Tuesday, March 13, 2018

laporan praktikum pertanian lestari (cabai kepahiang)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
CabaiRawit(Capsicum annuum L.)  merupakan sayur buah yang sangat digemari masyarakat di Indonesia. Cabe banyak mengandung minyak atsiri yang memberi rasa pedas dan panas. Rasa pedasnya disebabkan oleh kandungan capsaisin (C18H27NO3) yang sangat tinggi. Buah cabe banyak mengandung vitamin A dan C (Safira, 2011). Permasalahan budidaya tanaman cabe antara lain pengairan yang masih mengandalkan hujan, penggunaan benih yang kurang terseleksi, serta pemberian pupuk yang belum optimal (Badan Pusat Statistik, 2011). Penanaman cabe rawit pada tanah sub optimal perlu dipertimbangkan untuk peningkatan produksi cabe rawit nasional.
Sustainable development mensyaratkan adanya pengelolaan sumber daya ekologi secara bijaksana oleh warga masyarakat lokal. Dalam hal ini mekanisme ekologimencakup aspek lingkungan sekitar yang sangat luas bagi masyarakat. Termasuk di dalamnya bagaimana masyarakat diberi kesempatan dan didorong untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya ekologi-nya secara berkesinambungan, termasuk di dalamnya fasilitas infrastuktur (saluran irigasi, jembatan, jalan, fasilitas publik lainya), hutan masyarakat, penggembalaan umum, gunung, sungai dan lain sebagainya. Beberapa ahli banyak memberikan kritik bahwa selama ini masyarakat cenderung hanya dilibatkan sebagai obyek dalam pengelolaan sumber daya ekologi, mereka jarang sekali dilibatkan dalam perencanaan, pengambilan keputusan serta pengelolaan sumber daya ekologi tersebut. Namun hasil penelitian Subejo dan Iwamoto (2003) menunjukkan bahwa masyarakat lokal sebenanya memiliki kearifan dan kemampuan dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya ekologi agar memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Di daerah dataran tinggi Yogyakarta dimana fisik ekologi sangat tidak menguntungkan untuk produksi pertanian yang dicirikan dengan perbukitan batuan kapur dan lahan kering, masyarakat lokal telah menciptakan institusi kerja lokal yang bisa difungsikan untuk mengelola sumber daya ekologi secara optimal misalnya untuk membangun dan memperbaiki teras-teras, pembuatan kolam penampungan air untuk kebutuhan rumah tangga maupun ternak. Collective action tersebut selain mampu merubah lahan kritis menjadi lahan produktif juga memberikan kontribusi nyata dalam pelestarian sumber daya ekologi dan konservasi lahan.
Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosial ekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.
 
           Pembangunan pertanian berkelanjutan lebih mentitikberatkan pada keadaan yang akan terjadi pada beberapa tahun kedepan, seperti kekurangan pangan akibat situasi ekonomi politik yang tidak menguntungkan dan ledakan penduduk yang luar biasa. Yang menjadi permasalahn yang harus dapat diatasi adalah bagaimana cara yang harus dilakukan untuk dapat menekan jumlah penduduk dan mencukupi kebutuhan pangan secara nasional maupun internasional.Pembangunan pertanian seharusnya dilakukan dengan mengadopsi model tertentu, dimana model pertanian itu harus dirubah secara total. Pertanian tradisional dianggap tidak layak lagi karena yang dibutuhkan adalah ketersediaan pangan dalam jumlah besar dan cepat. Dengan menerapkan sistem pertanian berkelanjutan maka kemungkinan besar masalah-masalah tersebut akan dapat teratasi. Karena dengan pertanian berkelanjutan ini dilihat darisegiteknologisangatm,endukung, bibitunggultersedia, pemilihanlahan yang tepatdansesuaidenganjenistanaman yang akanditanam.(Rustiadidan Reti. 2008)
Pada dasarnya sistem pertanian berkelanjutan merupakan sistem perubahan dari pertanian tradisional dengan tujuan untuk dapat memenuhi target-target maksimal yang telah direncanakan, mengatasi permasalahan perekonomian dunia dan memaksimalkan kebutuhan yang cepat dan siap saji. Hal tersebut juga didasarkan pada pengelolaan sumberdaya yang adadenganmaksimal,memanfaatkan,memperetahankandanlebihmeningkatkankualitaslingkungansertakonservasisumberdayaalam.
Dalam pengelolaannya, sistem pertanian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Pemilihan komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan secara ekonomis, masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan dibudidayakan pada lahan yang tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis danmenguntungkansecaraekonomis.
 


Dari beberapa urian diatas sangat jelas bahwa pentingnya sistem pertanian berkelanjutan untuk dapat diterapkan oleh berbagai negara yang ada dibelahan dunia dengan semaksimal mungkin. Pada paper ini diuraikan tentang definisi pertanian berkelanjutan, sifat dan ciri pada pertanian berkelanjutan, dampak positif maupun negatifnya dan indikator serta aplikasi pertanian berkelanjutan.
Proses penting yang berkaitan dengan pembentukan tanah adalah penimbunan bahan organik yang cenderung mencapai suatu tingkat keseimbangan dalam tanah. Tingkat penimbunan bahan organik dalam tanah tergantung pada sifat lingkungan pembentukan tanah yang mencakup dua proses, yaitu penambahan residu atau sisa-sisa tanaman dan binatang, dan perombakan bahan tersebut oleh jasad mikro tanah. Pada proses perombakan bahan sisa tumbuhan dihancurkan menjadi bentuk melarut atau menguap yang dapat hilang dari tanah. Apabila jumlah penambahan dan kehilangan bahan organik tanah berada pada tingkat seimbang.

1.2  TUJUAN
1.      Untuk mengetahui sistem budidaya tanaman cabai Rawit di Desa SengkuangKabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu.
2.      Untuk mengetahui apakah sistem yang diterapkan oleh petani telah memenuhi dari konsep pertanian lestari
3.      Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari sistem pertanian yang diterapkan oleh petani di Desa SengkuangKepahiang Provinsi Bengkulu.


1.3  MANFAAT
1.      Sebagai bahan pertimbanagan dalam sistem budidaya menggunakan konsep pertanian lestari pada tanaman cabai Rawit agar menghasilkan produksi yang tinggi.
2.      Sebagai bahan refrensi dalam pembuatan makalah selanjutnya untuk objek lokasi pada desa Sengkuang Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu.
3.      MendapatkanpengetahuandarilapangansecaralangsungdaripetanicabaiRawit





BAB II
IDENTIFIKASI LOKASI
Provinsi Bengkulu merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi dalam pengembangan komoditas hortikultura, termasuk cabai rawit sebagai komoditas pangan unggulan nasional yang pengembangannya tersentra di daerah dataran tinggi Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Tanaman cabai merah mempunyai daya adaptasi cukup luas dari dataran tinggi sampai dataran rendah, namun rerata produktivitas cabai Rawitrelatif rendah yaitu hanya sekitar 5,61 t/ha (Kementerian Pertanian, 2011) bila dibandingkan dengan potensi hasil yang berkisar antara 12–20 t/ha (Soetiarso dan Setiawati, 2010).         
Secara geografis Kabupaten Kepahiang terletak antara 101o 55’ 19” sampai dengan 103o 01’ 29” Bujur Timur dan 02o 43’ 07” sampai dengan 03o 46’ 48” Lintang Selatan. Daerah ini terbagi dalam kawasan budi daya seluas 48.177,69 hektar (72,45%) dan kawasan hutan seluas 18.322,31 hektar (27,55 %) Kabupaten Kepahiang memiliki luas 66.500 Hektar yang memiliki batas wilayah Pada umumnya, topografi Kabupaten Kepahiang terdiri atas daerah dataran tinggi, yang merupakan gugusan Pegunungan Bukit Barisan. Tak heran, letak wilayah ini antara lain berada diketinggian 350 meter hingga lebih 1.200 meter dari permukaan laut, (PemerintahdaerahKabupatenKepahiang, 2010).
Pada praktikum ini kami melakukan wawancara langsung kepada petani dan sekaligus mengunjungi dan melihat lahan yang diusahakan oleh petani. Dari narasumber kami yang bernama Pak Rojomemiliki Luas lahan cabairawit3000m2 atau 60x50m dengan jenis lahan irigasi dan jenis tanah  andosol (15,08 %). secara garis besar tanah andosol mempunyai sifat fisik dan kimia cukup baik, sehingga dengan demikian produktifitas tanahnya sedang – tinggi. Tanah ini banyak digunakan untuk tanaman hortikultura atau sayuran. (faiz, 2009).
Bentang topografi lahan bapak Rojo adalah daerah dataran tinggi, yang merupakan gugusan pegunungan bukit barisan, letak wilayah lahan pak Rojo antara lain berada pada ketinggian 350 meter – 1.200 meter dari permukaan laut dan batas – batas lahan merupakan perkebunanan kopi dan pertanian hortikultura berupa sawi dan cabai yang diusahkan oleh petani yang merupakan tetangganya sendiri.




BAB III
DESKRIPSI PROSES PRODUKSI
PersiapanBedengan persemaiankebunbudidayacabaiRawitvarietas SMR 22 Pak Rojodibuat arah utara selatan menghadap ketimur. Media semai dibuat dari campuran tanah dan pupukkandangayam. dengan perbandingan 1:1. Benih ditaburkan secara merata diatas media semai kemudian ditutup dengan tanah tipis, disiram dan ditutup dengan daun pisang. Daun pisang dibuka secara bertahap. Setelah umur semaian kurang lebih 7 hari, semaian dipindahkan ke bumbunan yang terbuat dari daun pisang yang diisi campuran dan kompos steril dengan perbandingan 1:1, dan dipilih bibit yang sehat dan pertumbuhannya bagus. Bibit berumur kurang lebih 30-35 hari setelah semai atau telah mempunyai 5-6 helai daun siap untuk dipindahkan kelapangan kata pakrojo.
Proses ProduksiTanamanCabaiRawitPadaLahan Pak Rojodiolahdengancara Manual denganmenggunakancangkuluntukmenggemburkantanahselama 2 haridenganupahharian Rp.60.000/hari. Kemudianlahandiberikanpupukkandangayamsebanyak 30 karungdenganhargaperkarungnya Rp.5000 PakRojojugamemberikanpupukdedakKopi untuklahancabainyapupukdedak kopi didapatdaritetangganya yang mempunyaimesinpenumbukKopi.
Persipantanamcabairawitpadaumur 1 bulandenganJarakantabedengkuranglebih 40-50 cm (disesuaikandengankemudahanpemeliharaan  dan agar draenasenyaberlangsungdenganbaik) ujar Pak Rojo. Jaraktanam yang digunakandalampenanamancabaiRawitpadakebun Pak Rojoadalah 70 cm x 70 cm atau 60 cm x 70 cm.
Pemeliharaanterdiridaripenyulaman, pemasanganajir, pengaturandrainase, penyiangan, penggemburan, pemupukan.penyulamanterhadapbibit yang matimaksimal 2 minggusetelahtanam.Pemasanganajirberupabilahbambusetinggikuranglebih 1 meter di dekattanaman..Penyiangan Hal iniperludilakukanuntukmengurangikompetisitanamandengangulmadalammendapatkanunsurhara.
Pupukyang digunakanPak Rojoialahpupukkandang 10-30 ton/ ha,Pemberianpupuk kandangdankapurpertaniandilakukansaatpembuatanbedengan.Pupukbuatansebagaipupukdasardiberikandengancaramembuatlarikanberjarak 25-30 cm daritepibedengandanjarakantarlarikan 70 cm, kemudiantaburkanpupuksecaramerata. Pemupukansusulandiberikanpadasaattanamanberumursatubulan, menggunakanpupukdasar.BiasanyapakrojomelakaukanPemupukansusulaninibedengancaradicor,setiaptanamandisiramdengan 150-250 ml larutanpupuk. Larutanpupukdibuatdenganmengencerkan 1,5-3 kg pupukbuatan per 100 liter airpakrojomenggunakanpupuk NPK. Padasaatpanen, buah yang rusakdimusnahkan, kemudianbuah yang dipanendimasukkandalamkarungdanjikakondisipanensebaiknyadisimpan di tempat yang kering, sejukdansirkulasiudara yang baik.Panenpertama Pak Rojomendapatkanhasil 3 karungdenganberat/karung 75kg dengan interval panenmaksimal 15 kali panen.





BAB IV
ANALISIS ARGUMENTATIF
Medium atau tempat tumbuhan suatu tanaman adalah tanah begitu juga halnya dengan mahluk hidup lainnya seperti manusia dan hewan. Tanah merupakan bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik lainya. Partikel-partikel mineral ini sangat penting bagi kesuburan tanah untuk dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan tumbuhan agar dapat tumbuh dengan baik dan dapat melengkapi siklus hidupnya. Pertumbuhan tanaman Cabai Rawit (Capsicum annum L.) sangat dipengaruhi oleh adanya unsur hara yang terdapat di dalam pupuk kandang, tanpa unsur hara pertumbuhan tanaman cabai Rawit (Capsicum annum L.) akan mengalami hambatan. Dalam kegiatan budidaya cabai rawit, bahan yang digunakan adalah tanaman Cabai Rawit (Capsicum annum L.) yang diletakakan atau ditanam pada bedengan dan diberiakan mulsa hitam perak sebagai penunjang keberhasilan dalam kegiatan budidaya cabai rawit, denganpemberian konsentrasi pupuk kandang yang berbeda-beda. Dengan harapan pertumbuhan dan perkembangan pada Cabai Rawit (Capsicum annum L.) akan lebih cepat terjadi terkait dengan ketersediaan unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang lebih kompleks meperbaiki sifat fisik tanah biologi tanah dan menambah aktivitas hidup jasad renik yang menguntungkan bagi tanah. Jika ketersediaan unsur hara dalam tanah kurang dari jumlah yang dibutuhkan oleh Cabai Rawit (Capsicum annum L.) untuk pertumbuhan, maka tanaman tersebut akan terganggu metabolismenya yang secara visual dapat terlihat dari penyimpangan-penyimpangan pada pertumbuhannya. Misalnya pertumbuhan akar, batang, dan daun yang terhambat (kerdil) dan bahkan ada yang mengalami kematian. Oleh karena itu, pemberian pupuk kandang adalah solusi atau jalan keluar terbaik dalam membantu akan ketersediaan unsur hara di tanah agar CabaiRawit (Capsicum annum L.) dapat lebih cepat tumbuh normal seperti yang diharapkan.
Tahapan pengolahan lahan dalam budidaya cabai meliputi pembersihan lahan, pembajakan atau pencangkulan, dan pembuatan bedengan. Pembersihan lahan areal penanaman cabai terutama dilakukan terhadap gulma yang dapat menjadi inang hama dan penyakit dan meningkatkan kelembapan lahan. Pembersihan juga dilakukan terhadap tanaman keras yang dapat menghambat penetrasi sinar matahari. Pekerjaan ini dapat dilakukan secara manual jika luas lahan yang dikelola tidak terlalu luas, atau menggunakan traktor buldozer jika lahan relatif luas dan banyak tanaman tahunan.
Lahan yang telah dibersihkan dapat langsung dibajak atau dicangkul dengan kedalaman 30-40 cm. Sewaktu dilakukan pencangkulan ini, Rumput dan sisa tanaman lunak dapat dicangkul sekaligus sehingga membusuk dan dapat menjadi pupuk. Tujuan pencangkulan adalah untuk mengubah struktur tanah menjadi lebih gembur atau remah sehingga akar tanaman akan lebih mudah menembus tanah untuk mengambil zat makanan.
Sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan menggunakan empat macam model sistem, yaitu sistem pertanian organik, sistem pertanian terpadu, sistem pertanian masukan luar rendah, dan sistem pengendalian hama terpadu (Salikin, 2003).
Salah satu sistem usaha tani yang dapat mendukung pembangunan pertanian di wilayah pedesaan adalah sistem integrasi tanaman ternak. Ciri utama dari pengintegrasian tanaman dengan ternak adalah terdapatnya keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dengan ternak. Keterkaitan tersebut terlihat dari pembagian lahan yang saling terpadu dan pemanfaatan limbah dari masing masing komponen. Saling keterkaitan berbagai komponen sistem integrasi merupakan factor pemicu dalam mendorong pertumbuhan pendapatan masyarakat tani dan pertumbuhan ekonomi wilayah yang berkelanjutan (Pasandaran, 2006).
Bahan orgnik di samping berpengaruh terhadap pasokan hara tanah juga tidak kalah pentingnya terhadap sifat fisik, biologi dan kimia tanah lainnya. Syarat tanah sebagai media tumbuh dibutuhkan kondisi fisik dan kimia yang baik. Keadaan fisik tanah yang baik apabila dapat menjamin pertumbuhan akar tanaman dan mampu sebagai tempat aerasi dan lengas tanah, yang semuanya berkaitan dengan peran bahan organik. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi : struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak kalah penting adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi (Pertoyo, 1999).
Menurut Muryanto, dkk (2004), limbah kulit kopi yang diperoleh dari proses pengolahan kopi dari biji utuh menjadi kopi bubuk. Proses pengolahan kopi ada 2 macam, yaitu (1) Pengolahan kopi merah/masak dan (2) Pengolahan kopi hijau/mentah. Pengolahan kopi merah diawali dengan pencucian dan perendaman serta pengupasan kulit luar, proses ini menghasilkan 65% biji kopi dan 35% limbah kulit kopi. Keunggulan kompos kulit kopi ini adalah kandungan Nitrogennya yang cukup tinggi berkisar 6% sehingga dapat mensubstitusi pupuk yang mengandung nitrogen. Kendalanya adalah rasio C/N yang cukup tinggi sehingga membutuhkan waktu agak lama untuk terdekomposis atau solusinya adalah menambah sumber nitrogen dan decomposer untuk mempercepat dekomposisi.



Pada dasarnya sistem pertanian berkelanjutan merupakan sistem perubahan dari pertanian tradisional dengan tujuan untuk dapat memenuhi target-target maksimal yang telah direncanakan, mengatasi permasalahan perekonomian dunia dan memaksimalkan kebutuhan yang cepat dan siap saji. Hal tersebut juga didasarkan pada pengelolaan sumberdaya yang ada denganmaksimal,memanfaatkan,memperetahankandanlebihmeningkatkankualitaslingkungansertakonservasisumberdayaalam.
Dalam pengelolaannya, sistem pertanian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Pemilihan komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan secara ekonomis, masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan dibudidayakan pada lahan yang tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis danmenguntungkandanmenguntungkansecaraekonomis.
Dari beberapa urian diatas sangat jelas bahwa pentingnya sistem pertanian berkelanjutan untuk dapat diterapkan oleh berbagai negara yang ada dibelahan dunia dengan semaksimal mungkin. Pada paper ini diuraikan tentang definisi pertanian berkelanjutan, sifat dan ciri pada pertanian berkelanjutan, dampak positif maupun negatifnya dan indikator serta aplikasi pertanian berkelanjutan.
Proses penting yang berkaitan dengan pembentukan tanah adalah penimbunan bahan organik yang cenderung mencapai suatu tingkat keseimbangan dalam tanah. Tingkat penimbunan bahan organik dalam tanah tergantung pada sifat lingkungan pembentukan tanah yang mencakup dua proses, yaitu penambahan residu atau sisa-sisa tanaman dan binatang, dan perombakan bahan tersebut oleh jasad mikro tanah. Pada proses perombakan bahan sisa tumbuhan dihancurkan menjadi bentuk melarut atau menguap yang dapat hilang dari tanah. Apabila jumlah penambahan dan kehilangan bahan organik tanah berada pada tingkat seimbang.
Pemberian pupuk organik secara terus menurus yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama memiliki efek yang buruk terhadap tanah dan lingkungan. Pemberian pupuk anorganik yang tidak diimbangi dengan pupku organik dapat merusak struktur tanah, merusak kesuburan tanah dan menimbulkan pencemaran. Hal ini untuk menghindari terjadinya efek negatif tersebut pemberian kedua pupuk tersebut harus lah berimbang, sehingga keseburan tanah tetap terjaga dan kebutuhan tanaman tetap unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dapat terenuhi.Pengembalian energi ke lahan atas energi yang terangkut waktu panen menurut pakRojo pada saat setelah pemanenan yang tidakmempunyainilaiproduksilagidandigunakansebagaipupukhijau.
Berbagai tahapan kegiatan pertanian akan menentukan kualitas output yang akan dihasilkan. Oleh karena itu seharusnya penerapan teknologi dan inovasi diperhatikan agar setiap kegiatan yang dilakukan tidak akan menimbulkan dampak negatif baik pada lingkungan maupun kesehatan manusia. Tahapan yang tidak bisa ditinggalkan dari kegiatan pertanian yaitu  proses pemupukan, kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman. Dewasa ini pertanian organik menjadi wacana yang mulai dikembangkan pada pertanian di Indonesia. Sumber bahan pembuatan pupuk pada pertanian organik yang terbuat dari limbah pertanian atau peternakan menjadikan keunggulan bagi penggunaan pupuk organik dibandingkan pupuk kimia karena dapat mengurangi dampak pencemaran limbah-limbah terhadap lingkungan. Selain itu menurut Sutanto (2002), tanah yang dibenahi dengan pupuk organik mempunyai struktur yang baik Berbagai tahapan kegiatan pertanian akan menentukan kualitas output yang akan dihasilkan. Oleh karena itu seharusnya penerapan teknologi dan inovasi diperhatikan agar setiap kegiatan yang dilakukan tidak akan menimbulkan dampak negatif baik pada lingkungan maupun kesehatan manusia. Tahapan yang tidak bisa ditinggalkan dari kegiatan pertanian yaitu proses pemupukan, kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman. Dewasa ini pertanian organik menjadi wacana yang mulai dikembangkan pada pertanian di Indonesia. Sumber bahan pembuatan pupuk pada pertanian organik yang terbuat dari limbah pertanian atau peternakan menjadikan keunggulan bagi penggunaan pupuk organik dibandingkan pupuk kimia karena dapat mengurangi dampak pencemaran limbah-limbah terhadap lingkungan. Selain itu menurut, tanah yang dibenahi dengan pupuk organik mempunyai struktur yang baik. Sutanto, (2002)
Output yang dihasikan dari kegiatan pertanian yang mengarah pada pertanian organik dipercaya memiliki kualitas yang lebih baik dari sisi kesehatan dibandingkan pertanian anorganik. Sedangkan pada tanaman, pupuk organik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pupuk anorganik diantaranya adalah mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap walaupun jumlahnya sedikit, dapat memperbaiki struktur tanah, beberapa tanaman yang menggunakan kompos lebih tahan terhadap serangan penyakit, menurunkan aktivitas mikroorganisme tanah yang merugikan. Djuarnani, dkk, (2005),


Penerapan kegiatan pertanian organik memerlukan adaptasi, baik terhadap perilaku petani yang telah terbiasa menggunakan pupuk atau bahan kimia lainnya pada kegiatan pertanian, maupun adaptasi pada kondisi lahan pertanian. Petani yang telah terbiasa menerapkan suatu sistem tertentu pada kegiatan pertanian biasanya akan sulit untuk mengubah pola perilakunya mereka, termasuk jika harus 5 mengubah kebiasaannya menggunakan bahan-bahan kimia untuk beralih menggunakan bahan organik secara utuh. Kondisi lahan yang telah terbiasa menggunakan pupuk kimia juga tidak secara langsung bisa beradaptasi menggunakan pupuk organik secara utuh. Menurut Sutanto (2002), pada tahap awal penerapan pertanian organik masih perlu dilengkapi pupuk kimia atau pupuk mineral, terutama pada tanah yang miskin hara. Pupuk kimia masih sangat diperlukan agar supaya takaran pupuk organik tidak terlalu banyak yang nantinya akan menyulitkan pada pengelolaannya. Sejalan dengan proses pembangunan kesuburan tanah menggunakan pupuk organik, secara berangsur kebutuhan pupuk kimia yang berkadar tinggi dapat dikurangi.
Sistem pertanian berkelanjutan sangat penting untuk direalisasikan agar tidak terjadi penurunan tingkat produksi hasil pertanian pada masa mendatang. Penurunan produksi tersebut bisa diakibatkan karena menurunnya tingkat kesuburan lahan dari penggunaan bahan-bahan kimia secara terus menerus dan tidak menyertai penambahan bahan organik pada lahan usahatani. Usaha tani semi organik menerapkan inovasi pengurangan pemakaian pupuk kimia dan mensubtitusikannya dengan menggunakan pupuk organik, serta membebaskan lahan usaha taninya dari pemakaian pestisida kimia. Pada masa mendatang diharapkan penggunaan pupuk kimia ini dapat dilepaskan seutuhnya.




BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkanhasildari praktikum survey pertanianlestari yang dilakukandapat disimpulkan bahwa budidayapertanian yang dilakukan termasuk kedalam pertanian lestari dilihat dari sisi ekonomi yang menguntungkan, Dalam pertanian yang terpadu antara ternak dan tanaman dapat mengurangi pengeluaran untuk pupuk serta menjaga stabilitas tanah dan unsur hara yang baik.Adannyaproses tanaman bergilir yang diterapkan. Kemudiansisa-sisalimbahtanamandijadikanpupukhijaudikembalikanketanahsehinngapenggunaanlahan yang digunakanmenjadilestaridalampengguannnya.
            Faktor yang signifikan mempengaruhi petani dalam mengurangi pemakaian pupuk kimia adalah informasi. Petani yang mendapatkan informasi akan semakin mempunyai peluang untuk menerapkan inovasi pengurangan pupuk 78 kimia dibandingkan petani yang tidak mendapatkan informasi secara pasti melalui lembaga pertanian. Faktor yang tidak signifikan mempengaruhi keputusan petani menerapkan inovasi pengurangan pupuk kimia yaitu pendidikan, luas lahan, umur, pendapatan dan biaya pupuk.




DAFTAR PUSTAKA
Soetiarso, T.A dan Setiawati, W. 2010. Kajian Teknis dan Ekonomis Sistem Tanam Dua Varietas Rawit Di Dataran Tinggi. Pusatlitbang Hortikultura. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. J. Hort., vol. 20, no. 3 Tahun 2010, hlm. 284-98.
Rustiadi, E dan W. Reti .2008. Urgensi Lahan Pertanian pangan Abadi dalam Perspektif Ketahanan Pangan, dalam Arsyad,S dan E. Rustiadi (Ed), Penyelamatan tanah, Air dan Lingkungan. Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia .p 61-86
Safira, E. U. (2011). Jurus Sukses Bertanam 20 Sayuran di Pekarangan Rumah. Klaten. 53.
Partoyo, Joetono, dan Sri Hastuti. 1999. Pengaruh Polisakarida fraksi berat tanah dan asam humat pada pembentukan dan pemantapan agregat regosol. Konggres Nasional VII. HITI. Bandung.
Barchia, Faiz. 2009. Agroekosistem Tanah Mineral Masam.[on line] http://faizbarchia.blogspot.com/2009/05/agroekosistem-tanah-mineral-masam.html.(selasa, 31-10-2011)
Subejo dan Iwamoto, Noriaki, 2003, Labor Institutions in Rural Java: A Case Study in Yogyakarta Province, Working Paper Series No. 03-H-01, Department of Agriculture and Resource Economics, The University of Tokyo, JAPAN
Salikin, K.A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta : Kanisius.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik : Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius Media, Yogyakarta. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik : Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius Media, Yogyakarta.




LAMPIRAN
Gambar 1. Pak Rojomenjelaskan proses budidayacabairawitdaripenanamanhinggapanen
Gambar 2. Pengamatan cabai rawit kebun pak Rojo
Gambar 3 hasilpanencabairawitsatu kali panen






No comments:

Post a Comment

LAPORAN MAGANG KELAPA SAWIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMULIAAN TANAMAN KELAPA SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) M...