LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA 5
“DISTRIBUSI UKURAN
PARTIKEL DAN TEKSTUR”

Oleh:
Nama : Jeky Miharja
NPM :
E1J014144
Co-Ass : Zainal Arifin
LABORATORIUM ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Distribusi ukuran partikel adalah
parameter dari ukuran distribusi partikel primer di dalam contoh tanah.
Partikel-partikel tanah mencakup sebaran yang sangat besar, mulai dari batu
(> 0,2 m) hingga liat (< 2 μm). Namun partikel-partikel yang
dikategorikan sebagai bahan pembentuk tanah adalah berukuran < 2 mm dan
dibagi menjadi tiga kelompok utama: pasir, debu, dan liat. Batasan dari ketiga
fraksi tersebut sangat tergantung pada sistem klasifikasi yang digunakan.
Besarnya partikel tanah relative
sangat kecil, diistilahkan dengan tekstur menunjukkan sifat halus atau kasarnya
butiran-butiran tanah. Lebih khas lagi tekstur ditentukan oleh perimbangan
kandungan antara pasir, debu, dan liat yang terdapat dalam tanah. Dalam
pengukuran tekstur tanah, kerikil dan partikel yang lebih besar idak
doperhitungkan.
Tekstur tanah yang terlibat dalam
butiran berjarak dari diameter 2000 μ (2 mm) samp[ai ukuran 0,001 mikro (10-6
mm) tiap unit ukuran itu adalah kelipatan sepuluh. (Rifa’i, 1985:22)
Bagian padat tanah terdiri dari bahan
organik dan bahan anorganik tanah, untuk tanah-tanah mineral yang merupakan
bagian terbesar tanah pertanian, sebagian besar padatannya merupakan bahan
anorganik dan hanya sebagian kecil (pada umumnya < 5%) merupakan bahan
organik untuk keperluan tanah pertanian. Bersdasarkan ukuran bahan padatan
tanah digolongkan menjad 3 partikel atau juga disebut separate penyusun tanah,
yaitu pasir, debu, dan liat. (Utomo,
1995:14)
Sebenarnya pada tekstur tanah liat.
Liat merupakan fraksi tanah yang aktif sedangkan dan pasir hanya sebagai
penyususun kerangka tanah. Jadi yang penting untuk kita ketahui dalam bidang
pertanian adalah bagaimana perbandingan yang paling ideal antara pasir, debu
dan liat. Lempung merupakan gabungan dari debu dan liat yang perbandingan
relatif sama. Tanah lempung inilah yang paling baik untuk tanah pertanian.
Dengan segi tiga tektur kami akan mencoba menyelidiki dan menentukan apakah
baik untuk pertanian atau tidak maka dengan adanya acara praktikum ini semoga kami mampu mempraktekannya dilapangan.
1.2
TUJUAN
1.2.1
Menetapkan distribusi ukuran
partikel tanah
1.2.2
Menetapkan kelas tekstur tanah
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Tekstur tanah
menunjukkan komposisi penyusun tanah (separate) yang dinyatakan sebagai
perbandingan proporsi (%) relative angka fraksi pasir berdiameter 2 – 0,2 mm
atau 2000 – 200 μm, debu berdiameter 0,2 – 0,002 mm atau 200 – 0,2 μm, dan liat
< 2 μm. Partikel berukuran > 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil
tidak tergolong sebagai fraksi tanah, tetapi harus diperhitungkan dalam
evaluasi tekstur tanah. (Hanafiah,
2005:61)
Tanah sebagai
susunan yang paling mengikat partikel-partikel tanah. Ikatan partikel tanah itu
berwujud sebagai agregat tanah yang membentuk dirinya. Tanah tersebut terdiri
dari bahan padat, bahan cair dan gas serta jasad hidup. Bahan padat terdiri
dari bahan organik dan bahan anorganik. Tanah yang anorganik terdapat dalam
bermacam-macam bentuk dan ukurannya. Berdasarkan ukurannya dibagi atas beberapa
fraksi atau golongan yaitu fraksi batu ukurannya sebesar dari 10 mm, fraksi
kerikil antara 2 mm sampai 10 mm fraksi pasir antara 0,05 sampai dengan 2 mm.
Fraksi debu antara 0,02 sampai dengan 0,05 mm dan liat berukuran kecil dari
0,02 mm (Darmawijaya Isa, 1992)
Tekstur tanah
dalam turut menentukan tata air dalam tanah dan besar kecilnya aliran air
permukaan ditentukan oleh:
1.
Kecepatan infiltrasi, yitu
kemampuan tanah untuk merembeskan aur yang biasanya dinili dalam mm setiap
satuan waktu.
2.
Kemampuan menetrasi atau
permeabilitas air yang ada di lapisan tanah yang beralinan atau lebih jelasnya
lagi kemampuan air yang terdapat pada suatu lapisan untuk menembus lapisan lain
yang ada di bawahnya.
(Kartasapoetra, 2000)
Tekstur tanah
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konsistensi dan struktur tanah.
Sehingga tanah berpasir selalu lapas dan berbutir-butir tunggal, sedangkan
lempung selalu sangat teguh dan hamper selalu mampat. Tekstur turut menentukan
letak air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi, dan kemampuan
penyerapan air oleh tanah. (Darmawijaya,
1992)
Tekstur suatu
horizon tanah merupakan sifat yang hampir tidak berubah, berlainan dengan
struktur dan konsentrasi. Memang kadang-kadang didapati perubahan dalam lapisan
itu sendiri karena dipindahkannya lapisan permuakan atau berkembangannya
lapisan permukaan yang baru. Perpindahan
ini dapat disebabkan karena erosi tanah.
Karena sifatnya yang realtif tetap untuk jangka waktu tertentu maka
tekstur tanah sudah lama menjadi dasar klasifikasi fisika tanah. (Darmawijaya, 1992)
Pasir dan debu
tersebut fraksi non aktif yang biasanya dengan bahan-bahan lain membentuk
kerangkan tanah. Liat merupakan fraksi aktif yang termasuk dalam fraksi penting
di dalam tanah karena mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan
pasir dan debu. Ada tiga kelas secara umum tentang tekstur tanah :
a.
Tanah berpasir (sandy soil) tanahnya
yang mengandung pasir yang kadarnya besar dari 70 % tanah ini amat permiabel
terhadap air dan udara tetapi mempunyai daya penahan air yang rendah karena
luas permukaan partikelnya juga rendah.
b.
Tanah Lempung (Loamy Soil) tanah yang
mengandung fraksi debu dan fraksi liat yang mempunyai perbandingan yang
seimbang. Tanah seperti ini amat perlu atau amat baik bagi areal pertanian.
c.
Tanah liat (Clay soil) fraksi
liatnya besar dari 35 % dan tidak akan lebih kecil dari 40 %. Sangat lekat.
Tanah ini cukup baik untuk pertanian persawahan. Untuk Dry-farming pada tanah
ini kelembaban tanahnya harus di perhatikan dan dijaga karena pada tanah ini
jika terlalu kecil akan keras.(Darmawijaya
isa, 1992)
Ketentuan halus dan kasar tekstur tanah akibat dirasakannya
adanya bahan yang halus dan kasar yang membentuk tanah. Fraksi pasir dan
debu ini masih merupakan batu asli
(induk batu) yang dapat pula disebut “reserve mineral” (sumber mineral
cadangan) bagi tanah yang bersangkutan. Pelapukan terhadap kedua fraksi ini
berjalan terus, dan akhirnya lambat laun pasti akan menjadi fraksi liat
seluruhnya. (Rismunandar, 1984)
Berdasarkan kelas
tekstur tanah di kelompokkan lagi menjadi 12 kelompok yaitu pasir, pasir
berlempung, lempung berpasir, lempng, lempung berdebu, debu, lempung berliat,
lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, liat berpasir, liat berdebu dan
liat (Poerwowidodo, 1992)
Pisahan pasir terdiri dari kuarsa, pecahan felspar, mika
dan kdang juga disrkon, turmalin dan hornblende. Pisahan pasir mempunyai matra
nisbi seragam dengan bentuk membulat yang permukaan luarnya sering kasar.
Pisahan debu terdiri dari kumpulan pisahan dengan ukuran dan antara pasir dan
lempung. Gtra fisis-mine logisnya pasir tetapi ukurannya lebih kecil. Luas
persatuan masanya lebih besar dan sering dilapisi lempung yang terrap kuat.
Pada kasus tertentu, pisahan ini memperlihatkan peragai fifikokimiawi, lempung.
Pisahan lempung terdiri dari pelikon-pelokon hasil pelapukkan batuan.pada
bagian lempung yang kasar (Karta Sapoetra, 2000)
Tekstur tanah menggambarkan persentase (berdasarkan
berat) dari ketiga komponen penyusun fraksi mineral tanah, yakni pasir (sand)
debu (silt), dan liat (clay). Ketiga fraksi tanah ini dibedakan satu sama lain
oleh diameter partikel-partikel yang besangkutan. Bagi partikel yang dianggap
tidak bulat dianggap memiliki diameter yang sama dengan rata-rata antara ukuran
maksimum dan minimumnya. Partikel tanah yang mempunyai diameter > 2 mm tidak
termasuk kedalam kelompok tekstur tanah. Partikel-partikel tanah seperti
kerikil dan batu dapat mempengaruhi kemudahan pengolahan tanah. Namun
partikel-partikel tidak berpengaruh secara langsung sifat- sifat dasar tanah
seperti kemampuan penahan air, penyedia hara tanah dan sebagainya.
Setiap partikel tanah memberikan peran yang sangat
penting bagi sifat tanah secara keseluruhan. Liat bersama-sama bahan organik
memegang peran yang sangat penting dalam menahan air tanah serta ketersediaan
hara bagi tanaman. Partikel-partikel yang halus juga berperan bagi agen
perekat. Partikel-partikel tanah yang lebih besar atau kasar untuk membentuk
agregat atau struktur tanah. Sementara itu partikel tanah yang lebih besar lagi
berperan sebagai penyusun kerangka tubuh tanah, mempertanahkan permeabilitas
tanah serta meningkatkan aerasi tanah. Selain itu partikel yang lebih besar ini
juga membuat tanah menjadi lebih tanah terhadap gaya berat yang terjadi di atas
permukaan tanah. (Suhardi, 1997)
BAB III
BAHAN DAN METODE PRATIKUM
3.1
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan adalah contoh tanah yang telah dihaluskan, mixer elektronik, silinder
1-1, beaker 600 ml, timbangan, oven, calgon 5 %, amyl alkohol dan akuades.
3.2
Cara Kerja
Kalibrasi
Hydrometer
3.2.1
Memasukkan 100 ml larutan
larutan calgon 5 % ke dalam silinder sedimentasi kapasitas 1 1 dan menambahkan
akuades dengan suhu ruang hingga mencapai volume 1 1.
3.2.2
Kemudian mengaduk larutan
secara merata dengan alat pengaduk yang digerakkan naik turun dan mencatat
suhunya.
3.2.3
Kegunaan larutan blanko ini
adalah untuk mengoreksi pembacaan hydrometer pada suspensi contoh tanah dan
pembacaan pada kedua larutan tersebt harus dilakukan secara bersamaan.
Dispersi tanah
3.2.1
Menimbang 50 g tanah (Wt) dan
memasukkan ke dalam beaker 600 ml dan kemudian menambahkan 250 ml akuades dan
100 ml 5 % dan membiarkan contoh tanah terendam selama satu malam
3.2.2
Memindahkan suspensi ke
silinder sedimentasi dan menambahkan akuades hingga mencapai volume 1 1.
Pengukuran
hydrometer
3.2.1
Mendiamkan suspensi beberapa
saat sampai suhunya konstan kemudian mencatat suhu tersebut.
3.2.2
Memasukkan alat pengaduk ke
dalam silinder dan aduk isinya secara merata dengan menggerakkan alat tersebut
naik turun kemudian menambahkan satu tetes amyl alkohol bila permukaan suspensi
ditutupi oleh buih.
3.2.3
Setelah pengadukkan selesai,
memasukkan hydrometer ke dalam suspensi dan membaca skala 30 detik (Rl).
Pembacaan ini menunjukkan kandungan liat + debu di dalam suspensi. Mengeluarkan
hydrometer, mencuci dan mengeringkan dengan kain bersih selanjutnya memasukkan
ke dalam larutan blanko, kemudian membaca dan mencatat skalanya.
3.2.4
Mengulangi pembacaan setelah 24
jam. Pembacaan ini digunakan untuk menghitung kandungan liat di dalam suspensi.
Pengitungan
Distribusi Ukuran Partikel
3.2.1
Hidrometer dikalibrasikan pada
suhu 200C, karena itu penghitungan distribusi ukuran partikel harus
didasarkan pada suhu tersebut. Fraksi pasir, liat dan debu dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
Dimana:
R1 = pembacaan hydrometer pada contoh tanah
setelah 24 jam
RL1 = pembacaan hydrometer pada blanko setelah 24
jam
T1 = suhu larutan pada pembacaan 24 jam (0C)
R2 = pembacaan hydrometer pada contoh tanah
setelah 48 jam
RL2 = pembacaan hydrometer pada blanko setelah 48
jam
T2 = suhu larutan pada pembacaan 48 jam (0C)
0,36 = faktor koreksi suhu
La = kadar lengas contoh tanah kering angina (%
berat)
Wt = berat contoh tanah kering angina (50 gr)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil pengamatan
|
Sampel
|
R1
|
R2
|
RL1
|
RL2
|
T1
|
T2
|
La
|
Wt
|
|
Topsoil
|
21
|
12
|
5
|
3
|
28,5
|
29,9
|
0,1
|
50 gr
|
|
SubSoil
|
30,3
|
28
|
5
|
3
|
28,2
|
29,7
|
0,13
|
50 gr
|
Keterangan :
·
R1 = pembacaan hydrometer pada contoh tanah
setelah 30 detik.
·
RL1 = pembacaan hydrometer pada blanko setelah
30 detik.
·
T1 = suhu larutan pada pembacaan 30 detik.
·
R2 = pembacaan hidrometer pada contoh tanah
setelah 24 jam.
·
RL2 = pembacaan hydrometer pada blanko setelah
24 jam .
·
La = kadar lengas contoh tanah kering angin
(% berat)
·
Wt = berat contuh tanah kering angin (50 gr)
A. Top
soil
% pasir = 100 – 
= 100 – 
= 61,77%
% Liat = 
=
= 25,15%
% Debu = 100 – (% pasir + % liat)
= 100 – (62,77 + 25,15)
= 13,04
%
Sub soil
% pasir = 100 –
= 100 – 
= 43,43%
% liat =

= 
=
% debu = 100 –
(% pasir + % liat)
= 100 – (43,43% + 57,05%)
= 0,48%
4.2
PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum dan perhitungan
distribusi ukuran partikel dan tekstur tanah, dapat diketahui bahwa pada
lapisan I (top soil) persentase dari pasir (sand) adalah 61,77 %, liat (clay) 25,15 %, dan debu (silt) 13,04 %. Dapat dilihat
bahwa persen pasir lebih banyak bila dibandingkan dengan persen liat dan persen
debu, sehingga pasir lebih dominan. Sedangkan persen (%) debu dan persen liat
seimbang. Apabila ketiga persen tersebut dimasukkan ke dalam segitiga tekstur
(USDA), maka pada lapisan I terdapat pada kelas Sandy Loam (lempung berpasir). Tanah Lempung (Loamy Soil) adalah tanah
yang mengandung fraksi debu dan fraksi liat yang mempunyai perbandingan yang
seimbang. Tanah seperti ini baik bagi areal pertanian. Tanah sandy loam atau
lempung berpasir, tanah jenis ini biasanya permeable terhadap air, karena lebih
dominant pasir.
Pada lapisan II (sub soil) persentase
dari pasir (sand) adalah 43,43%, liat (clay) 57,05 %, dan debu (silt) 0,48 %. Dapat dilihat bahwa persen liat lebih
banyak bila dibandingkan dengan persen pasir dan persen debu, sehingga liat lebih dominan.
Sedangkan persen (%) debu dan persen
pasir hamper seimbang, tetapi liat lebih bayak dari
debu. Apabila ketiga persen tersebut dimasukkan ke dalam segitiga tekstur
(USDA), maka pada lapisan I terdapat pada kelas Sandy Loam (lempung berpasir).
Lapisan I (top soil) tanahnya
dikategorikan ke dalam kelas Sandy Loam (lempung berpasir). Sedangkan pada lapisan II ( sub soil ) dikategorikan ke dalam kelas liat (clay) Tetapi ada sedikit
perbedaan yaitu kadar persen liat pada tanah lapisan II lebih besar dari persen
liat tanah lapisan I. Karena menurut teori pada lapisan bawah (horizon B) yang
lebih kaya akan liat bila dibandingkan dengan horizon A. Semakin ke horizon B3
maka semakin banyak kandungan litany,
dan pada debu kadar persen debu lapisan i lebih besar pada persentasi debu
lapisan II sehingga menurut
segitiga tekstur menurut sistem klasifikasi USDA adalah sandy clay loam
(lempung liat berpasir).
BAB V
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
5.1.1
Pada lapisan top soil (lapisan
I) didominasi oleh pasir sebesar 61,77 %. Sedangkan persen 25,15% liat dan persen debu 13,04 %
5.1.2
Tanah pada lapisan I (top soil)
termasuk ke dalam kelas Sandy loam atau Lempung berpasir.
5.1.3
Kadar persen liat pada tanah
lapisan II lebih besar dari persen liat tanah lapisan I. Karena lapisan bawah
(horizon B) yang lebih kaya akan liat bila dibandingkan dengan horizon A.
Semakin ke horizon B3 maka semakin banyak kandungan liatnya.
5.1.4
Pada lapisan II (sub soil) didominasi oleh laiat sebesar
5.1.5
Tanah pada lapisan II (sub
soil) termasuk ke dalam kelas Sandy loam atau Lempung berpasir. 57,05
%seadngkan pasir bekisaran 43,43 % dan debu berkisar 0,48 %
5.1.6
Pembentukan tekstur tanah
dilihat dari segi kesuburan tanah sangat penting sekali dengan pertukaran dan
penyanggahan ion-ion hara tanaman dalam tanah makin tinggi kandungan liat makin
tinggi kesuburannya. Tekstur tanah sangat berperan terhadap stuktur tanah, tata
air, tata udara, dan temperature tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah,
Kemas Ali, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Jakarta: Raja Garfindo Persada.
Isa, Darmawijaya. 1992. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gajah
Mada University press.
Kartosapoetra, A.G. 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air.
Jakarta: PT Riko cipta.
Poerwowidodo. 1992. Metode Selidik Tanah. Surabaya: Usaha
Nasaional.
Rafi’i,
Suryatna. 1985. Ilmu Tanah. Bandung:
Angkasa Raya.
Suhardi, M.Sc. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bengkulu:
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Tim Pengasuh Praktikum. 2013. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bengkulu: Lab Ilmu Tanah
UNIB.
Utomo, Wani
Hadi. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan
Tanaman. Semarang: IKIP Semarang Press.
No comments:
Post a Comment