LEMBARAN PENGESAHAN
Disusun sebagai laporan akhir semua kegiatan praktikum
yang telah dilaksanakan
Mata kuliah teknik Pembiakan Vegetatif dan Management
Nurseri.
Oleh:
|
Nama
NPM
|
:
:
|
Jeky Miharja
E1J0141144
|
Bengkulu, 25 November
2017
Pratikan
Jeky Miharja
E1J014144
ACARA I
PENGISIAN
POLIBAG DAN PEMBUATAN MEDIA UNTUK PEMBIBITAN DURIAN
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Media tanam merupakan
salah satu faktor penting didalam budidaya tanaman, sebab kecocokan antara
media tanam dengan tanaman akan mempengaruhi hasil produksi dari tanaman itu
sendiri.dan pada masa dewasa saat ini makin berkembang berbagai jenis media
tanam seperti media tanam menggunaan hidroponik dan aeroponik.Setiap tanaman
membutuhkan berbagai jenis media yang berbeda, misalnya tanaman yang memiliki
batang besar dan perakaran dalam membutuhkan media yang lebih padat dan solid,
hal itu bertujuan untuk membuat tanaman menjadi lebih kokoh dan berbeda dengan
tanaman horti yang membutuhkan media lebih remah, hal itu bertuuan untuk membuat
tanaman tersebut mudah dalam pemanjangan akar untuk mencari unsur hara.
Untuk membuat media
tanam yang baik diperlukan unsur tanah, bahan pengikat atau penyimpan air dan
penyedia unsur hara seperti pupuk kandang. Mengingat pentingnya peran media
tanamn ini maka acara kedua tentang pengisian polibag dan pembuatan media tanam
praktikum Teknik pembiakan vegetatif dan manajemen nurseri perlu dilakukan.
Tanaman durian
merupakan salah satu komoditas hortikultura penting di Sulawesi Tenggara,
karena selain memiliki areal yang luas, juga merupakan tanaman yang sudah
merakyat dan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat. Pengembangan tanaman durian yang dilakukan oleh petani
umumnya secara generatif (dari biji)
.
1.2.
Tujuan
Selesai
melaksanakan kegiatan pratikum ini masiswa diharapkan mampu:
1.
mengisi polibag dengan
media tanah dengan benar
2.
membuat media dengan
benar.
3.
menyusun polibag dengan
benar
1.3.
Manfaat
yang Diharapkan
Mahasiswa diharapkan
dapat mengisi polybag dengan media tanam yang telah ditentukan guna sebagai
tempat pembibitan durian.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Media
tanam merupakan komponen utama yang diperlukan dalam budidaya suatu tanaman.
Ada berbagai macam media tanam, akan tetapi tidak semua jenis media tanam cocok
digunakan untuk menanam suatu jenis tanaman. Media tanam yang digunakan harus
disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam, termasuk pada tanaman yakon
yang merupakan jenis tanaman perdu yang hidup secara liar. (Nungroho,2012)
media
tanam yang baik harus memiliki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Secara umum, media tanam yang baik harus memiliki
syarat-syarat yakni mampu menyediakan ruang tumbuh bagi akar tanaman, sekaligus
juga sanggup menopang tanaman, memiliki porositas yang baik, artinya bisa
menyimpan air sekaligus juga mempunyai drainase (kemampuan mengalirkan air) dan
aerasi (kemampuan mengalirkan oksigen) yang baik, menyediakan unsur hara yang
cukup baik makro maupun mikro, dan menurut Shakai (1995) yang paling penting
media tidak mengandung bibit penyakit, media tanam harus bersih dari hama dan
penyakit. (Hendromono
(1994)
Terdapat
banyak media yang bisa digunakan utuk pembuatan media tanam baik itu bahan yang
bersifat sintetik maupun organik, tetapi pada pratikum kali ini kami hanya
menggunakan media tanam yang bersifat organik. (Nurhalisyah, 2007). Tanah yang
baik untuk media tanam sebaiknya diambil dari lapisan bagian (top soil). Tanah
yang baik untuk media tanaman tidak terlalu berpasir dan tidak terlalu lempung,
melainkan harus gembur.(Hendromono, 1994). Kompos merupakan bahan organik yang
berfungsi sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman. Penambahan bahan-bahan
organik seperti kompos atau humus pada media tanam bisa memperbaiki struktur
fisik tanah dan meningkatkan kapasitas tukar kation. Kompos yang ditambahkan
sebaiknya berupa kompos yang telah matang.
Durian
mempunyai prospek ekonomi yang cukup bagus. Pemasaran buah durian dari tahun ke
tahun kian meningkat dan tak pernah jenuh. Oleh karena itu, durian merupakan
salah satu aset negara yang dapat menambah pendapatan sektor non migas. Buah
durian mempunyai rasa yang lezat dan kandungan protein nabatinya cukup tinggi
(Wijayantoi, 2006)
III.
PELAKSANAAN
PRATIKUM
3.1.
Waktu
dan Tempat Pratikum
Praktikum
dilaksanakan pada hari Rabu Pukul 14.00-16.00 WIB di Laboratorium Agronomi,
Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
3.2.
Bahan
dan Alat
Bahan
dan alat yang digunakan antara lain: biji durian, cangkul, sekop kecil, air,
tanah, pupuk kandang, dan polibag (15 x 20 cm).
3.3.
Cara
Kerja
Langkah-langkah
menyiapkan media tanam dalam bedengan sebagai berikut:
Pada Polibag
1.
Tanah diambil bagian
atasnya (lebih kurang sampai ketebalan 25 cm dari permukaan)
2.
Diambil juga pupuk
kandang dan sekam padi.
3.
Dicampurkan tanah
bagian atas tersebut dan pupuk kandang secara merata dengan perbandingan 1:
1 berdasarkan volume; misal; 1 ember
tanah lapisan atas dan 1 ember pupuk kandang.
4.
Polibag diambil dan
dibuat lubang (jika polibag belum dilubangi) pada masing2 sisi polibag lima lubang, tinggi
lubang ± 6 cm dari dasar polibag.
5.
Sudut-sudut digunting
polibag sehingga terjadi dua lubang dan balikan permukaan polibag.
6.
Media tersebut
dimasukkan ke dalam wadah polybag.
7.
Polibag diisi ½ bagian
dan dijatuhkan/dihentakan ke tanah sebanyak tiga kali, diisi kembali sampai dua
pertiga bagian dijatuh-jatuhkan kembali tiga kali, selanjutnya diisi sampai
penuh.
8.
Media polibag disusun
pada bedeng-bedeng pembibitan.
9.
Media tanam disiram
sampai lembab.
10.
Media dalam wadah siap
ditanam dengan bahan tanaman yang tersedia.
3.4.
Sifat-sifat
yang diamati
Tanaman yang diamati
adalah persentasi tanaman durian
yang tumbuh.
IV.
HASIL
DAN ANALISIS HASIL
4.1.
Hasil
Gambar
1. Pengisian polibag
Gambar
2. Pembibitan durian
4.2.
Analisis
Hasil
Pada
acara ini praktikum teknik pembiakan vegetatif ini mengisi 10 polybag/orang.
Polybag diisi dengan tanah, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.Wadah
yang digunakan ialah polibag karena harganya murah, mudah diperoleh, memerlukan
ruang sedikit untuk penyimpananya, ukuran dari kecil sampai besar, tidak
memerlukan pendukung tambahan
dalam persemaian. Namun kelemahan Polybag
mempunyai daya tahan terbatas ( maksimal 2-3 tahun) atau 2 – 3 kali pemakaian
untuk media tanam, mudah rusak, akar menembus polybag, membutuhkan media
lebih banyak, waktu dan tenaga untuk
pengisian
diperlukan lebih banyak, pertumbuhan akar kurang baik, bibit lebih berat
sehingga menyulitkan dalam transportasinya Kurang cocok untuk usaha skala besar Produktivitas
tidak maskimal dibandingkan pada lahan Media tanam akan terkuras / berkurang
unsure organic dan media lainnya.
Penanaman
biji durian 10 benih per orang dan dielihara. Pembibitan biji durian sebenarnya
digunakan nantinya untuk sambung pucuk, namun dikarenakan waktu terbatas jadi
pratikan hanya sebatas pembibitan. Biji tanam durian diambil dari durian asal
sebagai batang bawah. Persentase tumbuh tanaman 90% dengan 1 tanaman mati.
V.
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan teori pada saat praktikum Pengisian
polybag menggunakan komposisi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 :
1. Polybag yang diisi sebanyak 10 polibag/orang untuk pembibitan biji durian. Wadah
Polibag banyak digunakan karena
harganya lebih murah,
mudah diperoleh, memerlukan ruang sedikit untuk penyimpananya, ukuran dari
kecil sampai besar, tidak memerlukan
perawatan, Tanaman terhindar dari banjir, tertular hama/penyakit, Menghemat
ruang dan tempat penanaman, komposisi media tanam dapat diatur, dapat
dibudidayakan tidak mengenal musim, Pengontrolan /
pengawasan per individu tanaman lebih jelas untuk pemeliharaan tanaman seperti
serangan hama/penyakit, kekurangan unsure hara,
Persentase bibit tumbuh 90%.
Pemilihan polybag sebagai wadah tanam untuk
budidaya dipengaruhi oleh beberapa factor yang dimilikinya seperti, harga
murah, tahan karat, tahan lama, ringan bentuk seragam, tidak cepat kotor dan
mudah diperoleh pada toko Saprodi, toko Plastik.Selain itu sangat baik untuk
drainage, aerasi sehingga tanaman dapat tumbuh subur seperti dilahan. Penentuan
ukuran Polybag yang cocok untuk pertumbuhan tanaman diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam penggunaan media dan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Alamtani.2012. Media Tanam. From http://alamtani.com.Diakses
pada tanggal 26 November 2017.
Hendromono.1994.
Pengaruh Media Organik dan Tanah Mineral Terhadap Mutu BibitPterygota alata
Roxb. Buletin Penelitian Hutan no.617 : 55- 64.
Nurhalisyah. 2007. Pembungaan tanaman
krisan (Chrysantenum sp.) pada berbagai komposisi media tanam. Jurnal
Agrisistem 3(2) : 103.
Rahardja, P.C. 1988. Kultur Jaringan:
Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Moderen. Penebar Swadaya. Cetakan II.
Jakarta.
Shakai, C. Y Yamamoto, Hendromono, D
Prameswari, A Subiakto. 1995. Sistem PendinginDengan Pengkabutan Pada Pembiakan
Vegetatif Dipterocarpaceae. Buletin Penelitian Hutan No. 588. Bogor.
Wijayantoi, N. 2006. Budidaya Durian (Durio zibethinus). From http://repository.ipb.ac.id.
Diakses pada tanggal 26 November 2017.
ACARA II
PERBANYAKAN/PERKEMBANGBIAKAN
BERBAGAI TANAMAN DENGAN CARA CANGKOKAN
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Perbanyakan tanaman secara Vegetatif merupakan perkembangbiakan tanaman
yang terjadi tanpa melalui proses perkawinan. tanaman
dengan menggunakan bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun,
umbi, dan akar. Pembiakan secara tak kawin atau aseksual merupakan dasar dari
pembiakan vegetatif. Tanaman dapat membentuk kembali jaringan-jaringan dan
bagian-bagian lain, dimana pada beberapa tanaman pembiakan vegetatif merupakan
prose alami yang sempurna atau merupakan proses dari buatan manusia.
Salah satu teknik
perbanyakan tanaman sacara vegetatif yaitu dengan cara mencangkok. Dimana
dengan mencangkok diharapkan dapat menghasilkan bibit yang sesuai dengan sifat
indukannya seperti sifat ketahanan atas serangan penyakit, rasa buah yang enak,
warna yang menarik dan juga bentuk tanaman yang indah. Namun demikian didalam
mencangkok tidak selalu menghasilkan hasil yang memuaskan seperti cukup
tingginya tinggkat kegagalan, kegagalan itu sendiri disebka oleh ketikmampuan
kulit yang dipotong untuk membentuk kalus sehingga tidak mampu berakar, dan
seperti kekeringan juga merupakan faktor yang dapat membuat cangkokan mati.
Teknik mencangkok dapat
menggunakan cara cangkok sayat atau cangkok belah. Prinsip utama pembuatan
cangkok adalah merangsang bagian batang tanaman untuk berakar dengan cara
memutus sistem kambiumnya. Agar dapat melakukan teknik pencangkokan tanaman ini
dengan baik dan benar maka praktikum teknik pembiakan vegetatif dan manajemen
nurseri acara ketiga tentang perbanyakan berbagai tanaman dengan cara
mencangkok harus dilakukan.
1.2.
Tujuan
Pratikum
Selesai
melaksanakan pratikum ini diharapkan praktikan mampu:
1.
Memahami bahwa cara
cangkokan adalah salah satu bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
2.
Melakukan perbanyakan
tanaman dari berbagai jenis tanaman dengan cara cangkokan.
3.
Mengerti dan mampu
tentang bagaimana cara yang benar dalam mencangkok dari berbagai jenis tanaman.
1.3.
Manfaat
yang Diharapkan
Mahasiswa diharapkan
mampu menerapkan teknik cangkok yang benar sehingga menghasilkan bibit yang
bermutu.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Cangkok merupakan adalah usaha manusia dalam memperbanyak tanaman baru atau Pengembangbiakan dengan cara Vegetatif buatan. Tidak semua tumbuhan dapat dicangkok, tumbuhan yang dapat di cangkok hanya tumbuhan dikotil dan biji terbuka. Dengan mencangkok kita dapat mudah memperbanyak tumbuhan Dalam dunia pertanian mencangkok (airlayerage) merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif. Pembiakan vegetatif secara cangkok ini merupakan sauatu cara perkembangbiakan tanaman yang tertua di dunia akan tetapi hasilnya sering mengecewakan pencangkoknya karena kegagalan dalam melakukan pencangkokan. Kegagalan ini dapat dilihat dari bagian tanaman di atasa keratan/luka yang kering atau mati. Perkembangbiakan secara vegetatif ini biasanya dipilih karena pertimbangan tertentu misalnya untuk menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat sama seperti induknya, sifat tersebut dapat berupa seperti ketahanan terhadap hama dan penyakit, rasa buah, keindahan bunga (Herianto, 1990).
Mencangkok adalah cara
memperbanyak tanaman dimana pembentukan akar pada calon tanaman baru terjadi ketika
masih melekat pada tanaman induknya. Air dan mineral tetap diangkut melalui
xylem ke tunas / cabang yang dicangkok. Dengan demikian, hasil perbanyakan
dengan cara mencangkok lebih tinggi
daripada hasil perbanyakan denga stek. Ada 2 macam cara mencangkok yang sering
dilakukan pada tanaman tertentu ( Sutarto, 1994). Sedangkan menurut Prastowo
(2005) Cangkok merupakan salah satu alternatif didalam perbanyakan tanaman yang
dapat dilakukan ketika tekniklain yang akan kita gunakan tidak mampu dilakukan
seperti halnya perbanyakan secara Stek . jenis tanaman yang daapat diperbanyak
secara cangkok merupakan tanaman yang memiliki batang yang keras dan umumnya
tanaman dikotil seperti buah-buahan,
misalnya: mangga, beberapa jenis jeruk, berbagai jenis jambu, delima,
belimbing, lengkeng dan sebagainya.
Selain tanaman buah-buahan, tanaman hias bisa juga dicangkok misalnya:
bunga sakura, kemuning, soka, nusa indah, bougenvile, cemara dan sebagainya.
Bahan tanaman yang akan
dijadikan sebagai tanaman induk sebaiknya tanaman yang telah diketahui sifat unggul
dan identitas sumbernya : unggul yang nampak kuat, subur, memiliki penampilan
fenotipa bagus, tidak terserang hama penyakit, dan cukup umur. Pohon induk
sebaiknya tidak terlau muda dan juga tidak terlalu tua. Pada pohon yang terlalu
tua, relatif sulit untuk didapatkan bahan cangkok yang memenuhi syarat,
sedangkanpohon yang terlalu muda belum diketahui kualitas pohonnya dengan jelas
(Jaenicke, 2002).
Media yang digunakan
untuk mencangkok banyak sekali macamnya tergantung mana yang kita sukai dan
tidak susah mendapatkannya. Media yang
sering dipakai adalah: mos, bubuk sabut kelapa, pupuk kandang, kompos dan lumut
yang tumbuh pada batu-batuan, tetapi hindari penggunaan tanah mentah untuk
media karena jenis tanah demikian jika kering akan mengeras dan juga berat
sehingga dapat mematahkan cabang cangkokan. (Wudianto, 2001)
Bahan untuk membalut
media diantaranya ijuk, sabut kelapa yang tinggal seratnya, daun pisang bahkan
serpihan lain. Sekarang banyak orang memilih yang lebih gampang dan praktis,
yaitu plastik bening. Bahkan banyak juga
digunakan pot dari plastik atau tanah yang khusus untuk mencangkok, kaleng
bekas, tabung bambu dan tali rapia (Rifaid, 2006).
Waktu pencangkokan
tidak menjadi masalah baik dimusim hujan maupun musim kemarau sebab kedua musim
tersebut sama-sama memilikisifat enggulaan dan kelemahan masing-masing,
sehingga setiap musim memiliki perlakuan yang berbeda. Dan didalam melakukan
kegiatan mencangkok tidak harus menggunakan peralatan yang super canggih dan
terbaru. Tetapi didalam mencangok cukup diperlukan alat sederhana seperti pisau
yang tajam untuk memotong dan membuka kulit dahan (Rahardja, 2003).
III.
PELAKSANAAN
PRATIKUM
3.1.
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan Kamis pukul
14.00-16.00 WIB. Tanaman dicangkok di perkarangan pondokan pellita harapan 2, gg lembak , pematanng indah, Unib
belakang.
3.2.
Bahan
dan Alat
Bahan-bahan yang
digunakan yaitu: tanaman jambu air, tanah, plastik, pupuk kandang, bawang merah, tali, label, polybag, spidol
permanen, air. Alat yang digunakan meliputi: gunting setek, pisau/catter, dan
ember.
3.3.
Cara
Kerja
a.
Tahapan mencangkok
adalah sebagai berikut :
1.
Menentukan pohon induk (dalam
praktik ini pratikan menggunakan pohon jambu biji dan tanaman jeruk)
2.
Jangan yang terlalu
muda atau terlalu tua.
3.
Sudah pernah berbunga
(tanaman hias) dan berbuah (tanaman buah).
4.
Tumbuh kuat dan subur,
tidak terserang hama penyakit.
5.
Mempunyai banyak
cabang.
b.
Memilih cabang/ranting.
1.
Ukurannya tidak terlalu
besar (sebesar kelinking atau pinsil).
2.
Bentuk cabang tegap dan
mulus, dan berwarna coklat muda.
3.
Panjang cabang antara 20-30
cm.
4.
Jumlah daun cabang
harus banyak.
5.
Cabang mengarah ke atas
atau ke samping.
c.
Menyayat dan mengupas
kulit kayu
Besar kecilnya sayatan
disesuaikan dengan diameter cabang/batang.Cabang kecil sayatan ± 2 cm arah vertical, cabang besar
sayatan > 2 cm ,sepertiga cabang arah horizontal.Sayatan berada tepat di
bawah kuncup daun.
d.
Mengorek kambium dengan
menggunakan pisau tajam dan steril.
e.
Membungkus cangkokan
dengan serabut kelapa dan plastik dan kemudian diikat dengan tali
3.4.
Sifat-
sifat yang Diamati
Sifat
yang diamati pada praktikum ini yaitu perkembangan akar pada cangkokan sebelum
siap dipindah tanam.
IV.
HASIL
DAN ANALISIS HASIL
4.1.
Hasil
Pengamatan
Tanaman yang dicangkok
ialah tanaman jambu air dengan dua cara pencangkokan yakni menggunakan serabut
kelapa dan plastik.
Gambar
1. Cangkok tanaman jambu biji
dengan menggunakan karung
Gambar
2. Cangkok tanaman jambu air dengan menggunakan serabut platik hitam
Gambar 3. Tahapan pemindahn ke
media untuk dipelihara.
4.2. Analisis Hasil
Umumnya cangkokkn akan
membengkak dan berkalus dan kemudian membentuk akar membutuhkan waktu 1-2
bulan. Pada cangkok akar keluar karena aliran zat makanan (karbohidrat) dan
auksin (hormon tumbuh yang mendorong keluarnya akar) mengalir ke bawah melalui
kulit kayu (phloem) dan tertahan di bagian keratan sebelah atas, sehingga pada
keratan bagian atas ini penimbunan karbohidrat dan hormon jadi meningkat dan
berbentuk kalus yang berubah menjadi akar tanaman.
Terbuangnya
jaringan floem yang terdapat pada kulit cabang, maka zat-zat makanan berupa
karbohidrat, zat pembentuk akar rizokalin dan auxin sebagai zat perangsang
pertumbuhan dari daun bagian atas sayatan tidak akan mengalir ke bawah. Zat-zat
ini mengumpal pada bagian atas sayatan sehingga terjadi pembengkakan. Dengan
adanya media dalam suasana lembab maka akan merangsang tumbuhnya akar pada
bagian atas sayatan. Apabila perakarannya telah sempurna, batang cangkok dapat
disapih dari pohon induknya dengan cara memotong batang pada arah batang
induknya. Setelah itu ditanam pada polybag dengan ukuran yang sudah disesuaikan
dengan ukuran cangkoknya, biasanya polybag berukuran diameter lebih dari 30 cm
dan disimpan dibawah naungan untuk mencegah respirasi berlebihan.
Dalam melakukan
pencangkokan membutuhkan persyaratan agar mendapatkan hasil yang baik dan
maksimal, baik dari segi fisik maupun lingkungan sekitarnya. Beberapa
persyaratan antara lain: tidak dapat dibiakkan dengan cara layarage lain,
kemudian dari segi pemilihan batang yaitu memiliki batang/cabang yang
berdiameter besar dan tinggi dengan pemilihan pohon induk dari tanaman induk
yang sehat dan kuat dipilih dari varietas yang telah dikenal sifat buah yang
diinginkan. Pohon induk dipilih dari pohon yang bentuk cabangnya lurus, panjang
cabang kira-kira sebesar jari telunjuk orang dewasa dan sebaiknya dipilih
cabang atu dahan yang telah berumur satu tahun. Selain dengan persyaratan
tersebut perlu diperhatikan beberapa hal antaralain: pelaksanaan mencangkok
sebaiknya dilakukan pada waktu musim penghujan agar meringankan pemeliharaan
terutama dalam hal penyiraman bila dicangkok dengan menggunakan serabut.
Pencangkokan kurang cocok menggunakan serabut
kelapa bila digunakan musim kemarau dikarenakan kesulitan untuk menyiram dan
cangkokan lambat untuk beraakar. Percangkokkan yang saya lakukan pada tanaman
jambu air dengan menggunakan dua teknik cangkok yakni menggunakan plastik yang
mana cangkokan berhasil tumbuh dan berakar dengan panjang dalam waktu 2 bulan
sedangkan untuk teknik cangkok menggunakan serabut kelapa dalam waktu dua bulan
baru terbentuk kalus dan setiap hari harus disiram dikarenakan serabut kering.
V.
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Cangkok
merupakan teknik perbanyakan vegetatif dengan cara menyayat bagian tanaman dan
kemudian memberikan media pada bagian sayatan lalu ditutup dengan plastik,
serabut kelapa, karung dan sebagainya. Bagian yang dicangkok diusahakan selalu
dalam kondisi lembab agar tumbuh dengan cepat. Hasil tanaman dengan perbanyakan
cangkok akan memiliki sifat sama seperti indukanya sehingga cangkok menjadi
salah satu solusi perkembangbiakan tanaman buah-buahan dan tanaman ornamental.
Tanaman dari bibit cangkok bisa menghasilkan buah yang relatif singkat, dan
Waktu yang diperlukan untuk perbanyakan relative singkat. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
proses pencangkokan diantaranya adalah batang yang dicangkok, faktor media,
faktor cahaya matahari, proses
fotosintesis. Tidak semua tanaman yang dicangkok cepat tumbuh akarnya, tanaman
yang memiliki kambium dan tidak bergetah akan cepat tumbuh akar dibandingkan
dengan tanaman yang bergetah.
4.2.
Saran
Sebaiknya
pada praktikum ini dosen atau co-ass terlebih dahulu mempraktekan teknik
pencangkokan yang benar sehingga pada saat penerapan oleh praktikan dirumah
tidak terjadi kesalahan teknik yang menyebabkan akar tidak tumbuh atau mati.
DAFTAR
PUSTAKA
Jaenicke,
Hannah, Beniest, Jan. 2002.Vegetative Tree Propagation in Agroforestry,
Training Guidelines and References. ICRAF. Nairobi. Kenya. Kul Graphics Ltd.
Prastowo
N, J.M. Roshetko. 2005. Direktori Usaha Pembibitan Tanaman buah, Kayu,
Perkebunan, Hias dan Obat di Kota/Kabupaten Bogor dan sekitarnya.World
Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock International. Bogor. Indonesia.
Rahardja,
P.C.,Wahyu Wiryanta. 2003.Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Cetakan ke-1 Depok.
Penerbit AgroMedia Pustaka.
Rifaid,Yohan,M.dkk.2006.
Sintesis Kopolimer Tercangkok Asam Akrilat pada Film LLDPE. Sintesis Kopolimer
Tercangkok Asam Akrilat pada Film LLDPE vol 1.Depok :Departemen Teknik
Metalurgi dan Material FT-UI.
Sutarto,
ismiyati. 1994. Tekhnik Perbanyakan Vegatatif pada Tanaman Hias Semak,Perdu dan
Pohon. Info Holtikultura : 6-7
Wudianto,
Rini. 1998. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta: Penebar Swadaya
ACARA
III
PERBANYAKAN/PERKEMBANG-BIAKAN
BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SETEK
(CUTTING)
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Perkembangbiakan
tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu secara generatif dan secara vegetatif.
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tak kawin dengan menggunakan organ
tubuh tanaman. Perbanyakan secara vegetatif ini sangatlah menguntungkan karena
kita dapat memperoleh sifat yang spesifik dengan induknya. Salah stunya adalah
stetk yang merupakan suatu cara perbanyakan tanaman dengan cara perlakuan
pemisahan/ pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, batang, daun dan
tunas) untuk mendapatkan individu baru. Pada setek batang kondisi daun pada
cabang yang hendak diambil sebaiknya berwarna hijau tua. Dengan demikian
seluruh daun dapat melakukan fotosintesis yang akan menghasilkan zat makanan
dan karbohidrat. Nantinya zat ini akan disimpan dalam organ penyimpanan, antara
lain di batang. Karbohidrat pada batang ini penting sebagai sumber energi yang
dibutuhkan pada waktu pembentukan akar baru.
Menstimulir pertumbuhan
akar dan tunas sangat ditentukan oleh kerja zat pengatur tumbuh yang bekerja di
dalam setek, namun demikian faktor pertumbuhan yang lain pun masih tetap harus
diperhatikan, di antaranya adalah penyediaan media tumbuh yang efektif
menyediakan zat hara bagi pertumbuhan setek. Pada perbanyakan secara vegetatif
dengan stek, pemberian ZPT dimaksudkan untuk merangsang dan memacu terjadinya
pembentukan akar stek. Sehingga perakaran stek akan lebih baik dan lebih
banyak.
Mengingat pentingnya
mengetahui teknik perbanyakan tanamn dengan cara stek maka praktikum teknik
pembiakan tanaman acara perbanyakan tanaman dengan berbagai macam stek perlu
dilakukan. Agar dapat mngetahui dan melakukan stek batang, stek daun, dan stek
cabang.
1.2.
Tujuan
Selesai
melaksanakan kegiatian pratikum ini mahasiswa diharap mampu:
1.
Memahami bahwa cara
setek adalah salah satu bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
2.
Melakukan perbanyakan
tanaman dari berbagai jenis tanaman dengan cara setek.
3.
Mengerti dan mampu
tentang bagaimana cara yang benar dalam
menyetek dari berbagai jenis tanaman.
1.3.
Manfaat
yang Diharapkan
Mahasiswa
diharapkan mampu melakukan berbagai macam teknik pengembangbiakan vegetatif
setek dari berbagai macam tanaman.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Stek merupakan cara
perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang,
akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai
alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah,
tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara
perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang
menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang
baru terbentuk tidak tahan stres lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman
yang masih bertahan (Dwidjoseputro, 1990).
Menurut Bem (2003) setek
merupakan teknik pembiakan vegatatif dengan cara perlakuan pemotongan pada
bagian vegatatif untuk ditumbuhkan menjadi tanaman dewasa secara mandiri dan
terlepas dari tanaman induknya. Penggolongan stek berdasarkan bahan tanaman
terdiri dari: stek pucuk, stek batang, dan stek akar. Faktor yang mempengaruhi
perbanyakan stek diantaranya sumber bahan stek, untuk menghasilkan bahan stek
yang juveni dengan jumlah banyak dan berkesinambungan diperlukan kebun pangkas
yang dikelola dengan teknik tertentu.( Wudianto, 2001). Media Setek terbagi dua media padat dan media cair
(Wattimena, 1988) dan faktor yang paling penting adalah Kondisi lingkungan. Keberhasilan
pembibitan secara vegetatif salah satunya ditentukan oleh kondisi lingkungan /
iklim mikro tempat pengakaran stek. Untuk itu pengakaran stek dilakukan pada
ruangan (rumah tumbuh atau ruang pengakaran) yang dapat menjaga kondisi
lingkungan agar tetap optimal. Ruang pengakaran stek yang secara operasional
sudah digunakan oleh beberapa perusahaan dan lembaga penelitian antara lain adalah
Rumah Tumbuh ADH-1, Sistem KOFFCO, MS ( Model Sungkup ). (Shakai, 1995).
Bagian tanaman yang
digunakan untuk stek adalah bagian akar tanaman induk. Tanaman yang bisa
diperbanyak dengan stek akar adalah tanaman sukun (Artocarpus communis Forst.),
cemara (Casuarina equisetifolia), jambu buji (Psidium guajava L.), jeruk keprok
(Citrus nobilis Lour.), dan kesemek (Diospyros kaki Thumb.). Tanaman-tanaman
tersebut dapat diperbanyak dengan stek akar karena akarnya diperkaya dengan
kuntum adventif yang setiap saat dapat tumbuh. Contohnya, sebagian akar berada
di atas permukaan tanah (Suparto,
2006).
III.
PELAKSANAAN
PRATIKUM
3.1.
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan
hari Rabu Pukul 14.00-16.00 WIB di Kebun Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Bengkulu.
3.2.
Bahan
dan Alat
Tanaman/cabang
Bougenvil, melinjo, kakao, anggur, kopi, aglonema, euphorbia, sirih, lada,
panili, krokot, dan cabang buah dari tanaman lada, Rootone F, atonik, IAA, IBA,
sureline, tanah, pupuk kandang, pasir, aguades, pupuk dun cair, Dithane, M-45,
plastik bening, ember, tali rafia, paku, meteran ukuran 5 m. Polibag hitam,
pisau okulasi, hand srayer palu, atap rumbia, parang, cangkul, gunting setek,
pancang kayu, bambu, termometer, gelas ukur, termo-higrometer, ayakan mata
saring 0,5 cm.
3.3.
Prosedur
Kerja
Penyediaan
Bibit dilakukan sebagai berikut :
a. Pemilihan
Bahan Tanam
Berbagai
bahan tanam yang akan dijadikan bahan praktek dipilih dari pohon induk yang
sehat, tidak ada gejala penyakit serta warnanya hijau. pilih cabang yang
berasal dari cabang orthotrop/tunas wiwilan/air/buku dari sulur panjat.dan atau
cabang buah/daun.
b. Penyiapan
Media Tanam
Media
tanam yang digunakan untuk setek adalah
campuran tanah yang telah diayak diambil dari lapisan atas (top soil), pupuk kandang (kotoran sapi), pasir dengan
perbandingan 1 : 1 : 1, atau 2 : 1 : 1 . Media tanam yang telah dicampur
dimasukan ke dalam polibag/pot wadah plastik(nampan) yang telah disediakan,
kemudian disiram hingga jenuh air dan dibiarkan beberapa saat.
c. Pembuatan
Setek
Setek Pucuk :
a) Dipilih
cabang mempunyai diameter 0,5 cm, masih mudah yang mempunyai pucuk.
b) Dipotong
cabang 10 – 15 cm dengan sudut 45 º tepat di bawah tangkai daun.
c) Daun2
bagian bawah dibuang dan sisakan 2 hongga 4
helai daun pada bagian pucuk
(daun2nya dibuang separuh).
d) Setelah
dipotong setek pucuk direndam atonik 10
cc/liter selama 20 menit,atau diolesi dengan Rootone F setelah dibuat pasta
pada bidang potongan setek.
Setek Daun:
a) Dipilih
daun yang berwarna hijau dari tanaman hias (begonia, lidah mertua, cocor bebek). yang berdaun tebal berdaging,
telah cukup.
b) Dipilih
daun yang telah cukup umur.
c) Diberikan
Rootone F, Atonik untu merangsang pertumbuhan akar.
Setek Cabang/batang :
a) Dipotong
setek dari cabang terpilih dengan panjang 15 – 30 cm, sedangkan setek yang
digunakan untuk lada perdu adalah setek cabang buah (2- 4helai
daun).
b) Dipotong pangkal setek dengan dudut 45 º di bawah
buku dari sulur panjat ± satu cm.
c) Setek
kemudian direndam dalam air hingga saat tanam.
d) Sebelum
ditanam pangkal stek pada bidang
potongannya dioleskan rootone F
yang telah berbentuk pasta atau direndam atonik 10 cc/liter selama
20 menit, dan pada bidang potongan
bagian atas diolesi dengan lilin/kapur.
Penanaman
dan Penyungkupan
a) membuat
lubang tanam sedikit lebih besar dari diameter setek dengan kedalaman 3-5
cm ditengah polibag/pot.
b) Ditanam
setek dalam polibag/pot dengan menggunakan tangan kanan, sambil dipadatkan
dengan ibu jari dan telunjuk ke arah batang setek agar setek dapat berdiri
tegak dan kokoh.
c) Polibag/pot
diletakan di bawah naungan dan atau di dalam sungkup .
d) Dilakukan
penyiraman dengan menggunakan botol semprot (hand sprayer) pada setek yang
telah ditanam untuk menghilangkan tanah atau kotoran lain yang melekat pada daun.
e) Diletakan
alat termo-higrometer di dalam sungkup selama percobaan.
f) Sungkup
ditutup dengan plastik bening dengan rapat agar tidak kena pengaruh Suhu dan
kelembaban dari luar sungkup.
3.4.
Sifat
yang Diamati
Sifat
yang diamati pada praktikum ini meliputi penyiraman, pembersihan gulma didalam
polibag dan persentase tanaman yang hidup.
IV.
HASIL
DAN ANALISIS HASIL
4.1.
Hasil
gambar 1. Pengisian
media dan penyiraman
Gambar
2. Merendam bahan tanaman lalu ditanaman didalam polibag dan pot yang disungkup
Gambar 3. Pembukaan sungkup dan
pembersihan gulma
4.2.
Analisis Hasil
Perbanyakan tanaman
dengan cara stek adalah salah satu teknik perkembangbiakan vegetatif yang mana
dalam pratikum ini praktikan menggunakan bahan tanaman yang diperoleh dari
sekitar labortorium agronomi yakni tanaman asoka, bugenvil, jeruk, katu, lada,
dan tanaman hias berkayu. Stek ditanam dialam polibag dan pot yang kemudian
disungkup menggunakan plastikbening. Pada tanaman yang didalam pot dibiar
sampai minggu terakhir lalu kemudian diamati yang berakar atau tidak. Sedalam
yang didalam polibag dilakukan penyiraman setiap minggu dan pencabutan gulma.
Sebelum penanaman stek
direndam didalam lautan rootun F. Pengaruh pemberian ZPT (Rotoon F) dalam
pertumbuhan tanaman yang diberikan dapat merangsang pertumbuhan tanaman yang
membantu induksi tunas lateral dan mengaktifkan sel-sel kambium sehingga
tanaman yang distek dapat tumbuh dengan baik. Tetapi pada tanaman mawar
pertumbuhannya tidak baik atau tanaman
mawar ini tidak dapat tumbuh dengan baik yang diduga dikarenakan kelebihan air
atau banyak mengandung air dan kurang perawatan sehinnga tanaman ini menjadi
mati dan membusuk.
Perbanyakan tanaman
dengan stek batang dapat dilakukan pada beberapa jenis tanaman.Perbanyakan stek
batang adalah perbanyakan vegetatif dengan cara memotong batang lalu ditanam
pada media tanam yang sesuai dengan jenis tanamannya. Syarat pemilihan batang
yaitu batang berumur kurang lebih satu tahun karena pada cabang yang terlalu
tua sangat sulit untuk membentuk akar, sedangkan pada cabang yang terlalu muda
prosos penguapannya terlalu cepat sehingga stek menjadi lemah dan mati.
V.
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Setek atau stek adalah metode perbanyakan
tanaman dengan
menggunakan potongan tubuh tanaman (akar, daun, batang).[
Setiap bagian tubuh tanaman memiliki sifat totipotensi di
mana satu sel dapat membelah menjadi sel lain. Sehingga meski Streptocarpus ditumbuhkan dari potongan daun, sel akar dan batang
dapat terbentuk.
Setek merupakan pemisahan
bagian organ tanam dengan tujuan untuk perbanyakan tanaman. Setek meliputi
beberapa jenis yaitu setek akar, setek batang, setek pucuk, dan setek daun.
Hasil pengamatan menunjukan hampir semua tanaman yang dilakukan setek tumbuh baik
pada lingkungan terkontrol. Pemberian Rotoon Fdapat merangsang pertumbuhan
tanaman yang membantu induksi tunas lateral dan mengaktifkan sel-sel kambium
sehingga tanaman yang distek dapat tumbuh dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D, 1990. Pengantar
Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta
Shakai, C. Y Yamamoto, Hendromono, D
Prameswari, A Subiakto. 1995. Sistem Pendingin Dengan Pengkabutan Pada
Pembiakan Vegetatif Dipterocarpaceae. Buletin Penelitian Hutan No. 588. Bogor
Bem, F.A dan C. Syukur. 2003. Lada Perdu
untuk Bisnis dan Hobi. Jakarta: Penerbit Penerbar Swadaya. Bekerjasama dengan
Lembaga Sumberdaya Informasi IPB.
Wudianto, Rini. 2001. Membuat Setek,
Cangkok, dan Okulasi. Cetakan ke-9. Jakarta. Penebar Swadaya.
Sumiasri, Nurul,Dkk 2005.Tanggap Stek
Cabang Bambu Betung (Dendrocalamus Asper) Pada Penggunaan Berbagai Dosis Hormon
Iaa Dan Iba. Jurnal Natur Indonesia Iii (2): 121 – 128.Cibinong : Puslitbang
Bioteknologi.
Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur
Tumbuh Tanaman. Bogor: PAU Bioteknologi IPB,
ACARA IV
PERBANYAKAN/PERKEMBANGBIAKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN
MACAM-MACAM BENTUK OKULASI
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Okulasi merupakan salah
satu perbanyakan tanaman secara vegetatif yang telah banyak digunakan oleh
masyrakat didalam budidaya tanaman baik dalam sekala kecil maupun hingga
perkebunan besar baik itu perkebunan yang bersifat BUMN maupun PMA. Okulasi
dipilih karena dianggap dapat dilakukan dengan mudah dan menghasilkan bibit
yang berualitas dengan jumlah yang bnyak.
Penempelan atau okulasi
(budding) adalah penggabungan antara dua tanaman yang berdeda dengan
memanfaatkan salah satu tanaman mnjadi tanaman batang bawah dan yang satu
menjadi tanaman entres, dan kemudian dilakukan dengan cara penempelan kulit
entres di bagian mata tunas batang bawah hingga terjadi regenerasi jaringan
pada bekas luka sambungan atau tautannya.
Syarat lain yang perlu
diperhatikan pada waktu pengambilan entres adalah kesuburan dan kesehatan pohon
induk. Untuk meningkatkan kesuburan pohon induk, biasanya tiga minggu sebelum
pengambilan batang atas dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK. Kesehatan pohon
induk ini penting karena dalam kondisi sakit, terutama penyakit sistemik mudah
sekali ditularkan pada bibit.
Melihat pentingnya
kegiatan Okulasi maka diperlukan pelatihan dan pelajaran sehingga dapat melatih
mahasiswa untuk mendapatkan bibit hasil okulasi yang baik dan berkualitas dan
juga dapat memperkecil resiko kegagalan. Sehingga sangat diperlukan pratikum
teknik perbanyakan Okulasi untuk dilaksanakan.
1.2.
Tujuan
Selesai
melaksanakan kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1.
Memahami bahwa
cara Okulasi adalah salah satu bagian
dari perbanyakan suatu tanaman.
2.
Melakukan perbanyakan
tanaman dari berbagai jenis tanaman dengan cara Okulasi.
3.
Mengerti dan mampu
tentang bagaimana cara yang benar dalam
mengokulasi dari berbagai jenis tanaman.
1.3.
Manfaat
yang Diharapkan
Mahasiswa
diharapkan mampu menerapkan berbagai macam bentuk okulasi pada berbagai
tanaman.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Okulasi
merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara
menenpelkan dua jenis tanaman berbeda untuk dijadikan satu tanaman baru dengan
harapan dua tanaman tadi sama-sama membawa sifat unggul dari tetuannya sehingga
dapat menghasilkan satu bibit yang memiliki sifat unggulbaik dari tampilan umur
pproduksi dan juga hasil produksi yang tinggi.(Mangoendidjojo, 2003).
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan okulasi adalah bahan tanaman, batang
pokok (Root stocks ) di dalam polybag dan batang bawah berasal dari tanaman
unggul yang telah diketahui kebaikan dari sifat tanaman itu sendiri. Pada
metode ini dilakukan beberapa tahapan okulasi yaitu mulai dari penyediaan
kemudian. Di lain sisi, disiapkan pula bahan mata tunas. (Prastowo, 2005).
Teknik penempelan okulasi dengan car diris batang pokok (root stock) untuk
menyisipkan mata tunas. Sisipkan atau tempelkan mata tunas pada root stocks
kemudian diikat, bagian atas (pucuk) dari root stock dibiarkan tumbuh.
(Setiawan, 2001).
Menurut
Anwar (2001) untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan
entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber,
yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres.
Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun
entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang
pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.
Setelah
persiapan bahan tanam, kemudian dilakukan okulasi. Keunggulan yang diharapkan
dari batang bawah secara umum adalah sifat perakarannya yang baik, sedang dari
batang atas adalah produksi latex yang baik. Bila bibit yang di okulasi ini ditumbuhkan
di lapangan disebut sebagai tanaman okulasi, sedangkan tanaman asal biji yang
di tumbuhkan dilapangan disebut tanaman semai (Simanjuntak, 2010)
Setelah
beberapa minggu dilaksanakannya okulasi biasannya telah terlihat pertumbuhan
dengan ditandai pecahnya mata tunas atau paling tidaknyaa bahan entres masih
menunjukaan warna hijau segar maka bagian batang atas dapat dipotong guna
membuat pertumbuhaan menjadi lebih cepat. Apabila mata tunas sudah terlihat
tumbuh sempurna sungkup dapat dibuka untuk memberi kesempatan beradaptasi
dengan lingkungan. Setelah tunas-tunas baru tumbuh dengan baikdan berkayu, maka
tanaman ini sudah siap untuk di tanam di lapangan. (Purnomosidhi, 2002).
III.
PELAKSANAAN
PRATIKUM
3.1.
Waktu
dan Tempat Pratikum
Praktikum dilaksanakan
hari Rabu Pukul 14.00-16.00 WIB di Kebun Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
3.2.
Bahan
dan Alat
Bahan dan alat yang
digunakan pada acara ini meliputi bibit karet (stump), mata tunas (entres),
plastik pembungkus, pisau, label, dan alat tulis.
3.3.
Cara
Kerja
Teknik okulasi yang
digunakan pada praktek adalah teknik okulasi segiempat. Tahapan okulasi segi
empat adalah sebagai berikut :
a.
Batang bawah diiris dengan bentuk segi empat atau bujur
sangkar dengan panjang sisi-sisinya 1,2 cm. Dengan menggunakan sudip (ujung
belakang pisau okulasi) kulit yang telah diiris tersebut dikelupaskan dengan
hati-hati, kemudian irisan tersebut ditempelkan kembali agar kambium tidak
mengering.
b.
Batang atas/mata tunas
diirisberbentuk segi empat sesuai dengan bentuk irisan bataang bawah tetapi
ukurannya sedikit lebih kecil.
c.
Selanjutnya mata tunas
ditempel pada batang bawah, pada bagian luka dioles dengan vaselin selanjutnya
diikat dengan tali plastik.
d.
Lalu hasil okulasi
dapat dilihat dan diamati pada hari
ketujuh setelah okulasi dengan membuka plastik pengikat. Okulasi jadi ditandai
dengan masih tetap hijaunya mata tunas, sedangkan mata tunas yang berwarna
coklat menandakan sambungan tidak berhasil/mati.
3.4.
Sifat-sifat
yang diamati
Sifat yang diamati yaitu
jumlah tanaman yang berhasil diokulasi.
IV.
HASIL
DAN ANALISIS HASIL
5.2.
Hasil
Gambar
1. Okulasi yang tidak berhasil (gambar kiri) dan okulasi yang hidup (gambar
kanan)
5.3.
Analisis
Hasil
Perbanyakan tanaman
karet (Hevea brasiliensis) dapat dilakukan secara generatif melalui benih dan
secara vegetatif melalui teknik okulasi. Perbanyakan dengan benih saat ini
sudah jarang dilakukan kecuali oleh sebagian petani tradisional atau oleh
kalangan peneliti guna perbaikan sifat genetif selanjutnya. Perbanyakan tanaman
dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama pada
perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan
cara okulasi antara lain penggunaan okulasi dapat menghasilkan tanaman yang
dengan produktifitas yang tinggi, pertumbuhan tanaman yang seragam. Sedangkan
kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi antara
lain; tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal terjadi karena tidak adanya
keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres), memerlukan
menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini.
Okulasi yang kami lakukan yaitu pada
tanaman karet sebanyak 5 tanaman/kelompok. pada minggu ke 2 tanaman karet yang
diokulasi telah dapat dilihat hasilnya. 3 tanaman yang di okulasi menunjukan
keberhasilan yang ditandai dengan adanya calon tunas dipinggir jendela okulasi
dan tanaman tetap hijau dan pada 1
tanaman yang gagal terlihat mata tunas menghitam dan tanaman kekeringan. Tanda
dari keberhasilan okulasi adalah mata entres yang ditempelkan tetap hijau,
segar, tidak kering, atau tidak patah. Mata tunas tumbuh, kalaupun belum
kelihatan tumbuh dapat dengan menggores sedikit permukaan sayatan mata entres
yang kita tempel apabila tetap segar/hijau berarti tempelan jadi. Tempelan yang
gagal mata tempelnya akan berwarna coklat kehitaman. Hasil perhitungan
persentase hidup tanaman diperoleh persentase hidup tanaman karet yang
diokulasi sebesar 90
%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat keberhasilan masih cukup baik. Kegagalan okulasi
dapat disebabkan karena inkompatibilitas antara batang atas dan batang bawah,
kesalahan teknik okulasi, dan lingkungan yang buruk.
V.
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Okulasi adalah salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif
dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain
yang dapat bergabung( Kompatibel) yang bertujuan menggabungkan sifat-sifat yang
baik dari setiap komponen sehingga di peroleh perumbuhan dan produksi
yang baik.Prinsip okulasi sama yaitu penggabungan batang bawah dengan batang
atas, yang berbeda adalah umur batang bawah dan batang atas yang digunakan
sehingga perlu teknik tersendiri untuk mencapai keberhasilan okulasi. Kebaikan
yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat
perakarannya yang baik, sedang dari batang atas adalah produksi Latex
yang baik. Bila bibit yang di okulasi ini di tumbuhkan dilapangan dikatakan
tanaman okulasi sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan
disebut tanaman semai.
Setelah okulasi berumur 2-3 minggu, maka
balutan okulasi dapat dibuka untuk diperiksa keberhasilannya Balutan dibuka
dengan cara mengiris plastik okulasi dari bawah keatas, tepat disamping
jendela okulasi Selanjutnya jendela okulasi dibuka dengan cara memotong lidah
jendela okulasi Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara membuat
cungkilan pada perisai mata okulasi di luar matanya. Apabila cungkilan berwarna
hijau berarti okulasi dinyatakan berhasil Okulasi yang berhasil ditandai dengan
cara mengikatkan bekas potongan plastik okulasi pada bagian batang.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C. 2001.Manajemen dan Teknologi
Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet, Medan.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar
Pemulian Tanaman. Cetakan ke-1. Yogyakarta.
Penerbit Kanisius.
Prastowo N, J.M. Roshetko. 2005.
Direktori Usaha Pembibitan Tanaman buah, Kayu,
Perkebunan, Hias dan Obat di Kota/Kabupaten Bogor dan sekitarnya.World
Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock International. Bogor. Indonesia.
Purnomosidhi P, Suparman, JM Roshetko
dan Mulawarman. 2002. Perbanyakan dan
Budidaya Tanaman Buah-Buahan dengan Penekanan pada Durian, Mangga,
Jeruk, Melinjo dan Sawo, Pedoman Lapang. International Centre for Research in
Agroforestry (ICRAF) dan Winrock International. Bogor. Indonesia.
Setiawan,Ade Iwan. 2001. Kiat Memilih
Bibit Tanaman Buah. Cetakan ke-4. Jakarta.
Penebar Swadaya.
Simanjuntak, F. 2010. Teknik Okulasi
Karet. From: http://ditjenbun.deptan.go.id/. Diakses pada tanggal 26 November
2017.
ACARA
V
PERBANYAKAN
/PENGEMBANGBIAKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SAMBUNGAN
(GRAFING)
I.
PENDAHULUAN
Penyambungan dapat
mempunyai arti lain dari pada pembiakan vegetatif lainnya, di karenakan ketika
tanaman yang tidak dapat dibiakan secara cangkok, stek, merunduk atau lainnya
dapat di lakukan metode penyambungan, karena hanya dengan metode penyambungan
inilah tanaman tesebut dapat di biakkan. Seperti pada berbagai tanaman buah-buahan
yang tidak dapat diperbanyak dengan cara stek, runduk, anakan dan cangkok,
tetapi mudah di lakukan penyambungan (grafting) dan penyusunan, adalah suatu
cara menyambung potongan suatu tanaman pada batang yang telah berakar dari
suatu tanaman lain. misalnya pada manggis, blimbing, dan lain sebagainya.
Dilakukannya penyambungan itu pun harus mempertimbangkan beberapa faktor,
faktor-faktor tersebut baik yang dating dari tanaman itu sendiri seperti
hubungan kekerabatan antara tanaman yang digunakan sebagai batang atas dengan
tanaman ynag digunakan sebagai batang bawah. Dan faktor lain yang harus
dipertimbangkan juga adalah faktor lingkungan dan faktor pelaksanaan yang mencangkup pemotongan
dan pemeliharaan sambungan.
Metode grafting
merupakan perbanyakan tanaman gabungan antara perbanyakan secara generatf (dari
persemaian biji) dengan salah satu bagian vegetatif (cabang/ranting) tanaman
yang berasal dari satu family. Kedua tanaman (bagian tanaman) yang disatukan
masing-masing mempunyai keunggulan misalnya dari segi kelebatan buah, ukuran
besar dan rasa/khasiat serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Kombinasi dari bagian tanaman yang disatukan
akan berkembang membentuk tanaman baru, dan tanaman tersebut merupakan hasil
perbanyakan secara vegetatif, dengan kelebihan yang dimilikinya antara lain:
mempercepat masa berbuah yakni umur 4 – 7 tahun, mendapatkan tanaman dengan
ukuran yang lebih pendek, dapat mempertahankan sifat genetis yang berasal dari
induknya misalnya ukuran buah, daging yang tebal dan rasa manis serta sifat
ketahanan terhadap penyakit.
1.1.
Tujuan
Selesai
melaksanakan kegiatan pratikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1.
Memahami bahwa cara
Sambungan adalah salah satu bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
2.
Melakukan perbanyakan
tanaman dari berbagai jenis tanaman dengan cara Sambungan.
3.
Mengerti dan mampu
tentang bagaimana cara yang benar dalam menyambung dari berbagai jenis tanaman.
1.2.
Manfaat
yang Diharapkan
Mahasiswa diharapkan
mampu mempraktekan bentuk-bentuk penyambungan dari berbagai tanaman
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Salah
satu perbanyakan vegetatif dengan cara menyambungkan dua tanaman yang berbeda
untuk menjadi satu tanaman (Grafting) penyambungkan batang bawah dan batang
atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan,
kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru. (Widiarsih, 2008).
Grafting
ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan suatu bagian
tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain. Melainkan
sudah merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak variasinya.
Sharock’s (1672) dalam Wudianto (2002) menyatakan bahwa seni grafting ini telah
digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15 dia menggambarkan
betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting ini. Disamping itu Thouin
dalam Wudianto (2002) mengatakan bahwa ada 119 bentuk grafting. Dari sekian
banyak grafting ini digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu Bud-grafting
atau budding yang kita kenal dengan istilah okulasi, Scion grafting lebih
populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk atau enten dan Grafting by
approach atau inarching yaitu cara menyambung tanaman sehingga batang atas dan
batang bawah masih berhubungan dengan akarnya masing-masing.
Penyambungan
disini berarti penyatuan antara batang atas (sepotong cabang dengan dua atau
tiga tunas vegetatif) dengan batang bawah yang sehingga gabungan ini
bersama-sama membentuk individu yang baru. Batang bawah sering juga
disebutstock atau root stock atau bahasa belandanya onder stam. Ciri dari
batang ini adalah batang masih dilengkapi dengan akar, sedangkan batang atas
yang disambungkan sering disebut entris atau scion. Batang atas dapat berupa
potongan batang atau bisa juga cabang pohon induk, kadang-kadang untuk penyambungan
ini memerlukan batang perantara (Inter-Stock). Agar batang atas dan batang
bawah bisa terus merupakan perpaduan yang kekal, maka sebaiknya dipilih batang
atas dan batang bawah yang masih mempunyai hubungan keluarga dekat. (Rahardja,
2003).
Pertautan
sambungan juga ditentukan kompatibilitas antara batang bawah dan entris sebagai
batang atas. Dari hasil pengamatan tidak terlihat adanya gejala
inkompatibilitas antara batang bawah dengan batang atas. inkompatibilitas
adalah keadaan kegagalan batang atas dan batang bawah membentuk pohon gabungan. gejala-gejala
inkompatibilitas diantaranya adalah kegagalan membentuk sambungan dalam
persentase yang tinggi, daun menguning, pertumbuhan vegetatif menurun, mati
pucuk dan tanaman merana, tanaman mati belum pada waktunya, perbedaan nyata
dalam kecepatan tumbuh atau ketegapan tumbuh antara stock (batang bawah) dan
scion (batang atas), dan perbedaan pertumbuhan pada sebagian batang atas atau
sebagian batang bawah sambungan (Indra,
2008).
Penyediaan
bahan tanaman unggul dan bermutu pada tanaman jambu mete dapat dilakukan
melalui perbanyakan secara vegetatif dengan teknik sambung pucuk (grafting).
Teknik tersebut merupakan alternatif terbaik saat ini dalam menyediakan bahan
tanaman jambu mete Sambung pucuk adalah teknik perbanyakan tanaman dengan
menggabungkan batang bawah dari pohon induk terseleksi dan adaptif di daerah
setempat dengan batang atas darivarietas unggul hasil penelitian yang
berproduksi tinggi. Keberhasilan penelitian sambung pucuk telah banyak dilaporkan
(Arifin, 2000).
III.
PELAKSANAAN
PRATIKUM
3.1.
Waktu
dan Tempat Pratikum
Praktikum dilaksanakan
pada hari Kamis
Pukul 14.00-16.00 WIB di Kebun Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Bengkulu.
3.2.
Bahan
dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan
dalam praktikum ini tanaman asoka, plastik pembungkus, plastik es (untuk
pengikat), kartek, dan spidol permanen.
3.3.
Cara
Kerja
a.
Bahan sambungan dipilih
yang mempunyai umur hampir sama antara batangatas dan batang bawah, dibuat
potongan pada batang atas maupun batang bawah dengan bentuksambungan baji atau
baji terbalik.
b.
Batang atas yang telah
dibuat bentuk sambungan tadi dimasukkan ke dalam batang bawah.
c.
Bagian sambungan diikat
dengan menggunakan plastic dan usahakan tidak bergeser sambungan yang diikat.
3.4.
Sifat-sifat
yang diamati
Sifat
yang diamati yaitu persentase keberhasilan tanaman yang disambung.
IV.
HASIL
DAN ANALISIS HASIL
4.2.
Hasil
Gambar 1. Penyambuan pucuk tanaman asoka (gambar kiri) dan
keberhasilan sambungan (gambar kanan).
4.3.
Analisis
Hasil
Pada
acara penyambungan dilakukan dilahan sekitar taman laboratorium agronomi,
dimana pratikum melakukan penyambungan pada tanaman asoka dengan 2 penyambungan
yang mana batang bawah
merah disambung dengan batang atas kuning dan yang kedua sebaliknya. pada pratikum
ini diperoleh hasil yang memuaskan pada tanaman asoka sebab dari semua tanaman percoba
lakukan semua berhasil hidup dengan baik.
Keuntungan
dan Kerugian Perbanyakan Tanaman Secara Grafting adalah :
Keuntungan;
mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan pada pembiakan
vegetatif lainnya seperti stek, cangkok dan lain-lainnya. bisa memperoleh
tanaman yang kuat karena batang bawahnya tahan terhadap keadaan tanah yang
tidak menguntungkan, temperatur yang rendah, atau gangguan lain yang terdapat
di dalam tanah, memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah tumbuh, sehingga
jenis yang tidak di inginkan diubah dengan jenis yang dikehendaki dan dapat
mempercepat berbuahnya tanaman (untuk tanaman buah-buahan) dan mempercepat
pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (jika tanaman kehutanan).
Kerugian;
bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah besar gampang patah jika
ditiup angin kencang dan tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok antara
scion dan rootstock Membutuhkan
pengetahuan dan pengalaman mengenai okulasi.Terkadang hasil okulasi yang
dihasilkan tidak optimal.Terkadang tidak ada kecocokan dengan batang bawah dan
batang atas, meski satu famili dan genus.Peluang kegagalan dalam penyambungan
cukup besar, dibandingkan dengan perbanyakan menggunakan biji.
V.
PENUTUP
1.3.
Kesimpulan
Penyambungan atau Grafting merupakan salah satu metode perbanyakan vegetatif buatan yang sudah lama di kenal dan
digunakan masyarakat luas untuk memperbaiki sifat tanaman baik
sifat yang berkaitan kualitas ataupun yang berkaitan dengan kuantitas. Grafting
tidak dapat menghasilkan tanaman dengan sifat yang benar-benar baru tetapi
hanya menggabungkan antara dua sifat tanaman yang kemungkinan besar berlainan.
Selain berkaitan dengan aspek agronomi, grafting juga merupakan salah satu
metode dalam pemuliaan
tanaman yang sudah dikenal sejak
dahulu.
DAFTAR
PUSTAKA
Pitono,
J. 1997. Peluang metoda penyambungan mengatasi permasalahan bahan tanaman jambu
mete. hlm. 215−219. M. Hasanah, A. Dhalimi, D. Sitepu, Supriadi, dan Hobir
(Ed.). Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Perbenihan Tanaman Rempah dan Obat.
BalaiPenelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor.
Hartman,
H. T., Kester, D. E., Davis, J. R., and R. L. Geneve. 1997. Plant Propagation.
Hall Int. Inc. New Jersey.
Rahardja,
P.C.,Wahyu Wiryanta. 2003.Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Cetakan ke-1. Depok.
Penerbit AgroMedia Pustaka.
Adinugraha,
Hamdan Adma. 2011. Teknik Pembibitan Tanaman Hutan. From: http://forestryinformation.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 26November 2017.
Rochiman,
K., dan Harjadi, S.S. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi Fakultas
Pertanian IPB. Bogor.
Arifin. 2000. Kesiapan Teknologi
Sambung Pucuk Dalam Penyediaan Bahan Tanaman Jambu Mete. Jurnal Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Aneka Tanaman Industri. Vol. 1(7) : 150 – 155.
Suwandi.
Petunjuk Teknis Perbanyakan Tanaman Dengan Cara Sambungan (Grafting). From: www.biotifor.or.id pada tanggal 24
Desember 2016, pukul 00.41 WIB.
Widiarsih,
S. 2008. Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Buatan. From http://willy.situshijau.co.id. diakses
pada tanggal 26November 2017.
Herianto, R. , 2002, Membuat
Setek, Cangkok dan Okulasi, P. T. Penebar Swadaya: Jakarta.
No comments:
Post a Comment