LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PEMBIAKAN
VEGETATIF DAN MANAJEMEN NURSERY
ACARA X
MANAJEMEN PRODUKSI : PERENCANAAN PRODUKSI DAN
PERENCANAAN RUANG
Oleh :
Nama : Jeky Miharja
Hari/shift : Kamis/ 14.00-16.00
Co-Ass : Debby Rosya Dhini
LABORATORIUM AGRONOMI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSTAS BENGKULU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen produksi merupakan
kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasi pengguna sumber-sumber daya yang
berupa SDM, sumber daya alat dan sumberdaya dana serta bahan, secara efektif
dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa
(Assauri, 2004).
Manajemen produksi
sangat diperlukan dalam kegiatan produksi pembibitan tanaman tahunan, khusunya
yang bertujuan untuk bisnis usaha. Pelaksanaan manajemen ini akan mempermudah,
membuat lebih teratur tahap demi tahap kegiatan, dan kita bisa merencanakan
kegiatan selanjutnya sehingga kita dapat mempersiapkan lebih awal. Adapun
contoh komoditi dalam pengaplikasian manajemen produksi ini adalah kakao,
dengan pembibitan generative.
Tahapan utama yang sering ada dalam suatu nursery adalah :
1.
Persemaian benih
2.
Perbanyakan vegetative
3.
Pemeliharaan awal
4.
Pemeliharaan lanjut
Praktikum manajemen
produksi ini penting dilakukan karena sangat berpengaruh dalam kegiatan
pembibitan baik dalam skala kecil maupun pada skala besar untuk usaha. Selain
itu, penggunaan laha jua dapat dimanfaatkan seefesien mungkin.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan
praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu :
1.
Mahasiswa dapat memahami
pentingnya melakukan perencanaan dalam
memperoduksi tanaman nursery.
2.
Mahasiswa berlatih merencakan produksi
tanaman nursery dalam kurun waktu
tertentu
3.
Mahasiswa mampu membuat bagan
kebutuhan ruang dan lahan untuk memproduksi tanamn nursery
4.
Mahasiswa mampu membuat
rancangan kebutuhan bahan tanam kebutuhan ruang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan
produksi juga dapat didefinisikan sebagai proses untuk memproduksi
barang-barang pada suatu periode tertentu sesuai dengan yang diramalkan atau
dijadwalkan melalui pengorganisasian sumber daya seperti tenaga kerja, bahan
baku, mesin dan peralatan lainnya. Perencanaan produksi menuntut penaksir atas
permintaan produk atau jasa yang diharapkan akan disediakan perusahaan di masa
yang akan datang. Dengan demikian, peramalan merupakan bagian integral dari
perencanaan produksi (Anis dkk, 2007).
Perencanaan tata ruang merupakan metode-metode yang
digunakan oleh sektor publik untuk mengatur penyebaran penduduk dan
aktivitas dalam ruang
yang skalanya bervariasi. Perencanaan tata ruang terdiri dari semua tingkat penatagunaan tanah, perencanaan lingkungan,
(Wikipedia, 2016)
Manajemen Produksi adalah suatu proses
pengubahan/konversi dari sumberdaya yang merupakan input menjadi barang atau
jasa yang dilakukan oleh suatu organisasi berdasarkan tujuannya (Mikolehi,
2009). Sedangakan menurut Wikipedia (2016), manajemen produksi adalah penerapan
system manajemen yang mengatur dan
mengarahkan proses yang mengubah masukan menjadi keluaran berupa barang atau
jasa yang sesuai kebutuhan konsumen. Manajemen
Produksi Tanaman adalah Ilmu terapan yang menggabungkan fungsi-fungsi manajemen
dalam kegiatan budidaya tanaman untuk menghasilkan suatu produk baik berupa
benih/bibit/bahan tanam, hasil tanaman maupun keindahan dan kenyamanan.
(Mikolehi, 2009).
Tanaman
kakao termasuk suku dari Sterculiaceae yang banyak diusahakan
oleh para pekebun, perkebunan swasta, dan perkebunan negara. Tanaman kakao
dapat diperbanyak dengan cara generativ ataupun vegetatif. Perbanyakan
generative dengan benih dari klon-klon induk yang terpilih. . Namun, banyak juga kakao diperbanyak secara
vegetatif untuk meningkatkan mutu dan hasil. Budidaya kakao sangat ditentukan
oleh tersedianya benih dan bibit yang baik untuk menjamin tersedianya benih
yang bermutu ( Cahyono 2010). Setelah 3 bulan, bibit
kakao telah memiliki minimal 18-24 helai daun, diameter batang sekitar 8 mm,
dan tinggi 50 – 60 cm. Bibit ini pun sudah siap untuk ditanam di lapangan atau
bisa pula diokulasi dan disambung untuk memperbaiki kualitas bibit kakao yang
dihasilkan (Subiantoro, 2009)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis dan informasi tentang pembibitan
tanamn yang akan di buat manajemen produksinya , contohnya kakao.
3.2 Cara Kerja
1.
Masing-masing mahasiswa membuat
rencana suatu usaha produksi nursery. Dientukan jenis usaha, luasan lahandan
target evaluasi ( 1 tahun).
2.
Dipahami system budidaya dari
tanamn yang dipilih.
3.
Ditentukan jumlah produk yang
akan dipasarkan dan periode pemasaran.
4.
Dihitung kebutuhan bahan tanam
pada setiap kegiatan.
5.
Dihitung kebutuhan ruang dan
lahan.
6.
Dibuat bagan kebutuhan bagan
dan ruang/lahan selama periode 1 tahun
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel.1 Prakiraan Kebutuhan Bahan Pangan
No
|
Tahap Kegiatan
|
Jumlah Tanaman
|
1
|
Target Penjualan
|
10.000
|
2
|
Tingkat kegagalan saat pemeliharaan 10 %
|
11.000
|
3
|
Tingkat kegagalan saat pemindahan ke polybag 5%
|
11.550
|
4
|
Kegagalan saat pengecambahan 3 %
|
11.896,5
= 11.900
|
Tabel.2 Kebutuhan ruang untuk kegiatan pembibitan
kakao 1 tahun
No
|
Tahap Kegiatan
|
Luas ruang (m2)
|
Waktu
(minggu ke)
|
1
|
Persemaian
(Jarak tanam 2,5 cm x 5 cm x 11.900
|
15 m2
|
1-2
32-34
|
2
|
Pemindahan ke Polybag dan pemeliharaan
(Jarak tanam 60cm x 60 cm x 11.550
|
4158 m2
|
2-16
34-48
|
4.2 Pembahasan
Manajemen
produksi tanaman adalah ilmu terapan yang menggabungkan fungsi-fungsi
manajemen dalam kegiatan budidaya
tanaman untuk menghasilkan suatu produk baik berupa benih/bibit/bahan tanam,
hasil tanaman maupun keindahan dan kenyamanan. (Mikolehi, 2009). Pada praktikum
ini, komoditi yang akan dirancang produksinya yaitu kakao dengan luas laha yang
tersedia yaitu 5000 m2.. Jumlah bibit yang akan dijual yaitu 10.000
bibit. Untuk memperoleh jumlah yang tidak kurang dari target, maka dipersiapkan
benih yang akan disemai lebih besar dari jumlah target tersebut. Perkiraan
jumlah benih yang disiapkan dapat dihitung dari berapa persen kegagalan dari
setiap tahapan kegiatan pada saat produksi bibit tersebut.
Pada pembibitan kakao, tahap kegiatannya cukup
sederhana, yaitu penyemaian dan pemindahan ke polybag kemudian pemeliharaan. Persentase
kegagalan dibutuhkan untuk mengetahui seberapa banyak benih yang harus ditambah
jumlahnya agar mencapai jumlah target. Persentase kegagalan yaitu kemungkinan
benih yang mati pada saat tahap kegiatan. Pada tanaman bibit kakao sebelum pada
masa siap tanam ada masa pemeliharaan selama tiga bulan atau lebih. Kegagalan
bibit hidup dapat terjadi pada masa ini baik pada tanaman kakao maupun tanamn
lain. Persentase kegagalan hidup pada
tanamn kakao di masa pemeliharaan diperkirakan yaitu 10%. Maka benih yang disiapkan yaitu (10% x 10.000)
+ 10.000 adalah 11.000.
Tahap sebelum memasuki masa pemeliharaan yaitu
pemindahan bibit ke polybag. Pada saat kegitan ini juga besar kemungkinan
terjadi kegagalan hidup bibit muda tanamn. Persentase kegagalan hidup bibit
kakao yaitu 5 %. Maka benih yang harus disiapkan yaitu (5% x 11.000) + 11.000
adalah 11.550 biji. Sebelum bibit dipindah ke polybag, benih harus disemai
terlebih dahulu. Pada saat penyemaian ini, sering terjadi kegagalan benih yang
tumbuh. Persentase kegagalan benih kakao tumbuh yaitu 3% karena benih dari varietas unggul. Namun jika masih varietas local, persentase
kegagalan tumbuh benihnya masih tinggi, dapat mencapai 10-30 %. Hal tersebut
dapat dikatakan daya kecambahnya rendah. Jumlah benih kakao yang disiapkan
yaitu (3% x 11.550) + 11.550 adalah 11.897 = 11.900. Jadi, dari uraian dari
setiap tahap tersebut kita mengetahui jumlah benih yang harus disemai agar
jumlah target tercapai.
Berdasarkan luas lahan dan jumlah bibit yang harus
dicapai, kegiatan produksi dimulai pada minggu ke18. Persemaian sampai minggu
ke 20. Kemudian pemindahan bibit ke polybag dan pemeliharaan pada minggu ke 20-34. Penyemaian ke dua
dilakukan pada minggu ke 32-34 karena masih ada area yang kosong. Kemudian
pemindahan bibit ke polybag dan pemeliharaan ke dua dilakukan pada minggu ke
48. Oleh karena itu dalam produksi pembibitan kakao hanya dapt dilakukan 2
kali.
Alasan praktikan memulai pada minggu ke 18 karena luas
lahan yang sedikit yaitu 0.5 ha.. Apabila produksi dimulai pada awal minggu,
maka sumber pemasukan dari lahan tersebut akan berhenti karena hampir semua
lahan terpakai untuk pemeliharaan yaitu 4158
m2. Untuk melanjutkan pemasukan dalam memenuhi kebutuhan,
praktikan merencanakan menanam padi seluas
mulai minggu 1, menanam sayuran sebagai selingan pemasukan seperti
selada, cabai dan sayuran yang bernilai ekonomi tinggi pada masa itu. Lahan
penanaman cabai diatur sedemikian rupa agar tidak terganggu oleh lahan
pemeliharaan bibit kakao. Apabila cabai
tidak produktif lagi, akan dilakukan rotasi tanaman dengan kacang tanah.
Setelah produksi bibit kakao periode kedua selesai , lahan pemeliharaan
tersebut akan digunakan sebagai lahan budidaya padi lagi. Padi diperkirakan
akan dipanen pada minggu ke 14 dan selama 4 minggu untuk menangani panen dan
pasca panen padi serta komoditi lain. Pada minggu ke 18 mulai mempersiapkan
benih dan area penyemaian serta dilakukan penyemaian. Benih akan berkecambah setelah satu minggu
walau masih sebahagian kecil, dan dapat dimulai pemindahan ke polybag sampai
pada minggu ke 20.
Pada minggu ke 20-34 dilakukan pemeliharaan meliputi penyiraman,
pemupukan dan pengendalian OPT. Penyiraman mutlak perlu dilakukan agar bibit
tidak mengalami kekeringan. Saat musim kemarau, penyiraman dilakukan 2 kali
sehari pada pagi dan sore hari, sedangkan saat musim hujan penyiraman
disesuaikan dengan keadaan media tanam dalam polibag. Pemupukan pada bibit
kakao dilakukan setiap 14 hari sekali sampai bibit berumur 3 bulan. Pemupukan
dilakukan dengan pupuk urea yang telah dilarutkan dalam air. Larutan pupuk urea
dibuat dengan konsentrasi 1%, ini berarti dalam 1 liter larutan terkandung
pupuk urea sebanyak 10 gram.Setiap bibit disiram larutan pupuk hingga 100 ml.
Setelah penyiraman pupuk, bibit perlu disiram kembali menggunakan air bersih
agar larutan pupuk urea yang menempel pada bagian tanaman luruh. Pengendalian
hama penyakit pada pembibitan kakao dilakukan tergantung pada kondisi serangan.
Jika hama dan penyakit seperti kutu putih, aphis, kumbang kecil, atau cendawan
pembusuk menyerang bibit, pengendalian dapat dilakukan dengan aplikasi
insektisida sesuai dosis. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual.
Setelah 3 bulan, bibit kakao telah memiliki minimal 18-24 helai daun, diameter
batang sekitar 8 mm, dan tinggi 50 – 60 cm. Bibit ini pun sudah siap untuk
ditanam di lapangan atau bisa pula diokulasi dan disambung untuk memperbaiki
kualitas bibit kakao yang dihasilkan.
BAB V
KESIMPULAN
Setelah melaksanakan praktikum ini, praktikan dapat menyimpulkan bahwa:
1.
Pentingnya tujuan perencanaan
dalam memproduksi tanaman nursery Pelaksanaan manajemen ini akan mempermudah,
membuat lebih teratur tahap demi tahap kegiatan, dan kita bisa merencanakan
kegiatan selanjutnya sehingga kita dapat mempersiapkan lebih awal.
2.
Praktikan berencana memproduksi
bibit kakao dala waktu setahun
3.
Bagan kebutuhan ruang dan lahan
untuk produksi kakao dapat dibuat oleh praktikan yaitu pada bagian hasil.
4.
Kebutuhan bahan tanam untuk
mencapai 10.000 bibit kakao adalah 11.900
benih kakao dengan lahan persemaian 15 m2 dan lahan pemeliharaan bibit dalam
polybag adalah 4158 m2
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi Dan
Operasi, Edisi Revisi Lembaga. Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta
Anis,
M., S.Nandiroh,
D.A.Utami. 2007. Optimasi Perencanaan Produksi Dengan Metode Goal ProgrammingJ.
Ilmiah Teknik Industri Vol. 5(3) :133 - 143
Wikipedia (2016), Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Perencanaan_Tata_Ruang
Mikolehi, 2009. Pembibitan Kakao. http://alamtani.com/pembibitan-kakao.html [Diakses
pada 16 November 2016)
Cahyono
Bambang. 2010. Sukses Bertanam Coklat.
Jakarta: Pustaka Mina [Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2011
Subiantoro ,Rijadi. 2009. Teknik Pembibitan Tanaman Kakao.
Politeknik Negeri Lampung
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PEMBIAKAN VEGETATIF DAN MANAJEMEN NURSERY

No comments:
Post a Comment