan organik, tinggi kandungan air dengan pH
5.3-6.0 (Westphal, 1994 dalam Sunarjono (2009).
Emilia dan Ainun, 1999
dalam Selviningsih (2006) mengemukakan bahwa umumnya kangkung merupakan tanaman
hari pendek dan termasuk tipe sayuran dataran rendah. Kangkung jarang tumbuh
pada ketinggian lebih dari 700 m2 karena pada suhu rata-rata 23 0C kecepatan
pertumbuhannya akan mengalami penurunan, oleh karenanya jika dibudidayakan
sebagai sayuran komersial tidak akan memberikan keuntungan pada petani.
Kangkung umumnya tumbuh di daerah yang memiliki garis lintang yang tinggi
seperti Thailand Utara, Vietnam Utara dan Hongkong sebagai sayuran musim panas.
Kangkung dapat tumbuh
dan berproduksi dengan baik jika dibudidayakanpada tempat dengan ketinggian
maksimal 2000 meter diatas permukaan laut.Tanaman ini membutuhkan tanah yang
gembur dan mengandung banyak bahanorganik sebagai tempat tumbuhnya, untuk
kangkung darat khususnya tidakmenyukai lahan yang tergenang karena akarnya
mudah membusuk, sedangkangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang.
Kangkungmembutuhkan lahan yang terbuka atau lahan yang mendapatkan sinar
matahariyang cukup sebagai tempat tumbuhnya, karena di lahan yang ternaungi
tanamankangkung akan tumbuh memanjang.
Tanaman ini tumbuh baik
sepanjang tahun,curah hujan yang optimal untuk kangkung adalah 500 – 5000
mm/tahun. Kangkung merupakan tanaman yang memiliki kemampuan adaptasi yang
tinggisehingga dapat tumbuh dihampir semua kondisi lahan, namun jika ditanam
padalahan yang memiliki suhu udara relatif panas batang tanaman ini akan
mengeras.Waktu bertanam yang baik ialah pada musim hujan untuk kangkung darat
atau
musim kemarau untuk kangkung air
(Sumaryono, 1984).
2.3
Panen Tanaman Kangkung Darat
Perbedaan jumlah biji
yang dihasilkan berpengaruh terhadap perbanyakankangkung. Kangkung darat
diperbanyak melalui biji sedangkan kangkung airmelalui stek pucuk batang.
Menurut Palada dan Chang (2003) dalam Kartika,2008, kangkung dapat dipanen pada
umur 30 – 45 Hari Setelah Tanam (HST)tergantung varietas dan tipe tanaman.
Palada dan Chang (2003) menyatakankangkung dapat dipanen sekali dengan mencabut
tanaman hingga ke akarnya ataubeberapa kali dengan memotong sepanjang 15 – 25 cm
pada bagian batang.
Selanjutnya penelitian
Kusandryani dan Luthfy (2006) dalam Kartika, 2008menunjukkan kangkung aksesi
511, 504 dan 512 masing-masing memiliki umurpanen 42, 43 dan 40 HST.Pemanenan
yang sering dilakukan akan menghambat pembungaan danmenstimulasi pertumbuhan
tunas samping. Tanaman yang tidak dipanenmenyebabkan tunas samping berkembang
menjadi daun yang panjang. Hasilpanen kangkung berbeda-beda disebabkan oleh
faktor genetik tanaman.
Panen pada tanaman
kangkung yang ditanam di darat bisanya dilakukanpada umur 20 – 50 hari setelah
benih disebar. Hasil tanamannya berkisar antara 7– 30 ton/ha produk segar, dan
dapat mencapai 400 ton/ha/tahun. Kangkung yangditanam di air, di Thailand hasil
produksinya dapat mencapai 90 ton/ha produksegar (Hayati, 2005 dalam
Selviningsih 2006).
Kangkung sudah bisa
dipanen pada umur 2 – 3 minggu setelah tanam,yaitu saat panjang batangnya
kira-kira 20 25 cm. Panen perdana ini untukmendapatkan hasil bahan sayuran daun
juga berfungsi untuk merangsangpertumbuhan vegetatif (pucuk-pucuk) berikutnya
yang lebih banyak. Kangkungdapat pula dipangkas sesudah berumur 1,5 bulan dari
saat penanaman. Caramemanen kangkung darat adalah pangkas batangnya dan
menyisakan sekitar 2 – 5cm di atas permukaan tanah atau meninggalkan 2 – 3 buku
tua.
Cara pemanenankangkung
darat juga dapat dilakukan dengan mencabut tanaman beserta denganakar-akarnya
Panen dilakukan pada sore hari dengan tujuan agar tidak mengalamikelayuan yang
drastis akibat pengaruh suhu udara yang panas ataupun teriknya sinar matahari.
Panen dilakukan dengan cara memotong kangkung yang siappanen dengan ciri batang
besar dan berdaun lebar.Selanjutnya Palada dan Chang (2003), menyatakan bahwa
panendilakukan 2 – 3 minggu sekali setiap kali habis panen biasanya akan
terbentuk
cabang-cabang baru. Produksi kangkung
akan menurun baik secara kuantitatifmaupun kualitatif setelah kangkung dipanen
sebanyak 5 kali. Setelah berbungamaka perlu disisakan ± 2 m2agar bijinya dapat
diproduksi sebagai benih. Hal inimembutuhkan waktu ± 40 hari sampai biji
kering.
Tanaman kangkung yang
telah berumur satu tahun biasanya tumbuhlambat, kerdil, dan kurang produktif.
Gejala ini dapat disebabkan oleh tuanyaumur tanaman dan kondisi tanah tidak
subur lagi. Oleh karena itu, tanaman inisebaiknya dilakukan peremajaan kembali.
Pertanaman kangkung dibongkar,tanahnya diolah secara sempurna, dan diberi pupuk
kandang seperti padapermulaan berkebun , kemudian ditanami bahan tanaman
/benih/ bibit baru yangunggul dan sehat.
Wahyudi (2010)
menjelaskan bahwa tahapan panen dan pascapanenkangkung adalah kangkung dapat
dipanen pada umur 20 – 30 HST, melakukanpembasahan lahan (pengairan) menjelang
panen untuk memudahkan pencabutantanaman, mencabut tanaman beserta akarnya
untuk mempertahankan tingkatkesegaran tanaman dalam waktu yang relatif lama,
mengumpulkan hasil panen ditempat pencucian, mencuci kangkung yang telah
dipanen, terutama di bagianakarnya dari bekas-bekas tanah hingga bersih,
menyusun rapi kangkung yangtelah dicuci di rak-rak terbuka untuk
diangin-anginkan dan agar bekas air pencucian bisa tiris dan mengemas kangkung
menggunakan label isolasi denganberat sesuai permintaan pasar. Umumnya, berat
kangkung per ikat sekitar 200gram atau 250 gram.
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Bahan dan Alat
·
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
benih kangkung darat, air, pupuk urea, pupuk KCl, dan pupuk SP 36.
·
Alat yang digunakan adalah parang,cangkul, meter
rool, gembor, tali rapia, pisau, dan
timbangan analitik, mistar dan alat tulis menulis.
3.2 Pelaksanaan Praktikum
·
Persiapan lahan
Persiapan lahan meliputi perbersihan lahan,
pengolahan tanah, penggemburan tanah,
dan pembuatan bedengan. Luas lahan yang
digunakan adalah 6 m2 (2 m x 3 m ).
·
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menggunakan tugal
dengan jarak tanam 5x 10 cm.
Pada setiap lubang tanam ditanami dua benih
kangkung darat. Setelah benih tumbuh
atau berumur satu minggu melakukan
pengamatan vegetatif dengan menghitung daya
tumbuh benih dan besar persentasenya.
·
Aplikasi pemupukan
Pemupukan dasar diaplikasikan dengan dosis
sebagai berikut :
1.
Urea : 50 Kg/ha maka dosis yang diperlukan untuk lahan
tanam hanya sebanyak 0,03 Kg atau 30 gram/ 6 m2
2.
SP 36 : 25 Kg/ha maka dosis yang diperlukan untuk lahan
tanam hanya sebanyak 0,015 Kg atau 15 gram/ 6 m2
3.
KCl : 25 Kg/ha maka dosis yang diperlukan untuk lahan
tanam hanya sebanyak 0,015 Kg atau 15 gram/ 6 m2
·
Sampling
Penentuan
tanaman sample dilakukan dengan pengundian secara acak. Pada pelaksanaan
ditentukan 30 tanaman sampel.
·
Variabel Pengamatan
Pengamatan
terhadap komponen pertumbuhan dan hasil dilakukan pada 30 tanaman contoh yang
diambil secara acak pada setiap satuan percobaan. Variabel yang diamati adalah
:
1.
Tinggi tanaman (cm)
Tinggi
tanaman diukur dari pangkal batang diatas permukaan tanah sampai
titik
tumbuh tanaman, dilakukan pada tiap minggu dan saat panen.
2.
Jumlah daun (helai)
Daun
yang dihitung adalah daun yang sudah terbuka sempurna pada 30 tanaman
contoh
yang sudah ditentukan secara acak, dilakukan pada tiap minggu.
MST).
3.
Bobot basah per tanaman (g)
Bobot
basah per tanaman contoh diperoleh pada saat tanaman dipanen yaitu
menimbang
tanaman sampel yang sudah ditentukan pada saat panen.
Kegiatan
pemeliharaan meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan dan perlindungan tanaman (pengendalian), antara
lain :
4.pengukuran diameter batang
Dilakukan
dengan menghitung diameter keliling tanaman per sampel dengan menggunakan alat
bantu jangka sorong.
1.
Penyiraman
Penyiraman
dilakukan setelah tanam, selanjutnya disiram pada pagi dan sore hari atau tergantung keadaan cuaca serta
kondisi kelembaban tanah disekitar tanaman. Pada waktu hujan tidak perlu
dilakukan penyiraman.
2.
Penyulaman
Penyulaman
dilakukan dengan maksud agar mengganti benih kangkung yang tidak tumbuh atau
tumbuh tidak normal pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST)
sehingga bisa diperoleh tanaman yang seragam.
3.
Penyiangan
Penyiangan
dilakukan pada gulma yang tumbuh disekitar tanaman pokok, sehingga tidak tedadi
kompetisi atau persaingan terhadap unsur hara, air dan sinar matahari.
Penyiangan dilakukan secara periodik tergantung dari banyaknya gulma/rumput
liar yang tumbuh.
4.
Perlindungan tanaman (pengendalian)
Pengendalian
hama dan penyakit dilakukan secara mekanis yaitu dengan mengambil hama yang
menyerang dan dibunuh atau memangkas bagian tanaman yang sakit.
·
Panen
Pemanenan
dilakukan secara serempak pada seluruh tanaman pada umur empat minggu setelah
tanam (MST). Cara panen tanaman kangkung darat yaitu dengan mencabut seluruh
bagian tanaman.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
4.1.1 Menghitung Daya
Tumbuh Tanaman Kangkung
-
Banyaknya Jumlah Bibit yang di Tanam :
2
biji perlubang : 10 (baris) x 30(jumlah lubang dalam 1 baris) x 1(biji) = 600 biji
Jadi, total biji yang ditanam = 600 biji
-
Banyaknya Jumlah Benih yang Tumbuh :
2
biji perlubang, jumlah tanaman yang tumbuh : 585 batang per lubang dan yang
tidak tumbuh : 15 biji.
·
|
|
·
Daya Tumbuh
Tanaman :
Tabel.1
Pengamatan Pengukuran Minggu Pertama Tinggi Tanaman Dan Helai Daun
|
NO
|
TINGGI TANAMAN (CM)
|
JUMLAH DAUN (CM)
|
|
1
|
7
|
4
|
|
2
|
6
|
4
|
|
3
|
11
|
5
|
|
4
|
2
|
4
|
|
5
|
5
|
4
|
|
6
|
6
|
3
|
|
7
|
5
|
4
|
|
8
|
10
|
5
|
|
9
|
5
|
4
|
|
10
|
7
|
4
|
|
11
|
8
|
4
|
|
12
|
9
|
4
|
|
13
|
9
|
4
|
|
14
|
4
|
3
|
|
15
|
5
|
4
|
|
16
|
5
|
4
|
|
17
|
6
|
4
|
|
18
|
10
|
6
|
|
19
|
6
|
4
|
|
20
|
10
|
6
|
|
21
|
7
|
4
|
|
22
|
6
|
4
|
|
23
|
6
|
4
|
|
24
|
5
|
4
|
|
25
|
11
|
6
|
|
26
|
7
|
4
|
|
27
|
5
|
4
|
|
28
|
8
|
4
|
|
29
|
7
|
4
|
|
30
|
8
|
5
|
|
Rata-rata
|
10
|
3,83
|
|
NO
|
TINGGI TANAMAN (CM)
|
JUMLAH DAUN (CM)
|
|
1
|
10
|
8
|
|
2
|
8
|
6
|
|
3
|
14
|
9
|
|
4
|
3
|
4
|
|
5
|
6
|
6
|
|
6
|
8
|
7
|
|
7
|
7
|
7
|
|
8
|
12
|
7
|
|
9
|
6
|
8
|
|
10
|
9
|
8
|
|
11
|
10
|
8
|
|
12
|
11
|
7
|
|
13
|
11
|
7
|
|
14
|
6
|
8
|
|
15
|
6
|
6
|
|
16
|
7
|
6
|
|
17
|
8
|
8
|
|
18
|
13
|
9
|
|
19
|
8
|
7
|
|
20
|
12
|
9
|
|
21
|
9
|
7
|
|
22
|
8
|
9
|
|
23
|
8
|
7
|
|
24
|
6
|
6
|
|
25
|
13
|
8
|
|
26
|
9
|
7
|
|
27
|
8
|
9
|
|
28
|
10
|
7
|
|
29
|
9
|
7
|
|
30
|
11
|
8
|
|
Rata-rata
|
12,46
|
7,33
|
Tabel.2 Pengamatan Pengukuran
Tinggi Tanaman Dan Helai Daun Minggu Ke
Dua (2)
|
NO
|
TINGGI TANAMAN (CM)
|
JUMLAH DAUN (CM)
|
|
1
|
18
|
9
|
|
2
|
13
|
9
|
|
3
|
15
|
9
|
|
4
|
8
|
7
|
|
5
|
12
|
9
|
|
6
|
14
|
10
|
|
7
|
10
|
9
|
|
8
|
20
|
9
|
|
9
|
10
|
8
|
|
10
|
16
|
10
|
|
11
|
17
|
10
|
|
12
|
13
|
9
|
|
13
|
13
|
8
|
|
14
|
10
|
8
|
|
15
|
13
|
6
|
|
16
|
14
|
8
|
|
17
|
13
|
9
|
|
18
|
16
|
10
|
|
19
|
11
|
8
|
|
20
|
16
|
12
|
|
21
|
12
|
9
|
|
22
|
11
|
9
|
|
23
|
13
|
10
|
|
24
|
9
|
8
|
|
25
|
19
|
9
|
|
26
|
10
|
8
|
|
27
|
10
|
9
|
|
28
|
18
|
8
|
|
29
|
15
|
10
|
|
30
|
18
|
10
|
|
Rata-rata
|
12,66
|
8,9
|
Tabel.3 Pengkuran Minggu Ke Tiga
(3) Tinggi Tanaman Dan Helai Daun
Kurva rata-rata tinggi
tanaman (cm)
Rata-rata
jumlah daun (helai)
Tabel.4
Pengukuran Diameter Batang
|
No
|
Sampel
|
Diameter batang (mm)
|
|
1
|
sampel 1
|
0,74
|
|
2
|
sampel 2
|
0,11
|
|
3
|
sampel 3
|
0,44
|
|
4
|
sampel 4
|
0,41
|
|
5
|
sampel 5
|
0,44
|
|
6
|
sampel 6
|
0,62
|
|
7
|
sampel 7
|
0,34
|
|
8
|
sampel 8
|
0,32
|
|
9
|
sampel 9
|
0,55
|
|
10
|
sampel 10
|
0,62
|
|
11
|
sampel 11
|
0,52
|
|
12
|
sampel 12
|
0,84
|
|
13
|
sampel 13
|
0,84
|
|
14
|
sampel 14
|
0,86
|
|
15
|
sampel 15
|
0,10
|
|
16
|
sampel 16
|
0,63
|
|
17
|
sampel 17
|
0,45
|
|
18
|
sampel 18
|
0,44
|
|
19
|
sampel 19
|
0,51
|
|
20
|
sampel 20
|
0,83
|
|
21
|
sampel 21
|
0,93
|
|
22
|
sampel 22
|
0,61
|
|
23
|
sampel 23
|
0,94
|
|
24
|
sampel 24
|
0,42
|
|
25
|
sampel 25
|
0,34
|
|
26
|
sampel 26
|
0,43
|
|
27
|
sampel 27
|
0,54
|
|
28
|
sampel 28
|
0,74
|
|
29
|
sampel 29
|
0,52
|
|
30
|
sampel 30
|
0,31
|
Tabel.4 Pengukuran Berat Basah
|
NO SAMPEL
|
BERAT DAUN
|
BERAT BATANG
|
BERAT AKAR
|
BERAT TOTAL
|
|
1
|
2,1
|
0,1
|
0,1
|
0,77kg
|
|
2
|
1,9
|
2,5
|
2,9
|
|
|
3
|
2,9
|
2,6
|
1,7
|
|
|
4
|
0,5
|
2,5
|
5,0
|
|
|
5
|
1,2
|
1,5
|
2,4
|
|
|
6
|
1,1
|
0,8
|
2,3
|
|
|
7
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
|
|
8
|
1,7
|
1,6
|
1,5
|
|
|
9
|
2,9
|
2,6
|
1,7
|
|
|
10
|
2,9
|
2,5
|
2,5
|
|
|
11
|
0,1
|
0,8
|
2,3
|
|
|
12
|
0,5
|
0,7
|
2,0
|
|
|
13
|
0,5
|
0,7
|
2,0
|
|
|
14
|
1,8
|
1,7
|
3,1
|
|
|
15
|
2,7
|
2,4
|
2,9
|
|
|
16
|
3,2
|
2,6
|
2,8
|
|
|
17
|
2,5
|
1,5
|
2,9
|
|
|
18
|
0,2
|
0,1
|
2,8
|
|
|
19
|
2,1
|
2,0
|
2,9
|
|
|
20
|
1,4
|
0,4
|
1,6
|
|
|
21
|
1,2
|
0,5
|
2,7
|
|
|
22
|
3,1
|
2,7
|
2,9
|
|
|
23
|
3,2
|
2,9
|
2,7
|
|
|
24
|
2,5
|
1,8
|
2,3
|
|
|
25
|
1,6
|
1,8
|
3,3
|
|
|
26
|
2,4
|
2,5
|
2,9
|
|
|
27
|
2,0
|
2,5
|
2,8
|
|
|
28
|
1,9
|
1,1
|
0,7
|
|
|
29
|
1,4
|
2,4
|
1,8
|
|
|
30
|
1,0
|
0,8
|
1,5
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil kegiatan praktikum yang telah
dilakukan, Pada saat pengolahan lahan, gulma yang tumbuh pada lahan rata-rata
ukurannya tinggi, dan alat-alat yang digunakan pun dalam keadaan kurang baik.
Pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman dilakukan bertujuan agar lahan dapat
dimanfaatkan untuk membudidayakan tanaman kangkung.
Penanaman dilakukan sehari setelah pengolahan lahan, sebelum dilakukan
penanaman, petakan ditaburi dengan pupuk kandang, hal ini dilakukan bertujuan
untuk menambah kandungan unsur hara dalam tanah, bisa saja dilakukan penanaman
tanpa adanya penambahan pupuk tapi mungkin pertumbuhannya akan terhambat dan
kangkung tumbuh kurang subur.
Pupuk kandang dianggap sebagai
pupuk lengkap karena selain menimbulkan tersedianya unsur hara bagi tanaman,
juga mengembangkan kehidupan jasad renik (mikroorganisme) di dalam tanah. Jasad
renik sangat penting bagi kesuburan tanah dan sisa-sisa tanaman yang dapat
diubahnya menjadi humus, senyawa-senyawa tertentu disintesisnya menjadi
bahan-bahan yang berguna bagi tanaman (Mul Mulyani Sutejo, 1995 : 108).
Kemudian diatur jarak untuk lubang
tanam, untuk melubangi dilakukan penugalan dengan menggunakan kayu. Penanaman
dilakukan dengan memasukkan 2 buah benih dalam satu lubang. Adapun prosedur
pengaturan jarak tanam yaitu jarak antar tanaman dalam satu petakan yaitu 5 cm x 10 cm.
Untuk tanaman berbaris jarak tanam dalam barisan
antar barisan menentukan kerapatan (spacing). Jarak tanam antar barisan
ditentukan oleh perlengkapan_perlengkapan untuk penyiangan tangan maupun
tumpang sari. Kecendrungan dewasa ini adalah jarak yang sempit dan perlengkapan
sekarang diarahkan kesana. Kerapatan
tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena koefisien
penggunaan cahaya (Setyati, 2002). Jarak tanam turut mempengaruhi perkembangan
tanaman, menghambat pertumbuhan vegetatif dan produktifitas tanaman akibat
persaingan unsur hara, air dan ruang tumbuh serta mengurangi perkembangan
tinggi dan kedalaman akar. Hal ini sesuai dengan pendapat Gardner, (1991)
menyatakan bahwa Kerapatan tanam merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun yang sangat
menentukan pertumbuhan tanaman juga sangat dipengaruhi oleh kerapatan tanaman
ini, jika kondisi tanaman terlalu rapat maka dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman karena dapat menghambat perkembangan vegetatif dan
menurunkan hasil panen akibat menurunnya laju fotosintesis dan perkembangan
daun.
Dari variabel yang diamati juga
dapat dilihat bahwa banyak faktor lain yang mempengaruhi dari hasil produksi
tanaman, yaitu adanya ketersediaan air yang cukup sehingga tanman tidak
terancam kekeringan. Dapat saya bandingkan dari hasil praktikum 2 orang teman
kelompok saya yang mana hasil produksi tanaman kangkungnya jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil produksi kangkung saya, dan dapat saya ambil beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman saya yaitu : ketersediaan
air yang kurang pada lahan praktikum saya yang menyebabkan kondisi tanaman
kangkung saya mengalami gangguan pertumbuhannya. Selain itu lahan yang saya pakai juga termasuk
tanah miskin yang mana kekurangan unsur hara dan ketika pemupukan adanya
ketidakrataan pemberian pupuk urea dan juga pada saat pemberian pupuk kandang
tidak dapat memenuhi unsur hara yang dibutuhkan dari tanaman kangkung itu
sendiri, karena ketersediaan pupuk yang minimal.
Gbr.1 tanaman
kangkung mulai tumbuh Gbr.2
kangkung berumur 1 minggu
Harusnya
pengamatan dan pengukuran daya tumbuh tanaman dilakukan semenjak kangkung mulai
tumbuh dengan kotiledonnya, namun karena kami tidak mengetahui mengenai hal
tersebut. Maka pengamatan yang disertai dengan pengukuran dilakukan pada
kangkung yang telah berumur 2 minggu. Yang pada sebelumnya telah dilakukan
pennetuan sampel. Sampel ditentukan secara random (acak) sebanyak 30 buah.
Untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur yang dibutuhkan untuk tanaman karena
kurangnya ketersediaan unsur tersebut dalam tanah, maka dilakukan kembali
pemupukan ssetelah kangkung berumur 3 minggu.
Pupuk yang digunakan adalah SP36 sebanyak 15 gr, KCl
5 gr, dan urea 30 gr. Pemberian pupuk
tersebut dialkukan dengan ditaburkan diantara sela pada barisan tanaman.
Gmbr 3.(pada saat penimbangan pupuk)
Gmbr. 4 (KCL, SP36 dan Urea)
Gmbr.5 (Pada saat pemupukan)
Pengamatan dilakukan mengukur tinggi
tanaman, dan menghitung jumlah daun dalam setiap sampel setiap minggunya. Hasil
pengamatan persampel setiap minggunya telah tertera pada hasil, dan pada
lampiran. Tinggi tanaman diukur dari
pangkal titik tumbuh sampai ujung tanaman. Dan
jumlah daun dihitung keseluruhan dalam setiap sampel namun daun yang
dihitung adalah semua daun pada sampel yang telah membuka sempurna.
Sesuai dengan hasil pengamatan, tinggi tanaman dalam
satu petakan tersebut berbeda-beda hal ini dapat terjadi karena unsur hara yang
terdapat dalam tanah walaupun dalam petakan yang sama namun pertumbuhan tiap
tanaman berbeda, hal ini karena unsur-unsur hara yang tersedia berbeda
jumlahnya . Sehingga jika tanaman yang hidup pada area yang memiliki unsur hara
yang cukup, maka ia akan tumbuh dengan subur. Dan sebaliknya jika tidak pada
area yang kandungan unsur haranya kurang, maka ia akan tumbuh dengan lambat,
batang pendek, kerdil.
Gambar 6.
(pada saat pengukuran tinggi tanaman)
Kangkung darat yang kami budidayakan ini kekurangan
air Setelah umur tanaman kangkung mencapai 4 minggu, kondisi kangkung sudah
menunjukkan indikasi untuk panen yaitu: tinggi tanaman dan jumlah daun sudah
mencapai kestabilan, dan tidak terjadi pertumbuhan yang cepat sperti
pertamabahan tinggi tanamandan penambahan jumlah daun lagi, karena tanaman
sudah berhenti atau proses pertumbuhannya mengurang maka dilakukan pemanenan.
Panen dialakukan dengan
cara mencabut tanaman dari sampai akar. Sebelum dilakukan pemanenan, terlebih
dahulu dilakukan pengukuran tinggi tanaman dan pengitungan jumlah helai daun.
Setelah tahapan pemanenan selesai, maka dilakukan penimabangan bobot seluruh
tanaman dalam satu petakan. Dalam hal ini bobot kangkung dalam petakan yaitu 3,2 kg.
Gbr.7
tanaman siap dipanen
Setelah itu,
dilakukan analisis pertumbuhan tanaman kangkung dengan cara menganilisis
pertumbuhan tanaman pada setiap
sampelnya. Hal-hal yang dilakukan yaitu mennentukan diameter batang
persampel, setelah itu menentukan tingkat kehijauan daun persampel, diameter
batang dengan alat bantu jangka sorong, menentukan berat daun, berat akar, berat
batang, dengan cara ditimbang dengan menggunakan timbangan
analitik,
Rata-rata dari hasil analisis
pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun menunjukkan pertambahan yang signifikan, karena pada
setiap minggunya, tanaman selalu mengalami peningkatan pertumbuhan, hal
ini dapat dilihat pada tabel hasil
pengamatan.
Pengamatan
dilakukan dengan cara menganalisis tinggi tanaman dan jumlah daun bertujuan
untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman, apakah tanaman tersebut sudah
dapat dikatakan pertumbuhannya baik atau kurang baik.
Karena
variabel yang digunakan untuk analaisis mengindikasikan kriteria pertumbuhan
tanaman, jika hasil setiap variabel menunjukkan hasil yang positif, selalu
mengalami peningkatan berarti hal ini dapat dikatakan pertumbuhan tanaman
kangkung yang ditanaman secara lapang sesuai dengan prosedur yaitu dengan
perlakuan pemberian pupuk kandang sebanyak 12 kg perpetakan,
pemberian pupuk (SP36, KCL, Urea) masing-masing sebanyak 15 gr, 15 gr, 30 gr. Hasil produksi dapat dikatakan kurang
baik, karena jika dibandingkan dengan hasil produksi pada petakan yang lainnya,
hasil produksi pada petakan saya lebih rendah, hal ini dapat dilihat pada kurva
perbandingan hasil rata-rata pertumbuhan tanaman dari minggu ke minggu baik
tinggi tanaman jumlah daun
Dari hasil produksi yang didapat, dapat diambil
anggapan bahwa hasil produksi tanaman kangkung saya kurang maksimal dikarenakan
kondisi lahan yang kurang tersediaan
pupuk sebagai unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pertumbuhan
tanaman kangkung darat pada praktikum ini kurang memadai menyebabkan
pertumbuhan kangkung menjadi kurang maksimal produksinya. Dengan pemberian
pupuk terhadap tanaman kangkung, maka
tanah mempunyai unsur hara yang cukup
untuk pertumbuhan tanaman kangkung. Setiap meningkatnya tinggi tanaman,
jumlah daun yang dimiliki juga ikut bertambah. Perbedaan jumlah daun yang
terjadi setiap tanaman, menjelaskan korelasi antara pertumbuhan tanaman dan
daun. Sehingga pertumbuhan tunas yang aktif akan menyebabkan pembentukan daun
yang aktif.
Ketersediaan unsur hara sangat menetukan produksi saat pemanenan.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan pada praktikum
dasar-dasar agronomi tentang budidaya tanaman kangkung darat kali ini yaitu
pada penggunaan pupuk organik kompos
yang digunakan benar-benar pupuk kompos yang telah terurai. Dan para dosen dan
coass selalu membimbing praktikan di lahan jika terjadinya keadaan lahan dan
kondisi tanaman kurang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggara, R. 2009. Pengaruh Kangkung
Darat (Ipomea reptans Poir.) Terhadap Efek Sedasi
Pada Mencit BALB/C.
Fakultas Kedokteran UniversitasDiponegoro. Semarang.
Harjadi, S.S. 1993. PengantarAgronomi. PT. Gramedia. Jakarta
Kartika, J.G., D.S.Anas. 2008.
Phosphorus Correlation Study for Vegetable Grown in
Ultisols. Nangung,
Bogor. Sanrem CRSP Working Paper no. 07-08.
Palada, M. C. dan Chang L. C. 2003.
Suggested Cultural Practices For Vegetable Amaranth.
Asian Vegetable
Research and Development Center.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Kangkung.
Kanisius Yogyakarta.
Selviningsih, Lina. 2006. Kajian
berbagai padatan tanam terhadap pertumbuhan dan
pertumbuhan dan hasil
dua kultivar tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir).
Prosiding seminar.
Sumaryono. 1984. Kunci Bercocok Tanam
Sayur-Sayuran Penting di Indonesia.Seminar.
Indonesia.
Sunarjono, H. 2003. Bertanam 30 Jenis
Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yusrinawati, A., dkk. 2006. Pengaruh
pemberian beberapa macam pupuk daun terhadap
pertumbuhan
dan hasil tiga varietas kangkung darat (Ipomoea reptans) di lahan pasir pantai.
Prosiding seminar skripsi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Pengamatan
Pengukuran Minggu Pertama Tinggi Tanaman Dan Helai Daun
|
NO
|
TINGGI TANAMAN (CM)
|
JUMLAH DAUN (CM)
|
|
1
|
7
|
4
|
|
2
|
6
|
4
|
|
3
|
11
|
5
|
|
4
|
2
|
4
|
|
5
|
5
|
4
|
|
6
|
6
|
3
|
|
7
|
5
|
4
|
|
8
|
10
|
5
|
|
9
|
5
|
4
|
|
10
|
7
|
4
|
|
11
|
8
|
4
|
|
12
|
9
|
4
|
|
13
|
9
|
4
|
|
14
|
4
|
3
|
|
15
|
5
|
4
|
|
16
|
5
|
4
|
|
17
|
6
|
4
|
|
18
|
10
|
6
|
|
19
|
6
|
4
|
|
20
|
10
|
6
|
|
21
|
7
|
4
|
|
22
|
6
|
4
|
|
23
|
6
|
4
|
|
24
|
5
|
4
|
|
25
|
11
|
6
|
|
26
|
7
|
4
|
|
27
|
5
|
4
|
|
28
|
8
|
4
|
|
29
|
7
|
4
|
|
30
|
8
|
5
|
|
NO
|
TINGGI TANAMAN (CM)
|
JUMLAH DAUN (CM)
|
|
1
|
18
|
9
|
|
2
|
13
|
9
|
|
3
|
15
|
9
|
|
4
|
8
|
7
|
|
5
|
12
|
9
|
|
6
|
14
|
10
|
|
7
|
10
|
9
|
|
8
|
20
|
9
|
|
9
|
10
|
8
|
|
10
|
16
|
10
|
|
11
|
17
|
10
|
|
12
|
13
|
9
|
|
13
|
13
|
8
|
|
14
|
10
|
8
|
|
15
|
13
|
6
|
|
16
|
14
|
8
|
|
17
|
13
|
9
|
|
18
|
16
|
10
|
|
19
|
11
|
8
|
|
20
|
16
|
12
|
|
21
|
12
|
9
|
|
22
|
11
|
9
|
|
23
|
13
|
10
|
|
24
|
9
|
8
|
|
25
|
19
|
9
|
|
26
|
10
|
8
|
|
27
|
10
|
9
|
|
28
|
18
|
8
|
|
29
|
15
|
10
|
|
30
|
18
|
10
|
|
|
|
|
Tabel.3 Pengkuran
Minggu Ke Tiga (3) Tinggi Tanaman Dan Helai Daun
|
NO
|
TINGGI TANAMAN (CM)
|
JUMLAH DAUN (CM)
|
|
1
|
10
|
8
|
|
2
|
8
|
6
|
|
3
|
14
|
9
|
|
4
|
3
|
4
|
|
5
|
6
|
6
|
|
6
|
8
|
7
|
|
7
|
7
|
7
|
|
8
|
12
|
7
|
|
9
|
6
|
8
|
|
10
|
9
|
8
|
|
11
|
10
|
8
|
|
12
|
11
|
7
|
|
13
|
11
|
7
|
|
14
|
6
|
8
|
|
15
|
6
|
6
|
|
16
|
7
|
6
|
|
17
|
8
|
8
|
|
18
|
13
|
9
|
|
19
|
8
|
7
|
|
20
|
12
|
9
|
|
21
|
9
|
7
|
|
22
|
8
|
9
|
|
23
|
8
|
7
|
|
24
|
6
|
6
|
|
25
|
13
|
8
|
|
26
|
9
|
7
|
|
27
|
8
|
9
|
|
28
|
10
|
7
|
|
29
|
9
|
7
|
|
30
|
11
|
8
|
|
|
|
|
Pengamatan
Pengukuran Tinggi Tanaman Dan Helai Daun
Minggu Ke Dua (2)
Pengukuran Diameter Batang
|
No
|
Sampel
|
Diameter batang (mm)
|
|
1
|
sampel 1
|
0,74
|
|
2
|
sampel 2
|
0,11
|
|
3
|
sampel 3
|
0,44
|
|
4
|
sampel 4
|
0,41
|
|
5
|
sampel 5
|
0,44
|
|
6
|
sampel 6
|
0,62
|
|
7
|
sampel 7
|
0,34
|
|
8
|
sampel 8
|
0,32
|
|
9
|
sampel 9
|
0,55
|
|
10
|
sampel 10
|
0,62
|
|
11
|
sampel 11
|
0,52
|
|
12
|
sampel 12
|
0,84
|
|
13
|
sampel 13
|
0,84
|
|
14
|
sampel 14
|
0,86
|
|
15
|
sampel 15
|
0,10
|
|
16
|
sampel 16
|
0,63
|
|
17
|
sampel 17
|
0,45
|
|
18
|
sampel 18
|
0,44
|
|
19
|
sampel 19
|
0,51
|
|
20
|
sampel 20
|
0,83
|
|
21
|
sampel 21
|
0,93
|
|
22
|
sampel 22
|
0,61
|
|
23
|
sampel 23
|
0,94
|
|
24
|
sampel 24
|
0,42
|
|
25
|
sampel 25
|
0,34
|
|
26
|
sampel 26
|
0,43
|
|
27
|
sampel 27
|
0,54
|
|
28
|
sampel 28
|
0,74
|
|
29
|
sampel 29
|
0,52
|
|
30
|
sampel 30
|
0,31
|
No comments:
Post a Comment