BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
CabaiRawit(Capsicum
annuum L.) merupakan sayur buah
yang sangat digemari masyarakat di Indonesia. Cabe banyak mengandung minyak
atsiri yang memberi rasa pedas dan panas. Rasa pedasnya disebabkan oleh
kandungan capsaisin (C18H27NO3) yang sangat tinggi. Buah cabe banyak mengandung
vitamin A dan C (Safira, 2011). Permasalahan budidaya tanaman cabe antara lain
pengairan yang masih mengandalkan hujan, penggunaan benih yang kurang
terseleksi, serta pemberian pupuk yang belum optimal (Badan Pusat Statistik,
2011). Penanaman cabe rawit pada tanah sub optimal perlu dipertimbangkan untuk
peningkatan produksi cabe rawit nasional.
Sustainable
development mensyaratkan adanya pengelolaan sumber daya ekologi secara
bijaksana oleh warga masyarakat lokal. Dalam hal ini mekanisme
ekologimencakup aspek lingkungan sekitar yang sangat luas bagi masyarakat.
Termasuk di dalamnya bagaimana masyarakat diberi kesempatan dan didorong untuk
mengelola dan memanfaatkan sumber daya ekologi-nya secara berkesinambungan,
termasuk di dalamnya fasilitas infrastuktur (saluran irigasi, jembatan, jalan,
fasilitas publik lainya), hutan masyarakat, penggembalaan umum, gunung, sungai
dan lain sebagainya. Beberapa ahli banyak memberikan kritik bahwa selama ini
masyarakat cenderung hanya dilibatkan sebagai obyek dalam pengelolaan sumber
daya ekologi, mereka jarang sekali dilibatkan dalam perencanaan, pengambilan
keputusan serta pengelolaan sumber daya ekologi tersebut. Namun hasil
penelitian Subejo dan Iwamoto (2003) menunjukkan bahwa masyarakat lokal
sebenanya memiliki kearifan dan kemampuan dalam memanfaatkan dan mengelola
sumber daya ekologi agar memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.
Di daerah dataran tinggi Yogyakarta dimana fisik ekologi sangat tidak
menguntungkan untuk produksi pertanian yang dicirikan dengan perbukitan batuan
kapur dan lahan kering, masyarakat lokal telah menciptakan institusi kerja
lokal yang bisa difungsikan untuk mengelola sumber daya ekologi secara optimal
misalnya untuk membangun dan memperbaiki teras-teras, pembuatan kolam
penampungan air untuk kebutuhan rumah tangga maupun ternak. Collective
action tersebut selain mampu merubah lahan kritis menjadi lahan produktif
juga memberikan kontribusi nyata dalam pelestarian sumber daya ekologi dan
konservasi lahan.
Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosial ekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.
Pembangunan pertanian berkelanjutan lebih mentitikberatkan pada keadaan yang akan terjadi pada beberapa tahun kedepan, seperti kekurangan pangan akibat situasi ekonomi politik yang tidak menguntungkan dan ledakan penduduk yang luar biasa. Yang menjadi permasalahn yang harus dapat diatasi adalah bagaimana cara yang harus dilakukan untuk dapat menekan jumlah penduduk dan mencukupi kebutuhan pangan secara nasional maupun internasional.Pembangunan pertanian seharusnya dilakukan dengan mengadopsi model tertentu, dimana model pertanian itu harus dirubah secara total. Pertanian tradisional dianggap tidak layak lagi karena yang dibutuhkan adalah ketersediaan pangan dalam jumlah besar dan cepat. Dengan menerapkan sistem pertanian berkelanjutan maka kemungkinan besar masalah-masalah tersebut akan dapat teratasi. Karena dengan pertanian berkelanjutan ini dilihat darisegiteknologisangatm,endukung, bibitunggultersedia, pemilihanlahan yang tepatdansesuaidenganjenistanaman yang akanditanam.(Rustiadidan Reti. 2008)
Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosial ekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.
Pembangunan pertanian berkelanjutan lebih mentitikberatkan pada keadaan yang akan terjadi pada beberapa tahun kedepan, seperti kekurangan pangan akibat situasi ekonomi politik yang tidak menguntungkan dan ledakan penduduk yang luar biasa. Yang menjadi permasalahn yang harus dapat diatasi adalah bagaimana cara yang harus dilakukan untuk dapat menekan jumlah penduduk dan mencukupi kebutuhan pangan secara nasional maupun internasional.Pembangunan pertanian seharusnya dilakukan dengan mengadopsi model tertentu, dimana model pertanian itu harus dirubah secara total. Pertanian tradisional dianggap tidak layak lagi karena yang dibutuhkan adalah ketersediaan pangan dalam jumlah besar dan cepat. Dengan menerapkan sistem pertanian berkelanjutan maka kemungkinan besar masalah-masalah tersebut akan dapat teratasi. Karena dengan pertanian berkelanjutan ini dilihat darisegiteknologisangatm,endukung, bibitunggultersedia, pemilihanlahan yang tepatdansesuaidenganjenistanaman yang akanditanam.(Rustiadidan Reti. 2008)
Pada
dasarnya sistem pertanian berkelanjutan merupakan sistem perubahan
dari pertanian tradisional dengan tujuan untuk dapat memenuhi target-target maksimal
yang telah direncanakan, mengatasi permasalahan perekonomian dunia dan
memaksimalkan kebutuhan yang cepat dan siap saji. Hal tersebut juga didasarkan
pada pengelolaan sumberdaya yang adadenganmaksimal,memanfaatkan,memperetahankandanlebihmeningkatkankualitaslingkungansertakonservasisumberdayaalam.
Dalam
pengelolaannya, sistem pertanian berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal,
lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan
untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Pemilihan komoditas
dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan pembangunan
pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan secara ekonomis,
masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan dibudidayakan pada lahan yang
tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis danmenguntungkansecaraekonomis.
Dari beberapa
urian diatas sangat jelas bahwa pentingnya sistem pertanian
berkelanjutan untuk dapat diterapkan oleh berbagai negara yang ada dibelahan
dunia dengan semaksimal mungkin. Pada paper ini diuraikan tentang
definisi pertanian berkelanjutan, sifat dan ciri pada pertanian berkelanjutan,
dampak positif maupun negatifnya dan indikator serta aplikasi pertanian
berkelanjutan.
Proses penting
yang berkaitan dengan pembentukan tanah adalah penimbunan bahan organik yang
cenderung mencapai suatu tingkat keseimbangan dalam tanah. Tingkat penimbunan
bahan organik dalam tanah tergantung pada sifat lingkungan pembentukan tanah
yang mencakup dua proses, yaitu penambahan residu atau sisa-sisa tanaman dan
binatang, dan perombakan bahan tersebut oleh jasad mikro tanah. Pada proses
perombakan bahan sisa tumbuhan dihancurkan menjadi bentuk melarut atau menguap
yang dapat hilang dari tanah. Apabila jumlah penambahan dan kehilangan bahan
organik tanah berada pada tingkat seimbang.
1.2
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui sistem budidaya tanaman cabai Rawit
di Desa SengkuangKabupaten Kepahiang
Provinsi Bengkulu.
2. Untuk
mengetahui apakah sistem yang diterapkan oleh petani telah memenuhi dari konsep
pertanian lestari
3. Untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan dari sistem pertanian yang diterapkan oleh
petani di Desa SengkuangKepahiang
Provinsi Bengkulu.
1.3
MANFAAT
1. Sebagai
bahan pertimbanagan dalam sistem budidaya menggunakan konsep pertanian lestari
pada tanaman cabai Rawit
agar menghasilkan produksi yang tinggi.
2. Sebagai
bahan refrensi dalam pembuatan makalah selanjutnya untuk objek lokasi pada desa
Sengkuang Kabupaten Kepahiang
Provinsi Bengkulu.
3. MendapatkanpengetahuandarilapangansecaralangsungdaripetanicabaiRawit
BAB
II
IDENTIFIKASI
LOKASI
Provinsi Bengkulu merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi
dalam pengembangan komoditas hortikultura, termasuk cabai rawit sebagai komoditas pangan unggulan nasional
yang pengembangannya tersentra di daerah dataran tinggi Kabupaten Rejang Lebong
dan Kepahiang. Tanaman cabai merah mempunyai daya adaptasi cukup luas dari
dataran tinggi sampai dataran rendah, namun rerata produktivitas cabai Rawitrelatif rendah yaitu hanya sekitar 5,61 t/ha
(Kementerian Pertanian, 2011) bila dibandingkan dengan potensi hasil yang
berkisar antara 12–20 t/ha (Soetiarso dan Setiawati, 2010).
Secara geografis
Kabupaten Kepahiang terletak antara 101o 55’ 19” sampai dengan 103o 01’ 29”
Bujur Timur dan 02o 43’ 07” sampai dengan 03o 46’ 48” Lintang Selatan. Daerah
ini terbagi dalam kawasan budi daya seluas 48.177,69 hektar (72,45%) dan
kawasan hutan seluas 18.322,31 hektar (27,55 %) Kabupaten Kepahiang memiliki
luas 66.500 Hektar yang memiliki batas wilayah Pada umumnya, topografi
Kabupaten Kepahiang terdiri atas daerah dataran tinggi, yang merupakan gugusan
Pegunungan Bukit Barisan. Tak heran, letak wilayah ini antara lain berada
diketinggian 350 meter hingga lebih 1.200 meter dari permukaan laut, (PemerintahdaerahKabupatenKepahiang, 2010).
Pada praktikum ini kami melakukan wawancara langsung kepada petani dan
sekaligus mengunjungi dan melihat lahan yang diusahakan oleh petani. Dari
narasumber kami yang bernama Pak Rojomemiliki Luas lahan cabairawit3000m2 atau 60x50m dengan jenis lahan irigasi dan jenis tanah andosol (15,08 %). secara garis besar tanah
andosol mempunyai sifat fisik dan kimia cukup baik, sehingga dengan demikian
produktifitas tanahnya sedang – tinggi. Tanah ini banyak digunakan untuk
tanaman hortikultura atau sayuran. (faiz, 2009).
Bentang topografi lahan bapak Rojo adalah daerah dataran tinggi, yang merupakan gugusan pegunungan bukit
barisan, letak wilayah lahan pak Rojo antara lain berada pada ketinggian 350 meter – 1.200 meter dari
permukaan laut dan batas – batas lahan merupakan perkebunanan kopi dan
pertanian hortikultura berupa sawi dan cabai yang diusahkan oleh petani yang
merupakan tetangganya sendiri.
BAB
III
DESKRIPSI
PROSES PRODUKSI
PersiapanBedengan
persemaiankebunbudidayacabaiRawitvarietas
SMR 22 Pak Rojodibuat arah utara selatan menghadap
ketimur. Media semai dibuat dari campuran tanah dan pupukkandangayam. dengan
perbandingan 1:1. Benih ditaburkan secara merata diatas media semai kemudian
ditutup dengan tanah tipis, disiram dan ditutup dengan daun pisang. Daun pisang
dibuka secara bertahap. Setelah umur semaian kurang lebih 7 hari, semaian dipindahkan ke
bumbunan yang terbuat dari daun pisang yang diisi campuran dan kompos steril
dengan perbandingan 1:1, dan dipilih bibit yang sehat dan pertumbuhannya bagus.
Bibit berumur kurang lebih 30-35 hari setelah semai atau telah mempunyai 5-6
helai daun siap untuk dipindahkan kelapangan
kata pakrojo.
Proses
ProduksiTanamanCabaiRawitPadaLahan Pak Rojodiolahdengancara Manual denganmenggunakancangkuluntukmenggemburkantanahselama 2 haridenganupahharian
Rp.60.000/hari. Kemudianlahandiberikanpupukkandangayamsebanyak 30
karungdenganhargaperkarungnya Rp.5000 PakRojojugamemberikanpupukdedakKopi untuklahancabainyapupukdedak
kopi didapatdaritetangganya yang mempunyaimesinpenumbukKopi.
Persipantanamcabairawitpadaumur
1 bulandenganJarakantabedengkuranglebih 40-50 cm
(disesuaikandengankemudahanpemeliharaan dan agar draenasenyaberlangsungdenganbaik)
ujar Pak Rojo. Jaraktanam yang digunakandalampenanamancabaiRawitpadakebun Pak
Rojoadalah 70 cm x 70 cm atau 60 cm x 70 cm.
Pemeliharaanterdiridaripenyulaman,
pemasanganajir, pengaturandrainase, penyiangan, penggemburan,
pemupukan.penyulamanterhadapbibit yang matimaksimal 2 minggusetelahtanam.Pemasanganajirberupabilahbambusetinggikuranglebih
1 meter di dekattanaman..Penyiangan Hal
iniperludilakukanuntukmengurangikompetisitanamandengangulmadalammendapatkanunsurhara.
Pupukyang
digunakanPak Rojoialahpupukkandang 10-30 ton/ ha,Pemberianpupuk
kandangdankapurpertaniandilakukansaatpembuatanbedengan.Pupukbuatansebagaipupukdasardiberikandengancaramembuatlarikanberjarak
25-30 cm daritepibedengandanjarakantarlarikan 70 cm,
kemudiantaburkanpupuksecaramerata. Pemupukansusulandiberikanpadasaattanamanberumursatubulan,
menggunakanpupukdasar.BiasanyapakrojomelakaukanPemupukansusulaninibedengancaradicor,setiaptanamandisiramdengan 150-250 ml
larutanpupuk. Larutanpupukdibuatdenganmengencerkan 1,5-3 kg pupukbuatan per 100
liter airpakrojomenggunakanpupuk NPK. Padasaatpanen, buah yang rusakdimusnahkan,
kemudianbuah yang dipanendimasukkandalamkarungdanjikakondisipanensebaiknyadisimpan
di tempat yang kering, sejukdansirkulasiudara yang baik.Panenpertama Pak Rojomendapatkanhasil
3 karungdenganberat/karung 75kg dengan interval panenmaksimal 15 kali panen.
BAB
IV
ANALISIS
ARGUMENTATIF
Medium
atau tempat tumbuhan suatu tanaman adalah tanah begitu juga halnya dengan
mahluk hidup lainnya seperti manusia dan hewan. Tanah merupakan bagian kerak
bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik lainya. Partikel-partikel
mineral ini sangat penting bagi kesuburan tanah untuk dapat membantu dalam
memenuhi kebutuhan tumbuhan agar dapat tumbuh dengan baik dan dapat melengkapi
siklus hidupnya. Pertumbuhan tanaman Cabai Rawit (Capsicum annum L.) sangat
dipengaruhi oleh adanya unsur hara yang terdapat di dalam pupuk kandang, tanpa
unsur hara pertumbuhan tanaman cabai Rawit (Capsicum annum L.) akan mengalami
hambatan. Dalam kegiatan budidaya cabai rawit, bahan yang digunakan adalah
tanaman Cabai Rawit (Capsicum annum L.) yang diletakakan atau ditanam pada
bedengan dan diberiakan mulsa hitam perak sebagai penunjang keberhasilan dalam
kegiatan budidaya cabai rawit, denganpemberian konsentrasi pupuk kandang yang
berbeda-beda. Dengan harapan pertumbuhan dan perkembangan pada Cabai Rawit
(Capsicum annum L.) akan lebih cepat terjadi terkait dengan ketersediaan unsur
hara yang terkandung dalam pupuk kandang lebih kompleks meperbaiki sifat fisik
tanah biologi tanah dan menambah aktivitas hidup jasad renik yang menguntungkan
bagi tanah. Jika ketersediaan unsur hara dalam tanah kurang dari jumlah yang
dibutuhkan oleh Cabai Rawit (Capsicum annum L.) untuk pertumbuhan, maka tanaman
tersebut akan terganggu metabolismenya yang secara visual dapat terlihat dari
penyimpangan-penyimpangan pada pertumbuhannya. Misalnya pertumbuhan akar,
batang, dan daun yang terhambat (kerdil) dan bahkan ada yang mengalami
kematian. Oleh karena itu, pemberian pupuk kandang adalah solusi atau jalan
keluar terbaik dalam membantu akan ketersediaan unsur hara di tanah agar
CabaiRawit (Capsicum annum L.) dapat lebih cepat tumbuh normal seperti yang
diharapkan.
Tahapan
pengolahan lahan dalam budidaya cabai meliputi pembersihan lahan, pembajakan
atau pencangkulan, dan pembuatan bedengan. Pembersihan lahan areal penanaman
cabai terutama dilakukan terhadap gulma yang dapat menjadi inang hama dan
penyakit dan meningkatkan kelembapan lahan. Pembersihan juga dilakukan terhadap
tanaman keras yang dapat menghambat penetrasi sinar matahari. Pekerjaan ini
dapat dilakukan secara manual jika luas lahan yang dikelola tidak terlalu luas,
atau menggunakan traktor buldozer jika lahan relatif luas dan banyak tanaman
tahunan.
Lahan yang telah dibersihkan dapat langsung dibajak atau dicangkul dengan kedalaman 30-40 cm. Sewaktu dilakukan pencangkulan ini, Rumput dan sisa tanaman lunak dapat dicangkul sekaligus sehingga membusuk dan dapat menjadi pupuk. Tujuan pencangkulan adalah untuk mengubah struktur tanah menjadi lebih gembur atau remah sehingga akar tanaman akan lebih mudah menembus tanah untuk mengambil zat makanan.
Lahan yang telah dibersihkan dapat langsung dibajak atau dicangkul dengan kedalaman 30-40 cm. Sewaktu dilakukan pencangkulan ini, Rumput dan sisa tanaman lunak dapat dicangkul sekaligus sehingga membusuk dan dapat menjadi pupuk. Tujuan pencangkulan adalah untuk mengubah struktur tanah menjadi lebih gembur atau remah sehingga akar tanaman akan lebih mudah menembus tanah untuk mengambil zat makanan.
Sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan menggunakan
empat macam model sistem, yaitu sistem pertanian organik, sistem pertanian
terpadu, sistem pertanian masukan luar rendah, dan sistem pengendalian hama
terpadu (Salikin, 2003).
Salah satu
sistem usaha tani yang dapat mendukung pembangunan pertanian di wilayah
pedesaan adalah sistem integrasi tanaman ternak. Ciri utama dari
pengintegrasian tanaman dengan ternak adalah terdapatnya keterkaitan yang
saling menguntungkan antara tanaman dengan ternak. Keterkaitan tersebut
terlihat dari pembagian lahan yang saling terpadu dan pemanfaatan limbah dari
masing masing komponen. Saling keterkaitan berbagai komponen sistem integrasi
merupakan factor pemicu dalam mendorong pertumbuhan pendapatan masyarakat tani
dan pertumbuhan ekonomi wilayah yang berkelanjutan (Pasandaran, 2006).
Bahan orgnik di
samping berpengaruh terhadap pasokan hara tanah juga tidak kalah pentingnya
terhadap sifat fisik, biologi dan kimia tanah lainnya. Syarat tanah sebagai
media tumbuh dibutuhkan kondisi fisik dan kimia yang baik. Keadaan fisik tanah
yang baik apabila dapat menjamin pertumbuhan akar tanaman dan mampu sebagai
tempat aerasi dan lengas tanah, yang semuanya berkaitan dengan peran bahan
organik. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah
meliputi : struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak
kalah penting adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi (Pertoyo, 1999).
Menurut
Muryanto, dkk (2004), limbah kulit kopi yang diperoleh dari proses pengolahan
kopi dari biji utuh menjadi kopi bubuk. Proses pengolahan kopi ada 2 macam,
yaitu (1) Pengolahan kopi merah/masak dan (2) Pengolahan kopi hijau/mentah.
Pengolahan kopi merah diawali dengan pencucian dan perendaman serta pengupasan
kulit luar, proses ini menghasilkan 65% biji kopi dan 35% limbah kulit kopi.
Keunggulan kompos kulit kopi ini adalah kandungan Nitrogennya yang cukup tinggi
berkisar 6% sehingga dapat mensubstitusi pupuk yang mengandung nitrogen.
Kendalanya adalah rasio C/N yang cukup tinggi sehingga membutuhkan waktu agak
lama untuk terdekomposis atau solusinya adalah menambah sumber nitrogen dan
decomposer untuk mempercepat dekomposisi.
Pada
dasarnya sistem pertanian berkelanjutan merupakan sistem perubahan
dari pertanian tradisional dengan tujuan untuk dapat memenuhi target-target
maksimal yang telah direncanakan, mengatasi permasalahan perekonomian dunia dan
memaksimalkan kebutuhan yang cepat dan siap saji. Hal tersebut juga didasarkan
pada pengelolaan sumberdaya yang ada denganmaksimal,memanfaatkan,memperetahankandanlebihmeningkatkankualitaslingkungansertakonservasisumberdayaalam.
Dalam
pengelolaannya, sistem pertanian berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal,
lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan
untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Pemilihan komoditas
dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan pembangunan
pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan secara ekonomis,
masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan dibudidayakan pada lahan yang
tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis danmenguntungkandanmenguntungkansecaraekonomis.
Dari beberapa
urian diatas sangat jelas bahwa pentingnya sistem pertanian
berkelanjutan untuk dapat diterapkan oleh berbagai negara yang ada dibelahan
dunia dengan semaksimal mungkin. Pada paper ini diuraikan tentang
definisi pertanian berkelanjutan, sifat dan ciri pada pertanian berkelanjutan,
dampak positif maupun negatifnya dan indikator serta aplikasi pertanian
berkelanjutan.
Proses penting
yang berkaitan dengan pembentukan tanah adalah penimbunan bahan organik yang
cenderung mencapai suatu tingkat keseimbangan dalam tanah. Tingkat penimbunan
bahan organik dalam tanah tergantung pada sifat lingkungan pembentukan tanah
yang mencakup dua proses, yaitu penambahan residu atau sisa-sisa tanaman dan
binatang, dan perombakan bahan tersebut oleh jasad mikro tanah. Pada proses
perombakan bahan sisa tumbuhan dihancurkan menjadi bentuk melarut atau menguap
yang dapat hilang dari tanah. Apabila jumlah penambahan dan kehilangan bahan
organik tanah berada pada tingkat seimbang.
Pemberian pupuk organik secara terus menurus yang dilakukan dalam
jangka waktu yang lama memiliki efek yang buruk terhadap tanah dan lingkungan.
Pemberian pupuk anorganik yang tidak diimbangi dengan pupku organik dapat merusak struktur tanah, merusak
kesuburan tanah dan menimbulkan pencemaran. Hal ini untuk menghindari terjadinya efek negatif tersebut pemberian
kedua pupuk tersebut harus lah berimbang, sehingga keseburan tanah tetap
terjaga dan kebutuhan tanaman tetap unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dapat
terenuhi.Pengembalian energi ke lahan atas energi yang terangkut waktu panen
menurut pakRojo pada saat setelah pemanenan yang
tidakmempunyainilaiproduksilagidandigunakansebagaipupukhijau.
Berbagai tahapan
kegiatan pertanian akan menentukan kualitas output yang akan dihasilkan. Oleh
karena itu seharusnya penerapan teknologi dan inovasi diperhatikan agar setiap
kegiatan yang dilakukan tidak akan menimbulkan dampak negatif baik pada
lingkungan maupun kesehatan manusia. Tahapan yang tidak bisa ditinggalkan dari
kegiatan pertanian yaitu
proses pemupukan, kegiatan ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman. Dewasa ini pertanian organik
menjadi wacana yang mulai dikembangkan pada pertanian di Indonesia. Sumber
bahan pembuatan pupuk pada pertanian organik yang terbuat dari limbah pertanian
atau peternakan menjadikan keunggulan bagi penggunaan pupuk organik
dibandingkan pupuk kimia karena dapat mengurangi dampak pencemaran
limbah-limbah terhadap lingkungan. Selain itu menurut Sutanto (2002), tanah
yang dibenahi dengan pupuk organik mempunyai struktur yang baik Berbagai
tahapan kegiatan pertanian akan menentukan kualitas output yang akan
dihasilkan. Oleh karena itu seharusnya penerapan teknologi dan inovasi
diperhatikan agar setiap kegiatan yang dilakukan tidak akan menimbulkan dampak
negatif baik pada lingkungan maupun kesehatan manusia. Tahapan yang tidak bisa
ditinggalkan dari kegiatan pertanian yaitu proses pemupukan, kegiatan ini
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman. Dewasa ini
pertanian organik menjadi wacana yang mulai dikembangkan pada pertanian di
Indonesia. Sumber bahan pembuatan pupuk pada pertanian organik yang terbuat
dari limbah pertanian atau peternakan menjadikan keunggulan bagi penggunaan
pupuk organik dibandingkan pupuk kimia karena dapat mengurangi dampak
pencemaran limbah-limbah terhadap lingkungan. Selain itu menurut, tanah yang
dibenahi dengan pupuk organik mempunyai struktur yang baik. Sutanto, (2002)
Output yang
dihasikan dari kegiatan pertanian yang mengarah pada pertanian organik
dipercaya memiliki kualitas yang lebih baik dari sisi kesehatan dibandingkan
pertanian anorganik. Sedangkan pada tanaman, pupuk organik memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan pupuk anorganik diantaranya adalah mengandung unsur
hara makro dan mikro yang lengkap walaupun jumlahnya sedikit, dapat memperbaiki
struktur tanah, beberapa tanaman yang menggunakan kompos lebih tahan terhadap
serangan penyakit, menurunkan aktivitas mikroorganisme tanah yang merugikan. Djuarnani,
dkk, (2005),
Penerapan
kegiatan pertanian organik memerlukan adaptasi, baik terhadap perilaku petani
yang telah terbiasa menggunakan pupuk atau bahan kimia lainnya pada kegiatan
pertanian, maupun adaptasi pada kondisi lahan pertanian. Petani yang telah
terbiasa menerapkan suatu sistem tertentu pada kegiatan pertanian biasanya akan
sulit untuk mengubah pola perilakunya mereka, termasuk jika harus 5 mengubah
kebiasaannya menggunakan bahan-bahan kimia untuk beralih menggunakan bahan
organik secara utuh. Kondisi lahan yang telah terbiasa menggunakan pupuk kimia
juga tidak secara langsung bisa beradaptasi menggunakan pupuk organik secara
utuh. Menurut Sutanto (2002), pada tahap awal penerapan pertanian organik masih
perlu dilengkapi pupuk kimia atau pupuk mineral, terutama pada tanah yang
miskin hara. Pupuk kimia masih sangat diperlukan agar supaya takaran pupuk
organik tidak terlalu banyak yang nantinya akan menyulitkan pada
pengelolaannya. Sejalan dengan proses pembangunan kesuburan tanah menggunakan
pupuk organik, secara berangsur kebutuhan pupuk kimia yang berkadar tinggi
dapat dikurangi.
Sistem pertanian
berkelanjutan sangat penting untuk direalisasikan agar tidak terjadi penurunan
tingkat produksi hasil pertanian pada masa mendatang. Penurunan produksi
tersebut bisa diakibatkan karena menurunnya tingkat kesuburan lahan dari
penggunaan bahan-bahan kimia secara terus menerus dan tidak menyertai
penambahan bahan organik pada lahan usahatani. Usaha tani semi organik
menerapkan inovasi pengurangan pemakaian pupuk kimia dan mensubtitusikannya
dengan menggunakan pupuk organik, serta membebaskan lahan usaha taninya dari pemakaian
pestisida kimia. Pada masa mendatang diharapkan penggunaan pupuk kimia ini
dapat dilepaskan seutuhnya.
BAB
V
KESIMPULAN
Berdasarkanhasildari
praktikum survey pertanianlestari yang
dilakukandapat disimpulkan bahwa budidayapertanian yang
dilakukan termasuk kedalam pertanian lestari dilihat dari sisi ekonomi yang
menguntungkan, Dalam pertanian yang terpadu antara ternak dan tanaman dapat
mengurangi pengeluaran untuk pupuk serta menjaga stabilitas tanah dan unsur
hara yang baik.Adannyaproses
tanaman bergilir yang diterapkan. Kemudiansisa-sisalimbahtanamandijadikanpupukhijaudikembalikanketanahsehinngapenggunaanlahan
yang digunakanmenjadilestaridalampengguannnya.
Faktor
yang signifikan mempengaruhi petani dalam mengurangi pemakaian pupuk kimia
adalah informasi. Petani yang mendapatkan informasi akan semakin mempunyai
peluang untuk menerapkan inovasi pengurangan pupuk 78 kimia dibandingkan petani
yang tidak mendapatkan informasi secara pasti melalui lembaga pertanian. Faktor
yang tidak signifikan mempengaruhi keputusan petani menerapkan inovasi
pengurangan pupuk kimia yaitu pendidikan, luas lahan, umur, pendapatan dan
biaya pupuk.
DAFTAR
PUSTAKA
Soetiarso, T.A dan Setiawati, W. 2010.
Kajian Teknis dan Ekonomis Sistem Tanam Dua Varietas Rawit Di Dataran Tinggi.
Pusatlitbang Hortikultura. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. J. Hort., vol. 20,
no. 3 Tahun 2010, hlm. 284-98.
Rustiadi, E dan W. Reti .2008. Urgensi
Lahan Pertanian pangan Abadi dalam Perspektif Ketahanan Pangan, dalam Arsyad,S
dan E. Rustiadi (Ed), Penyelamatan tanah, Air dan Lingkungan. Crestpent Press
dan Yayasan Obor Indonesia .p 61-86
Safira, E. U. (2011). Jurus Sukses Bertanam
20 Sayuran di Pekarangan Rumah. Klaten. 53.
Partoyo, Joetono, dan Sri Hastuti. 1999.
Pengaruh Polisakarida fraksi berat tanah dan asam humat pada pembentukan dan
pemantapan agregat regosol. Konggres Nasional VII. HITI. Bandung.
Barchia, Faiz. 2009.
Agroekosistem Tanah Mineral Masam.[on line] http://faizbarchia.blogspot.com/2009/05/agroekosistem-tanah-mineral-masam.html.(selasa,
31-10-2011)
Subejo dan Iwamoto, Noriaki,
2003, Labor Institutions in Rural Java: A Case Study in
Yogyakarta Province, Working Paper Series No. 03-H-01, Department of
Agriculture and Resource Economics, The University of Tokyo, JAPAN
Salikin, K.A. 2003. Sistem Pertanian
Berkelanjutan. Yogyakarta : Kanisius.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian
Organik : Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius Media, Yogyakarta.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik : Pemasyarakatan dan
Pengembangannya. Kanisius Media, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Gambar 1. Pak
Rojomenjelaskan proses budidayacabairawitdaripenanamanhinggapanen
Gambar 2. Pengamatan cabai rawit kebun pak Rojo

No comments:
Post a Comment