Thursday, March 24, 2016

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR ILMU TANAH Acara III KONDUKTIVITAS HIDROLIKA TANAH JENUH

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR ILMU TANAH
Acara III

KONDUKTIVITAS HIDROLIKA TANAH JENUH



 















Oleh:

Nama          : Jeky Miharja
NPM                    : E1J014144
Co-Ass       : Zainal Arifin




LABORATORIUM ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1      LATAR BELAKANG
Pergerakan air ditanah dipengarui oleh permeabilitas tanah. Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju infiltrasi sehingga menurunkan laju air larian. Pada ilmu tanah, permeabilitas didefenisikan secara kualitatif sebagai pengurangan gas-gas, cairan-cairan atau penetrasi akar tanaman atau lewat. Selain itu, permeabilitas juga merupakan pengukuran hantaran hidraulik tanah.
Selain hal diatas, air mempunyai kemampuan untuk bergerak vertikal kebawah dalam tanah dalam  kondisi jenuh yang disebapkan adanya gradient energi. Jika ruang dalam tanah telah jenuh dengan air maka air akan bergerak menurut hukum Darcy seperti pada air tanah di dalam aquifer.
Pengukuran permeabilitas tanah sangat penting untuk beberapa kepentingan di bidang pertanian, contohnya gerak air ke akar tanaman, proses masuknya air ke dalam tanah, aliran air drainase, evaporasi air pada permukaan tanah, semuanya dapat dipengaruhi oleh permeabilitas tanah yang berkaitan pula dengan peranan kondektifitas Hidroliknya. Praktikum kali ini membahas tentang kondutifitas hidrolik yang dilakukan untuk menghitung besaran permeabilitas terhadap tanah yang jenuh.

Penetapan K-sat sangat penting dalam memprediksi dan mengevaluasi berbagai proses yang berkaitan dengan pengelolan tanah dan air. Di sektor pertanian dan kehutanan, nilai K-sat suatu jenis tanah dapat digunakan untuk mengevaluasi mudah tidaknya tanah tersebut menghasilkan aliran permukaan (runoff) atau tergenang bila hujan turun. Bila nilai K-sat lebih rendah dari intesitas hujan maka tanah tersebut cendering akan mengalami runoff dan tererosi bila lahanya miring dan tergenang bila lahannya datar atau cekung. Pengukuran K-sat juga penting dalam menentukan laju kehilangan air dari tubuh tanah melalui perembesan seperti yang ditemui pada saluran irigasi dan petak-petak sawah. Oleh sebab itu, penetapan K-sat sangat penting diilakukan di daerah-daerah tropis yang memiliki curah hujan yang sangat tinggi.

1.2      TUJUAN
1.      Menetapkan laju konduktivitas hidrolika contoh tanah dalam keadaan jenuh.
2.      Membandingkan laju konduktivitas dari beberapa contoh tanah yang digunakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Permeabilitas tanah adalah suatu kesatuan yang melipui infiltrasi tanah dan bermanfaat sebagai permudahan dalam pengolahan tanah. Permeabilitas merupakan sifat bahan berpori, dia dapat mengalir/merembes dalam tanah, (dalam tanah dapat terjadi erkolasi air). Tinggi rendahnya permeabilitas ditentukan ukuran pori.
                  Permeabilitas tanah memiliki lapisan atas dan bawah. Lapisan atas berkisar antara lambat sampai agak cepat (0,20  –  9,46 cm jam-1), sedangkan di lapisan bawah tergolong agak lambat sampai sedang (1,10 -3,62 cm jam-1). (Anonim, 2010)
            Konduktivitas hidrolik tidak selamanya tetap. Artinya dalam berbagai proses (kimia, fisika dan biologi) konduktivitas hidrolik dapat berubah karena faktor masuk dan mengalirnya air dalam tanah. Perubahan yang terjadi pada komposisi ion kompleks dapat dipertukarkan. Misalnya ketika air memasuki tanah mempunyai komposisi atau konsentrasi zat terlarut yang berbeda dengan larutan awal dan dapat merubah konduktivitas hidrolik. Secara umum konduktivitas akan berkurang bila konsentrasi zat terlarut elektrolit berkurang. Hal ini disebabkan oleh penomena pengembangan dan dispersi yang juga dipengaruhui oleh jeni-jenis kation (pada pelepasan dan perpindahan partikel-partikel lempung). Selama aliran yang lama, bisa menghasilkan penyumbatan pori. Interaksi zat terlarut dan matrik tanah dan pengaruhnya terhadap konduktivitas hidroulik khususnya penting pada tanah-tanah masam dan berkadar natrium tinggi. (Anonim, 2010)
Dalam hubungan tanah, air dan tanaman menyatakan bahwa konduktvitas hidrolika merupakan mengukur ketahanan (hambatan tanah) terhadap aliran air tanah. Dengan menghubungkan kepadatan aliran gradien hidrolik, konduktivitas hidrolik ini lereng atau nisbah antara kepadatan aliran dan gradien hidrolik. (Islami titiek, 1995)
Adanya berbagai persenyawaan kimia, proses fisika dan biologi maka begitu air masuk dan mengalir dalam tanah konduktivitas hidrolik dapat berubah. Pada umumnya, kondukdivitas hidrolik menurun dengan menurunnya konsentrasi elektrolik di dalam larutan. Hal ini disebabkan oleh adanya pembengkokan dan distorsi (dispersi). Adanya udara berkurang atau udara terkurang di dalam pori juga akan mempengaruhi konduktivitas. (Islami, 1995).
Nilai konduktvitas hidrolika bernilai negatif (-) berarti oleh karena menunjukkan bahwa air bergerak dari potensial tinggi ke arah potenasial tinggi ke arah potensial yang lebih rendah. (Henry Darcy, 19- )
            Dalam membicarakan air tanah, seringkali orang menghubungkan dengan kemampuan tanaman untuk menghisap atau mengabsorpsi air, maka untuk itu perlu dikenalkan dengan istilah kapasitas lapang (field capacity) dan titik layu (wilting point). Disamping itu juga dikenal dengan kapasitas penyimpangan air (jumlah air maksimum yang dapat disimpan oleh suatu tanah). Keadaan ini dapat dicapai jika memberikan air pada tanah sampai terjadi kelebihan air setelah itu terjadinya kelebihan air maka harus dibuang sehingga keadaan ini semua rongga pori tanah berisi air. Volume maksimum menggambarkan porositas total tanah dan jika dihubungkan dengan status energi tanah, potensial matriknya wm=0. (Poerwidodo, 1995)
Permebilitas air dalam tanah banyak tergantung pada tekstur dan struktur tanahnya. Perlindungan tanah dengan tanaman penutup tanah akan memelihara kestabilan agregat dan porositas, sehingga kapasitas infiltrasi dan juga permeabilitas juga diperbesar. Celah dan lobang-lobang yang ditimbulkan oleh serangga dan jasad hidup tanah yang lain akan meningkatkan daya peresapan air. (Sifuddin Sarief, 74:1985)
Konduktivitas hidrolika tanah jenuh (K-sat) pada prinsipnya diterapkan dengan menggunakan tinggi genangan tetap yang dikenal dengan Constan  Head Method, sedangkan lawan dari prinsip tersebut diatas adalah Falling Head Method dimana permukaan air di dalam alat ukur dibiarkan turun pada saat pengukuran K-sat berlangsung. Nilai K-sat ini dihitung berdasarkan dua pendekatan yaitu dilapang dengan cara menghitung jumlah air yang masuk ke profil tanah persatuan waktu dan di laboratorium dengan cara menghitung jumlah air yang keluar dari contoh tanah per satuan waktu. (Ananto, 1986).
Konduktivitas hidrolika tanah juga sangat berkaitan dengan aktivitas biologis tanah atau organisme di dalam tanah. Tanah yang permeable seperti tanah top soil memiliki sifat-sifat fisik yang baik yang ditunjukkan oleh meningkatnya aktivitas biolois tanah. Sedangkan pada tanah sub soil memliki sifat-sifat fisik yang kurang baik yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas biologi tanah. Tekstur dan struktur tanah yang membentuk sifat mudah atau tidaknya tanah melepaskan atau menahan air, hal ini juga berarti berkaitan erat dengan konduktivitas hidrolika tanah. (Suhardi, 1997).



BAB III
METODA DAN CARA KERJA
·         Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini :
*      Tanah utuh     
*      Karet
*      Alat pengukur K-sat
*      Stopwatch
*      Gelas ukur
*      Timbangan


*  Cara Kerja
    Pengukuran  K-sat pada acara ini akan menggunakan metode constant head di laboratorium.  Adapun langkah kerjanya sebagai berikut :
1.      Pertama-tama saya melakukan penutupan Bagian bawah ring sampel dengan kain kasa yang telah disiapkan kemudian mengikatnya lalu direndam selama 24 samapi 36 jam (sampai tanah jenuh)
2.      Kemudian menempatkan ring sampel kosong di atas ring sampel yang telah diisi dengan contoh tanah kemudian menyatukan kedua ring sampel tersebut dengan potongan karet ban sepeda lalu melakukan kegiatan ini sambil contoh tanah tetap terendam di dalam air
3.      Selanjutnya memindahkan contoh tanah ke rak yang tersedia dan mengisi bak dengan air hingga permukaanya berada 2 cm dari permukaan ring sampel kemudian Mengalirkan air ke dalam ring sampel shipon (Pipa L) agar ketinggian air di dalam ring sampel konstan.
4.      Kemudian setelah ditampung air yang keluar dari bawah ring sampel dengan gelas ukur. Sesaat setelah air keluar, menghidupkan stopwatch dan mencatat volume air di dalam gelas ukur untuk setiap periode tertentu ( beberapa detik sampai beberapa jam atau hingga pertambahan volume air konstan ).
5.      Selanjutnya mencari nilai K-sat dengan menggunakan rumus yang merupakan turunan dari hukum Darcy berikut (hilel, 1980) :
Q= K-sat*A*dH/L
Atau K-sat = Q/A*L/dH
Dimana :
Q= Penambahan volume air yang tertampung di gelas ukur per satuan waktu (mm3/jam)
A= Luas penampang gelas ukur (mm2)
Q/A= penambahan tinggi permukaan air yang didalam gelas ukur persatuan waktu (mm/jam)
dH= tinggi genangan dari permukaan tanah (mm)
L= ketebalan contoh tanah (mm)
6.  Setelah itu melakukan perendaman kembali contoh tanah sebagaimana pada langkah (1) untuk penetapan kadar lengas jenuh dan kapasitas lapang yang akan dilakukan acara berikutnya.































BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

*      HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Lapisan I (Top Soil)










































*      PEMBAHASAN
            Dalam praktikum mengenai laju konduktivitas hidrolika tanah jenuh dengan sampel tanah utuh, yaitu tanah lapisan top soil (lapisan atas) dan tanah lapisan sub soil (lapisan bawah), dapat diketahui bahwa lapisan tanah atas (top soil) nilai K-satnya lebih besar bila dibandingkan dengan nilai K-sat pada lapisan tanah bawah.










































BAB V
PENUTUP


·         KESIMPULAN

            Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan konduktivitas hidrolika tanah pada lapisan atas lebih besar daripada konduktivitas hidrolika tanah lapisan bawah. Hal ini disebabkan oleh:
ü Volume yang diperoleh pada lapisan atas (1) lebih banyak daripada lapisan bawah (2)
ü Ukuran tekstur dan struktur tanah (pori-pori tanah) pada lapisan atas lebih besar dibandingkan dengan lapisan bawah atau luas pori-pori pada lapisan satu lebih besar dibandingkan dengan luas pori tanah pada lapisan bawah.
Besarnya kecepatan konduktivitas hidrolika tanah






























DAFTAR PUSTAKA

Ananto , Seto Kusuma. Ir. 1987. Konservasi Sumber Daya Tanah Dan Air. Kalam Mulia: Jakarta.

Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Islami, Titiek. Ir dkk.1995. Hubungan Tanah, Air Dan Tanaman . Ikip Semarang PRESS. Semarang.

Klute, A and C. Disken. 1986. Hydroulic Conductivity and Diffiusitiiy. Laboratory.

Poerwowidodo. 1995. Metode Selidik Tanah. Surabaya: Usaha Nasaional.

Sarief, Sifuddin. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana.

Suhardi, M.Sc. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bengkulu: Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.



 LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR ILMU TANAH
Acara III

KONDUKTIVITAS HIDROLIKA TANAH JENUH



 














Oleh:

Nama          : Jeky Miharja
NPM                    : E1J014144
Co-Ass       : Zainal Arifin




LABORATORIUM ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1      LATAR BELAKANG
Pergerakan air ditanah dipengarui oleh permeabilitas tanah. Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju infiltrasi sehingga menurunkan laju air larian. Pada ilmu tanah, permeabilitas didefenisikan secara kualitatif sebagai pengurangan gas-gas, cairan-cairan atau penetrasi akar tanaman atau lewat. Selain itu, permeabilitas juga merupakan pengukuran hantaran hidraulik tanah.
Selain hal diatas, air mempunyai kemampuan untuk bergerak vertikal kebawah dalam tanah dalam  kondisi jenuh yang disebapkan adanya gradient energi. Jika ruang dalam tanah telah jenuh dengan air maka air akan bergerak menurut hukum Darcy seperti pada air tanah di dalam aquifer.
Pengukuran permeabilitas tanah sangat penting untuk beberapa kepentingan di bidang pertanian, contohnya gerak air ke akar tanaman, proses masuknya air ke dalam tanah, aliran air drainase, evaporasi air pada permukaan tanah, semuanya dapat dipengaruhi oleh permeabilitas tanah yang berkaitan pula dengan peranan kondektifitas Hidroliknya. Praktikum kali ini membahas tentang kondutifitas hidrolik yang dilakukan untuk menghitung besaran permeabilitas terhadap tanah yang jenuh.

Penetapan K-sat sangat penting dalam memprediksi dan mengevaluasi berbagai proses yang berkaitan dengan pengelolan tanah dan air. Di sektor pertanian dan kehutanan, nilai K-sat suatu jenis tanah dapat digunakan untuk mengevaluasi mudah tidaknya tanah tersebut menghasilkan aliran permukaan (runoff) atau tergenang bila hujan turun. Bila nilai K-sat lebih rendah dari intesitas hujan maka tanah tersebut cendering akan mengalami runoff dan tererosi bila lahanya miring dan tergenang bila lahannya datar atau cekung. Pengukuran K-sat juga penting dalam menentukan laju kehilangan air dari tubuh tanah melalui perembesan seperti yang ditemui pada saluran irigasi dan petak-petak sawah. Oleh sebab itu, penetapan K-sat sangat penting diilakukan di daerah-daerah tropis yang memiliki curah hujan yang sangat tinggi.

1.2      TUJUAN
1.      Menetapkan laju konduktivitas hidrolika contoh tanah dalam keadaan jenuh.
2.      Membandingkan laju konduktivitas dari beberapa contoh tanah yang digunakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Permeabilitas tanah adalah suatu kesatuan yang melipui infiltrasi tanah dan bermanfaat sebagai permudahan dalam pengolahan tanah. Permeabilitas merupakan sifat bahan berpori, dia dapat mengalir/merembes dalam tanah, (dalam tanah dapat terjadi erkolasi air). Tinggi rendahnya permeabilitas ditentukan ukuran pori.
                  Permeabilitas tanah memiliki lapisan atas dan bawah. Lapisan atas berkisar antara lambat sampai agak cepat (0,20  –  9,46 cm jam-1), sedangkan di lapisan bawah tergolong agak lambat sampai sedang (1,10 -3,62 cm jam-1). (Anonim, 2010)
            Konduktivitas hidrolik tidak selamanya tetap. Artinya dalam berbagai proses (kimia, fisika dan biologi) konduktivitas hidrolik dapat berubah karena faktor masuk dan mengalirnya air dalam tanah. Perubahan yang terjadi pada komposisi ion kompleks dapat dipertukarkan. Misalnya ketika air memasuki tanah mempunyai komposisi atau konsentrasi zat terlarut yang berbeda dengan larutan awal dan dapat merubah konduktivitas hidrolik. Secara umum konduktivitas akan berkurang bila konsentrasi zat terlarut elektrolit berkurang. Hal ini disebabkan oleh penomena pengembangan dan dispersi yang juga dipengaruhui oleh jeni-jenis kation (pada pelepasan dan perpindahan partikel-partikel lempung). Selama aliran yang lama, bisa menghasilkan penyumbatan pori. Interaksi zat terlarut dan matrik tanah dan pengaruhnya terhadap konduktivitas hidroulik khususnya penting pada tanah-tanah masam dan berkadar natrium tinggi. (Anonim, 2010)
Dalam hubungan tanah, air dan tanaman menyatakan bahwa konduktvitas hidrolika merupakan mengukur ketahanan (hambatan tanah) terhadap aliran air tanah. Dengan menghubungkan kepadatan aliran gradien hidrolik, konduktivitas hidrolik ini lereng atau nisbah antara kepadatan aliran dan gradien hidrolik. (Islami titiek, 1995)
Adanya berbagai persenyawaan kimia, proses fisika dan biologi maka begitu air masuk dan mengalir dalam tanah konduktivitas hidrolik dapat berubah. Pada umumnya, kondukdivitas hidrolik menurun dengan menurunnya konsentrasi elektrolik di dalam larutan. Hal ini disebabkan oleh adanya pembengkokan dan distorsi (dispersi). Adanya udara berkurang atau udara terkurang di dalam pori juga akan mempengaruhi konduktivitas. (Islami, 1995).
Nilai konduktvitas hidrolika bernilai negatif (-) berarti oleh karena menunjukkan bahwa air bergerak dari potensial tinggi ke arah potenasial tinggi ke arah potensial yang lebih rendah. (Henry Darcy, 19- )
            Dalam membicarakan air tanah, seringkali orang menghubungkan dengan kemampuan tanaman untuk menghisap atau mengabsorpsi air, maka untuk itu perlu dikenalkan dengan istilah kapasitas lapang (field capacity) dan titik layu (wilting point). Disamping itu juga dikenal dengan kapasitas penyimpangan air (jumlah air maksimum yang dapat disimpan oleh suatu tanah). Keadaan ini dapat dicapai jika memberikan air pada tanah sampai terjadi kelebihan air setelah itu terjadinya kelebihan air maka harus dibuang sehingga keadaan ini semua rongga pori tanah berisi air. Volume maksimum menggambarkan porositas total tanah dan jika dihubungkan dengan status energi tanah, potensial matriknya wm=0. (Poerwidodo, 1995)
Permebilitas air dalam tanah banyak tergantung pada tekstur dan struktur tanahnya. Perlindungan tanah dengan tanaman penutup tanah akan memelihara kestabilan agregat dan porositas, sehingga kapasitas infiltrasi dan juga permeabilitas juga diperbesar. Celah dan lobang-lobang yang ditimbulkan oleh serangga dan jasad hidup tanah yang lain akan meningkatkan daya peresapan air. (Sifuddin Sarief, 74:1985)
Konduktivitas hidrolika tanah jenuh (K-sat) pada prinsipnya diterapkan dengan menggunakan tinggi genangan tetap yang dikenal dengan Constan  Head Method, sedangkan lawan dari prinsip tersebut diatas adalah Falling Head Method dimana permukaan air di dalam alat ukur dibiarkan turun pada saat pengukuran K-sat berlangsung. Nilai K-sat ini dihitung berdasarkan dua pendekatan yaitu dilapang dengan cara menghitung jumlah air yang masuk ke profil tanah persatuan waktu dan di laboratorium dengan cara menghitung jumlah air yang keluar dari contoh tanah per satuan waktu. (Ananto, 1986).
Konduktivitas hidrolika tanah juga sangat berkaitan dengan aktivitas biologis tanah atau organisme di dalam tanah. Tanah yang permeable seperti tanah top soil memiliki sifat-sifat fisik yang baik yang ditunjukkan oleh meningkatnya aktivitas biolois tanah. Sedangkan pada tanah sub soil memliki sifat-sifat fisik yang kurang baik yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas biologi tanah. Tekstur dan struktur tanah yang membentuk sifat mudah atau tidaknya tanah melepaskan atau menahan air, hal ini juga berarti berkaitan erat dengan konduktivitas hidrolika tanah. (Suhardi, 1997).



BAB III
METODA DAN CARA KERJA
·         Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini :
*      Tanah utuh     
*      Karet
*      Alat pengukur K-sat
*      Stopwatch
*      Gelas ukur
*      Timbangan


*  Cara Kerja
    Pengukuran  K-sat pada acara ini akan menggunakan metode constant head di laboratorium.  Adapun langkah kerjanya sebagai berikut :
1.      Pertama-tama saya melakukan penutupan Bagian bawah ring sampel dengan kain kasa yang telah disiapkan kemudian mengikatnya lalu direndam selama 24 samapi 36 jam (sampai tanah jenuh)
2.      Kemudian menempatkan ring sampel kosong di atas ring sampel yang telah diisi dengan contoh tanah kemudian menyatukan kedua ring sampel tersebut dengan potongan karet ban sepeda lalu melakukan kegiatan ini sambil contoh tanah tetap terendam di dalam air
3.      Selanjutnya memindahkan contoh tanah ke rak yang tersedia dan mengisi bak dengan air hingga permukaanya berada 2 cm dari permukaan ring sampel kemudian Mengalirkan air ke dalam ring sampel shipon (Pipa L) agar ketinggian air di dalam ring sampel konstan.
4.      Kemudian setelah ditampung air yang keluar dari bawah ring sampel dengan gelas ukur. Sesaat setelah air keluar, menghidupkan stopwatch dan mencatat volume air di dalam gelas ukur untuk setiap periode tertentu ( beberapa detik sampai beberapa jam atau hingga pertambahan volume air konstan ).
5.      Selanjutnya mencari nilai K-sat dengan menggunakan rumus yang merupakan turunan dari hukum Darcy berikut (hilel, 1980) :
Q= K-sat*A*dH/L
Atau K-sat = Q/A*L/dH
Dimana :
Q= Penambahan volume air yang tertampung di gelas ukur per satuan waktu (mm3/jam)
A= Luas penampang gelas ukur (mm2)
Q/A= penambahan tinggi permukaan air yang didalam gelas ukur persatuan waktu (mm/jam)
dH= tinggi genangan dari permukaan tanah (mm)
L= ketebalan contoh tanah (mm)
6.  Setelah itu melakukan perendaman kembali contoh tanah sebagaimana pada langkah (1) untuk penetapan kadar lengas jenuh dan kapasitas lapang yang akan dilakukan acara berikutnya.































BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

*      HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Lapisan I (Top Soil)










































*      PEMBAHASAN
            Dalam praktikum mengenai laju konduktivitas hidrolika tanah jenuh dengan sampel tanah utuh, yaitu tanah lapisan top soil (lapisan atas) dan tanah lapisan sub soil (lapisan bawah), dapat diketahui bahwa lapisan tanah atas (top soil) nilai K-satnya lebih besar bila dibandingkan dengan nilai K-sat pada lapisan tanah bawah.










































BAB V
PENUTUP


·         KESIMPULAN

            Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan konduktivitas hidrolika tanah pada lapisan atas lebih besar daripada konduktivitas hidrolika tanah lapisan bawah. Hal ini disebabkan oleh:
ü Volume yang diperoleh pada lapisan atas (1) lebih banyak daripada lapisan bawah (2)
ü Ukuran tekstur dan struktur tanah (pori-pori tanah) pada lapisan atas lebih besar dibandingkan dengan lapisan bawah atau luas pori-pori pada lapisan satu lebih besar dibandingkan dengan luas pori tanah pada lapisan bawah.
Besarnya kecepatan konduktivitas hidrolika tanah






























DAFTAR PUSTAKA

Ananto , Seto Kusuma. Ir. 1987. Konservasi Sumber Daya Tanah Dan Air. Kalam Mulia: Jakarta.

Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Islami, Titiek. Ir dkk.1995. Hubungan Tanah, Air Dan Tanaman . Ikip Semarang PRESS. Semarang.

Klute, A and C. Disken. 1986. Hydroulic Conductivity and Diffiusitiiy. Laboratory.

Poerwowidodo. 1995. Metode Selidik Tanah. Surabaya: Usaha Nasaional.

Sarief, Sifuddin. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana.

Suhardi, M.Sc. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bengkulu: Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.



No comments:

Post a Comment

LAPORAN MAGANG KELAPA SAWIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMULIAAN TANAMAN KELAPA SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) M...