LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR ILMU TANAH
Acara III
KONDUKTIVITAS HIDROLIKA TANAH JENUH
![]() |
Oleh:
Nama : Jeky Miharja
NPM :
E1J014144
Co-Ass : Zainal Arifin
LABORATORIUM ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pergerakan
air ditanah dipengarui oleh permeabilitas tanah. Permeabilitas tanah adalah
kemampuan tanah meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat
menaikkan laju infiltrasi sehingga menurunkan laju air larian. Pada ilmu tanah,
permeabilitas didefenisikan secara kualitatif sebagai pengurangan gas-gas,
cairan-cairan atau penetrasi akar tanaman atau lewat. Selain itu, permeabilitas
juga merupakan pengukuran hantaran hidraulik tanah.
Selain hal
diatas, air mempunyai kemampuan untuk bergerak vertikal kebawah dalam tanah
dalam kondisi jenuh yang disebapkan
adanya gradient energi. Jika ruang dalam tanah telah jenuh dengan air maka air
akan bergerak menurut hukum Darcy seperti pada air tanah di dalam aquifer.
Pengukuran
permeabilitas tanah sangat penting untuk beberapa kepentingan di bidang
pertanian, contohnya gerak air ke akar tanaman, proses masuknya air ke dalam
tanah, aliran air drainase, evaporasi air pada permukaan tanah, semuanya dapat
dipengaruhi oleh permeabilitas tanah yang berkaitan pula dengan peranan
kondektifitas Hidroliknya. Praktikum
kali ini membahas tentang kondutifitas hidrolik yang dilakukan untuk menghitung
besaran permeabilitas terhadap tanah yang jenuh.
Penetapan K-sat sangat penting dalam memprediksi dan
mengevaluasi berbagai proses yang berkaitan dengan pengelolan tanah dan air. Di
sektor pertanian dan kehutanan, nilai K-sat suatu jenis tanah dapat digunakan
untuk mengevaluasi mudah tidaknya tanah tersebut menghasilkan aliran permukaan (runoff)
atau tergenang bila hujan turun. Bila nilai K-sat lebih rendah dari
intesitas hujan maka tanah tersebut cendering akan mengalami runoff dan
tererosi bila lahanya miring dan tergenang bila lahannya datar atau cekung.
Pengukuran K-sat juga penting dalam menentukan laju kehilangan air dari tubuh
tanah melalui perembesan seperti yang ditemui pada saluran irigasi dan
petak-petak sawah. Oleh sebab itu, penetapan K-sat sangat penting diilakukan di
daerah-daerah tropis yang memiliki curah hujan yang sangat tinggi.
1.2
TUJUAN
1.
Menetapkan laju konduktivitas
hidrolika contoh tanah dalam keadaan jenuh.
2.
Membandingkan laju konduktivitas
dari beberapa contoh tanah yang digunakan
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Permeabilitas tanah
adalah suatu kesatuan yang melipui infiltrasi tanah dan bermanfaat sebagai permudahan dalam pengolahan tanah.
Permeabilitas merupakan sifat bahan berpori, dia dapat mengalir/merembes dalam
tanah, (dalam tanah dapat terjadi erkolasi air). Tinggi rendahnya permeabilitas
ditentukan ukuran pori.
Permeabilitas
tanah memiliki lapisan atas dan bawah. Lapisan atas berkisar antara lambat
sampai agak cepat (0,20 – 9,46 cm jam-1), sedangkan di lapisan bawah
tergolong agak lambat sampai sedang (1,10 -3,62 cm jam-1). (Anonim, 2010)
Konduktivitas
hidrolik tidak selamanya tetap. Artinya dalam berbagai proses (kimia, fisika
dan biologi) konduktivitas hidrolik dapat berubah karena faktor masuk dan
mengalirnya air dalam tanah. Perubahan yang terjadi pada komposisi ion kompleks
dapat dipertukarkan. Misalnya ketika air memasuki tanah mempunyai komposisi
atau konsentrasi zat terlarut yang berbeda dengan larutan awal dan dapat
merubah konduktivitas hidrolik. Secara umum konduktivitas akan berkurang bila
konsentrasi zat terlarut elektrolit berkurang. Hal ini disebabkan oleh penomena
pengembangan dan dispersi yang juga dipengaruhui oleh jeni-jenis kation (pada
pelepasan dan perpindahan partikel-partikel lempung). Selama aliran yang lama,
bisa menghasilkan penyumbatan pori. Interaksi zat terlarut dan matrik tanah dan
pengaruhnya terhadap konduktivitas hidroulik khususnya penting pada tanah-tanah
masam dan berkadar natrium tinggi. (Anonim, 2010)
Dalam hubungan tanah, air dan tanaman menyatakan bahwa
konduktvitas hidrolika merupakan mengukur ketahanan (hambatan tanah) terhadap
aliran air tanah. Dengan menghubungkan kepadatan aliran gradien hidrolik,
konduktivitas hidrolik ini lereng atau nisbah antara kepadatan aliran dan
gradien hidrolik. (Islami titiek, 1995)
Adanya berbagai
persenyawaan kimia, proses fisika dan biologi maka begitu air masuk dan
mengalir dalam tanah konduktivitas hidrolik dapat berubah. Pada umumnya,
kondukdivitas hidrolik menurun dengan menurunnya konsentrasi elektrolik di
dalam larutan. Hal ini disebabkan oleh adanya pembengkokan dan distorsi (dispersi).
Adanya udara berkurang atau udara terkurang di dalam pori juga akan
mempengaruhi konduktivitas. (Islami, 1995).
Nilai konduktvitas
hidrolika bernilai negatif (-) berarti oleh karena menunjukkan bahwa air
bergerak dari potensial tinggi ke arah potenasial tinggi ke arah potensial yang
lebih rendah. (Henry
Darcy , 19- )
Dalam
membicarakan air tanah, seringkali orang menghubungkan dengan kemampuan tanaman
untuk menghisap atau mengabsorpsi air, maka untuk itu perlu dikenalkan dengan
istilah kapasitas lapang (field capacity)
dan titik layu (wilting point).
Disamping itu juga dikenal dengan kapasitas penyimpangan air (jumlah air
maksimum yang dapat disimpan oleh suatu tanah). Keadaan ini dapat dicapai jika
memberikan air pada tanah sampai terjadi kelebihan air setelah itu terjadinya
kelebihan air maka harus dibuang sehingga keadaan ini semua rongga pori tanah
berisi air. Volume maksimum menggambarkan porositas total tanah dan jika
dihubungkan dengan status energi tanah, potensial matriknya wm=0. (Poerwidodo, 1995)
Permebilitas air dalam
tanah banyak tergantung pada tekstur dan struktur tanahnya. Perlindungan tanah
dengan tanaman penutup tanah akan memelihara kestabilan agregat dan porositas,
sehingga kapasitas infiltrasi dan juga permeabilitas juga diperbesar. Celah dan
lobang-lobang yang ditimbulkan oleh serangga dan jasad hidup tanah yang lain
akan meningkatkan daya peresapan air. (Sifuddin Sarief, 74:1985)
Konduktivitas hidrolika
tanah jenuh (K-sat) pada prinsipnya diterapkan dengan menggunakan tinggi
genangan tetap yang dikenal dengan Constan Head Method, sedangkan lawan dari prinsip
tersebut diatas adalah Falling Head
Method dimana permukaan air di dalam alat ukur dibiarkan turun pada saat
pengukuran K-sat berlangsung. Nilai K-sat ini dihitung berdasarkan dua
pendekatan yaitu dilapang dengan cara menghitung jumlah air yang masuk ke
profil tanah persatuan waktu dan di laboratorium dengan cara
menghitung jumlah air yang keluar dari contoh tanah per satuan waktu. (Ananto,
1986).
Konduktivitas hidrolika
tanah juga sangat berkaitan dengan aktivitas biologis tanah atau organisme di
dalam tanah. Tanah yang permeable seperti tanah top soil memiliki sifat-sifat
fisik yang baik yang ditunjukkan oleh meningkatnya aktivitas biolois tanah.
Sedangkan pada tanah sub soil memliki sifat-sifat fisik yang kurang baik yang
ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas biologi tanah. Tekstur dan struktur
tanah yang membentuk sifat mudah atau tidaknya tanah melepaskan atau menahan
air, hal ini juga berarti berkaitan erat dengan konduktivitas hidrolika tanah.
(Suhardi, 1997).
BAB III
METODA DAN CARA KERJA
METODA DAN CARA KERJA
·
Alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum kali ini :
Pengukuran K-sat pada acara ini akan menggunakan metode constant head di laboratorium. Adapun langkah kerjanya sebagai berikut :
1.
Pertama-tama saya melakukan
penutupan Bagian bawah ring sampel dengan kain kasa yang telah disiapkan
kemudian mengikatnya lalu direndam selama 24 samapi 36 jam (sampai tanah jenuh)
2.
Kemudian menempatkan ring
sampel kosong di atas ring sampel yang telah diisi dengan contoh tanah kemudian
menyatukan kedua ring sampel tersebut dengan potongan karet ban sepeda lalu
melakukan kegiatan ini sambil contoh tanah tetap terendam di dalam air
3.
Selanjutnya memindahkan contoh
tanah ke rak yang tersedia dan mengisi bak dengan air hingga permukaanya berada
2 cm dari permukaan ring sampel kemudian Mengalirkan air ke dalam ring sampel
shipon (Pipa L) agar ketinggian air di dalam ring sampel konstan.
4.
Kemudian setelah ditampung air
yang keluar dari bawah ring sampel dengan gelas ukur. Sesaat setelah air
keluar, menghidupkan stopwatch dan mencatat volume air di dalam gelas ukur
untuk setiap periode tertentu ( beberapa detik sampai beberapa jam atau hingga
pertambahan volume air konstan ).
5.
Selanjutnya mencari nilai K-sat
dengan menggunakan rumus yang merupakan turunan dari hukum Darcy berikut
(hilel, 1980) :
Q= K-sat*A*dH/L
Atau K-sat = Q/A*L/dH
Dimana :
Q= Penambahan volume air yang tertampung di gelas ukur
per satuan waktu (mm3/jam)
A= Luas penampang gelas ukur (mm2)
Q/A= penambahan tinggi permukaan air yang didalam gelas
ukur persatuan waktu (mm/jam)
dH= tinggi genangan dari permukaan tanah (mm)
L= ketebalan contoh tanah (mm)
6. Setelah itu
melakukan perendaman kembali contoh tanah sebagaimana pada langkah (1) untuk
penetapan kadar lengas jenuh dan kapasitas lapang yang akan dilakukan acara
berikutnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Lapisan I (Top Soil)
Dalam
praktikum mengenai laju konduktivitas hidrolika tanah jenuh dengan sampel tanah
utuh, yaitu tanah lapisan top soil (lapisan atas) dan tanah lapisan sub soil
(lapisan bawah), dapat diketahui bahwa lapisan tanah atas (top soil) nilai
K-satnya lebih besar bila dibandingkan dengan nilai K-sat pada lapisan tanah
bawah.
BAB V
PENUTUP
·
KESIMPULAN
Dari pembahasan
diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan konduktivitas hidrolika tanah
pada lapisan atas lebih besar daripada konduktivitas hidrolika tanah lapisan
bawah. Hal ini disebabkan oleh:
ü Volume yang diperoleh pada lapisan atas (1) lebih banyak daripada
lapisan bawah (2)
ü Ukuran tekstur dan struktur tanah (pori-pori tanah) pada lapisan
atas lebih besar dibandingkan dengan lapisan bawah atau luas pori-pori pada
lapisan satu lebih besar dibandingkan dengan luas pori tanah pada lapisan
bawah.
Besarnya
kecepatan konduktivitas hidrolika tanah
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Poerwowidodo. 1995. Metode Selidik Tanah. Surabaya : Usaha Nasaional.
Suhardi, M.Sc. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bengkulu:
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
DASAR – DASAR ILMU TANAH
Acara III
KONDUKTIVITAS HIDROLIKA TANAH JENUH
![]() |
Oleh:
Nama : Jeky Miharja
NPM :
E1J014144
Co-Ass : Zainal Arifin
LABORATORIUM ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pergerakan
air ditanah dipengarui oleh permeabilitas tanah. Permeabilitas tanah adalah
kemampuan tanah meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat
menaikkan laju infiltrasi sehingga menurunkan laju air larian. Pada ilmu tanah,
permeabilitas didefenisikan secara kualitatif sebagai pengurangan gas-gas,
cairan-cairan atau penetrasi akar tanaman atau lewat. Selain itu, permeabilitas
juga merupakan pengukuran hantaran hidraulik tanah.
Selain hal
diatas, air mempunyai kemampuan untuk bergerak vertikal kebawah dalam tanah
dalam kondisi jenuh yang disebapkan
adanya gradient energi. Jika ruang dalam tanah telah jenuh dengan air maka air
akan bergerak menurut hukum Darcy seperti pada air tanah di dalam aquifer.
Pengukuran
permeabilitas tanah sangat penting untuk beberapa kepentingan di bidang
pertanian, contohnya gerak air ke akar tanaman, proses masuknya air ke dalam
tanah, aliran air drainase, evaporasi air pada permukaan tanah, semuanya dapat
dipengaruhi oleh permeabilitas tanah yang berkaitan pula dengan peranan
kondektifitas Hidroliknya. Praktikum
kali ini membahas tentang kondutifitas hidrolik yang dilakukan untuk menghitung
besaran permeabilitas terhadap tanah yang jenuh.
Penetapan K-sat sangat penting dalam memprediksi dan
mengevaluasi berbagai proses yang berkaitan dengan pengelolan tanah dan air. Di
sektor pertanian dan kehutanan, nilai K-sat suatu jenis tanah dapat digunakan
untuk mengevaluasi mudah tidaknya tanah tersebut menghasilkan aliran permukaan (runoff)
atau tergenang bila hujan turun. Bila nilai K-sat lebih rendah dari
intesitas hujan maka tanah tersebut cendering akan mengalami runoff dan
tererosi bila lahanya miring dan tergenang bila lahannya datar atau cekung.
Pengukuran K-sat juga penting dalam menentukan laju kehilangan air dari tubuh
tanah melalui perembesan seperti yang ditemui pada saluran irigasi dan
petak-petak sawah. Oleh sebab itu, penetapan K-sat sangat penting diilakukan di
daerah-daerah tropis yang memiliki curah hujan yang sangat tinggi.
1.2
TUJUAN
1.
Menetapkan laju konduktivitas
hidrolika contoh tanah dalam keadaan jenuh.
2.
Membandingkan laju konduktivitas
dari beberapa contoh tanah yang digunakan
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Permeabilitas tanah
adalah suatu kesatuan yang melipui infiltrasi tanah dan bermanfaat sebagai permudahan dalam pengolahan tanah.
Permeabilitas merupakan sifat bahan berpori, dia dapat mengalir/merembes dalam
tanah, (dalam tanah dapat terjadi erkolasi air). Tinggi rendahnya permeabilitas
ditentukan ukuran pori.
Permeabilitas
tanah memiliki lapisan atas dan bawah. Lapisan atas berkisar antara lambat
sampai agak cepat (0,20 – 9,46 cm jam-1), sedangkan di lapisan bawah
tergolong agak lambat sampai sedang (1,10 -3,62 cm jam-1). (Anonim, 2010)
Konduktivitas
hidrolik tidak selamanya tetap. Artinya dalam berbagai proses (kimia, fisika
dan biologi) konduktivitas hidrolik dapat berubah karena faktor masuk dan
mengalirnya air dalam tanah. Perubahan yang terjadi pada komposisi ion kompleks
dapat dipertukarkan. Misalnya ketika air memasuki tanah mempunyai komposisi
atau konsentrasi zat terlarut yang berbeda dengan larutan awal dan dapat
merubah konduktivitas hidrolik. Secara umum konduktivitas akan berkurang bila
konsentrasi zat terlarut elektrolit berkurang. Hal ini disebabkan oleh penomena
pengembangan dan dispersi yang juga dipengaruhui oleh jeni-jenis kation (pada
pelepasan dan perpindahan partikel-partikel lempung). Selama aliran yang lama,
bisa menghasilkan penyumbatan pori. Interaksi zat terlarut dan matrik tanah dan
pengaruhnya terhadap konduktivitas hidroulik khususnya penting pada tanah-tanah
masam dan berkadar natrium tinggi. (Anonim, 2010)
Dalam hubungan tanah, air dan tanaman menyatakan bahwa
konduktvitas hidrolika merupakan mengukur ketahanan (hambatan tanah) terhadap
aliran air tanah. Dengan menghubungkan kepadatan aliran gradien hidrolik,
konduktivitas hidrolik ini lereng atau nisbah antara kepadatan aliran dan
gradien hidrolik. (Islami titiek, 1995)
Adanya berbagai
persenyawaan kimia, proses fisika dan biologi maka begitu air masuk dan
mengalir dalam tanah konduktivitas hidrolik dapat berubah. Pada umumnya,
kondukdivitas hidrolik menurun dengan menurunnya konsentrasi elektrolik di
dalam larutan. Hal ini disebabkan oleh adanya pembengkokan dan distorsi (dispersi).
Adanya udara berkurang atau udara terkurang di dalam pori juga akan
mempengaruhi konduktivitas. (Islami, 1995).
Nilai konduktvitas
hidrolika bernilai negatif (-) berarti oleh karena menunjukkan bahwa air
bergerak dari potensial tinggi ke arah potenasial tinggi ke arah potensial yang
lebih rendah. (Henry
Darcy , 19- )
Dalam
membicarakan air tanah, seringkali orang menghubungkan dengan kemampuan tanaman
untuk menghisap atau mengabsorpsi air, maka untuk itu perlu dikenalkan dengan
istilah kapasitas lapang (field capacity)
dan titik layu (wilting point).
Disamping itu juga dikenal dengan kapasitas penyimpangan air (jumlah air
maksimum yang dapat disimpan oleh suatu tanah). Keadaan ini dapat dicapai jika
memberikan air pada tanah sampai terjadi kelebihan air setelah itu terjadinya
kelebihan air maka harus dibuang sehingga keadaan ini semua rongga pori tanah
berisi air. Volume maksimum menggambarkan porositas total tanah dan jika
dihubungkan dengan status energi tanah, potensial matriknya wm=0. (Poerwidodo, 1995)
Permebilitas air dalam
tanah banyak tergantung pada tekstur dan struktur tanahnya. Perlindungan tanah
dengan tanaman penutup tanah akan memelihara kestabilan agregat dan porositas,
sehingga kapasitas infiltrasi dan juga permeabilitas juga diperbesar. Celah dan
lobang-lobang yang ditimbulkan oleh serangga dan jasad hidup tanah yang lain
akan meningkatkan daya peresapan air. (Sifuddin Sarief, 74:1985)
Konduktivitas hidrolika
tanah jenuh (K-sat) pada prinsipnya diterapkan dengan menggunakan tinggi
genangan tetap yang dikenal dengan Constan Head Method, sedangkan lawan dari prinsip
tersebut diatas adalah Falling Head
Method dimana permukaan air di dalam alat ukur dibiarkan turun pada saat
pengukuran K-sat berlangsung. Nilai K-sat ini dihitung berdasarkan dua
pendekatan yaitu dilapang dengan cara menghitung jumlah air yang masuk ke
profil tanah persatuan waktu dan di laboratorium dengan cara
menghitung jumlah air yang keluar dari contoh tanah per satuan waktu. (Ananto,
1986).
Konduktivitas hidrolika
tanah juga sangat berkaitan dengan aktivitas biologis tanah atau organisme di
dalam tanah. Tanah yang permeable seperti tanah top soil memiliki sifat-sifat
fisik yang baik yang ditunjukkan oleh meningkatnya aktivitas biolois tanah.
Sedangkan pada tanah sub soil memliki sifat-sifat fisik yang kurang baik yang
ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas biologi tanah. Tekstur dan struktur
tanah yang membentuk sifat mudah atau tidaknya tanah melepaskan atau menahan
air, hal ini juga berarti berkaitan erat dengan konduktivitas hidrolika tanah.
(Suhardi, 1997).
BAB III
METODA DAN CARA KERJA
METODA DAN CARA KERJA
·
Alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum kali ini :
Pengukuran K-sat pada acara ini akan menggunakan metode constant head di laboratorium. Adapun langkah kerjanya sebagai berikut :
1.
Pertama-tama saya melakukan
penutupan Bagian bawah ring sampel dengan kain kasa yang telah disiapkan
kemudian mengikatnya lalu direndam selama 24 samapi 36 jam (sampai tanah jenuh)
2.
Kemudian menempatkan ring
sampel kosong di atas ring sampel yang telah diisi dengan contoh tanah kemudian
menyatukan kedua ring sampel tersebut dengan potongan karet ban sepeda lalu
melakukan kegiatan ini sambil contoh tanah tetap terendam di dalam air
3.
Selanjutnya memindahkan contoh
tanah ke rak yang tersedia dan mengisi bak dengan air hingga permukaanya berada
2 cm dari permukaan ring sampel kemudian Mengalirkan air ke dalam ring sampel
shipon (Pipa L) agar ketinggian air di dalam ring sampel konstan.
4.
Kemudian setelah ditampung air
yang keluar dari bawah ring sampel dengan gelas ukur. Sesaat setelah air
keluar, menghidupkan stopwatch dan mencatat volume air di dalam gelas ukur
untuk setiap periode tertentu ( beberapa detik sampai beberapa jam atau hingga
pertambahan volume air konstan ).
5.
Selanjutnya mencari nilai K-sat
dengan menggunakan rumus yang merupakan turunan dari hukum Darcy berikut
(hilel, 1980) :
Q= K-sat*A*dH/L
Atau K-sat = Q/A*L/dH
Dimana :
Q= Penambahan volume air yang tertampung di gelas ukur
per satuan waktu (mm3/jam)
A= Luas penampang gelas ukur (mm2)
Q/A= penambahan tinggi permukaan air yang didalam gelas
ukur persatuan waktu (mm/jam)
dH= tinggi genangan dari permukaan tanah (mm)
L= ketebalan contoh tanah (mm)
6. Setelah itu
melakukan perendaman kembali contoh tanah sebagaimana pada langkah (1) untuk
penetapan kadar lengas jenuh dan kapasitas lapang yang akan dilakukan acara
berikutnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Lapisan I (Top Soil)
Dalam
praktikum mengenai laju konduktivitas hidrolika tanah jenuh dengan sampel tanah
utuh, yaitu tanah lapisan top soil (lapisan atas) dan tanah lapisan sub soil
(lapisan bawah), dapat diketahui bahwa lapisan tanah atas (top soil) nilai
K-satnya lebih besar bila dibandingkan dengan nilai K-sat pada lapisan tanah
bawah.
BAB V
PENUTUP
·
KESIMPULAN
Dari pembahasan
diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan konduktivitas hidrolika tanah
pada lapisan atas lebih besar daripada konduktivitas hidrolika tanah lapisan
bawah. Hal ini disebabkan oleh:
ü Volume yang diperoleh pada lapisan atas (1) lebih banyak daripada
lapisan bawah (2)
ü Ukuran tekstur dan struktur tanah (pori-pori tanah) pada lapisan
atas lebih besar dibandingkan dengan lapisan bawah atau luas pori-pori pada
lapisan satu lebih besar dibandingkan dengan luas pori tanah pada lapisan
bawah.
Besarnya
kecepatan konduktivitas hidrolika tanah
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Poerwowidodo. 1995. Metode Selidik Tanah. Surabaya : Usaha Nasaional.
Suhardi, M.Sc. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bengkulu:
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

No comments:
Post a Comment