LAPORAN PRAKTIKUM
HORTIKULTURA
ACARA VIII
“POLA PERKARANGAN”
Nama : Jeky Miharja
Npm :
E1J014144
Shift : Kamis (12.00-13.40 wib)
Kelompok : A1
Dosen : Catur Herison, Dr. Ir,
M.Sc
CO-ASS : Muhamatul Husna
LABORATORIUM
AGRONOMI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Untuk
meningkatkan gizi terutama pada gizi mikro masyarakat pada umumnya dan keluarga
pada khususnya, dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia dilingkungannya. Salah satu upaya
pemberdayaan masyarakat tersebut di atas adalah dengan pemanfaatan pekarangan
yang dikelola oleh keluarga sehingga mudah untuk pemeliharaan dan pemanenan
hasilnya.
Lahan
pekarangan sudah lama dikenal dan memiliki fungsi multiguna. Fungsi pekarangan
adalah untuk menghasilkan : (1) bahan makan sebagai tambahan hasil sawah dan
tegalnya; (2) sayur dan buah-buahan; (3) unggas, ternak kecil dan ikan; (4)
rempah, bumbu-bumbu dan wangi-wangian; (5) bahan kerajinan tangan; (7) uang
tunai.
Usaha
di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan,
disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan
sumbangan pendapatan bagi keluarga. Dari hasil penelitian di Yogyakarta
(Peny,DH dan Benneth Ginting, 1984), secara umum pekarangan dapat memberikan
sumbangan pendapatan antara 7% sampai dengan 45%.
Pekarangan
adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di usahakan dengan tujuan
untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga.
Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik
hidup. Dalam kondisi tertentu, pekarangan dapat memanfaatkan kebun/rawa di
sekitar rumah.
Pemanfaatan
Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai
jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan
pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga.
Pekarangan ini memiliki banyak fungsi yaitu penghasil bahan tambahan, penghasil
uang tunai harian, penghasil bumbu dan obat, penghasil bahan bangunan,
penghasil kayu baker, penghasil bahan kerajinan, penghasil ikan dan
ternak.Fungsi-fungsi tersebut menunjukkan kondisi masyarakat yang erat dengan
petani dan suasana pedesaan, namun pada saat sekarang ini terutama pada
masyarakat kota fungsi pekarangan menjadi berkurang hal ini disebabkan oleh
berkurangnya luasan lahan.
1.2
Tujuan Praktikum
1. Mengenal
berbagai pola pemanfaatan perkarangan
2. Mengevaluasi
model perkarangan berdasarkan hubungan antara rumah, tanaman, hewan ( kalau ada
) dan unsur – unsur penunjang lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Adapunpekarangan yang ada pun, termasuk yang beradajauh di
kawasanpedesaan, banyak yang dibiarkanterbengkalai. Padahal,
pekaranganmempunyaimanfaat yang sangatbesar, bukanhanyamanfaatekologis,
melainkanjugapunyaperanpentingsecaraekonomi, yaitusebagailumbunghidup,
baiklumbungpanganmaupunlumbunggizi.
Pekaranganmerupakanperpaduanpertanian yang melibatkanperanmanusiadenganekosistemnya.
Secaraekologis, pekarangandenganstrukturtanaman yang
tingginyaberjenjangdanberanekajenisnya,
mulaidarijenistanamankerasdenganketinggian yang menjulang, sampaidengantanaman
perdu dansejenisrerumputan, bukansajaakanmampumengoptimalkanpenggunaanenergimatahari,
melainkanjugamelindungitanahdarierosiolehguyuran air hujan.
Dengandemikian, berbagaijenistanamanmemungkinkantumbuhberdampingan,
dankesuburantanahsertatata air tetapterjaga. Di sampingitu, dalam pekarangan juga
terja disistem daurulang yang sangat baik. Dedaunan yang jatuh, sampah-sampah
organic sisa rumah tangga, serta kotoran hewan ternak merupakan sumberdaya yang
baik bagi pertumbuhan tanaman pekarangan. Sebaliknya, dedaunan dan rerumputan segar
merupakan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Penopang ketahanan pangan Sebagai lumbung
pangan, pekarangan mempunyai peranan yang besar sebagai penopang ketahanan pangan.
Masyarakat zaman dulu memanfaatkan pekarangan sebagai lumbung pangan dengan menanam
umbi- umbian yang tahan bertahun-tahun danadaptifdengansegalamusimdancuaca,
semacam suweg, iles-iles, ketela, gadung, ganyong, jelarut (garut), dan sebagainya.Tanaman
jenis ini untuk dapat dipanen rata-rata memerlukan waktu yang cukup lama. Namun
ketika tidak menginginkan memanennya, kita tetap dapat membiarkannya dalam tanah
pekarangan. Pada musim penghujan, tanamanakan tumbuh dengan tunas-tunas baru,
memunculkan tumbuhan baru, dan tentunya dengan pertumbuhan umbi yang semakin besar.
Dan pada musim kemarau, daun-daun tanaman ini akan mengering. Namun, umbi tanaman
tetap dalam kondisi hidup dan siap memunculkan tunas dan tumbuhan baru saat musim
hujan tiba.
Berbagai jenis tanaman tersebut dapat dijadikan sumber pangan
alternative ketik apaceklik, gagal panen, atau akibat sebuah kebijakan yang
menyebabkan masyarakat kesulitan memperoleh bahan pangan pokok. Dengan kata
lain, pekarangan mempunyai fungsi ekonomi yang cukup strategis yang hasilnya dapat
dipanen sewaktu-waktu jika dibutuhkan, dan menjadi salah satu bentuk jaminan ketahanan
pangan masyarakat pedesaan.
BAB III
METODELOGI
3.2 Cara Kerja
1. Mahasiswa
bekerja dalam kelompok 4- 5 orang
2. Memilih
salah satu perkarangan yang ada di masyarakat
3. Melakukan
penagamatan terahadap perkarangan yang meliputi :
a. Posisi
relative terhadap rumah
b. Luas
perkarangan
c. Jenis
tanaman dan hewan yang ada
d. Sketsa
luar dari rumah
e. Tata
letak tanaman
f. Fasilitas
perkarangan ( sumber air, kran penyiraman dsb )
g. Pola
hubungan aktifitas anggota keluarga dengan perkaragan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan
Sering kali ternak di masyarakat desahanya dijadikan sebagai
klangenan atau hanya sebagai tabungan dan dimanfaatkan ketika hari-hari besar
atau ada hajatan tertentu, tidak dijadikan sumber pangan penopang gizi
keluarga. Bila hal ini terjadi, tentu tak akan ada lagi berita-berita kasus kekurangan
energi-protein (KEP) atau gizi buruk lainnya yang melanda penduduk di
pelosok-pelosok desa kita.
Selanjutnya, pekarangan juga dapat dioptimalkan pemanfaatannya
dengan tanaman apotek hidup atau tanaman obat keluarga (toga) yang memudahkan
kita memperoleh obat alami. Tanaman obat sekaligus sebagai bumbu dapur sejenis
empon-empon, semacam jahe, kencur, lengkuas, kunyit, jugatanamansirih, cabe,
kapulaga, dan sebagainya dapat menjadi pilihan. Manfaatnya bukan saja sebagai
penghasil obat dan bumbu, melainkan juga akan memberikan suasana asri dan nilai estetika yang tak
ternilai.
Sebenarnya budaya memanfaatkan pekarangan telah lama berakar,
terutama pada masyarakat pedesaan. Meskidemikian, perlu digalakkan kembali
mengingat kondisi saat ini kurang mendapat perhatian. Menciptakan ketahanan
pangan dan pemenuhan kebutuhan gizi
tidak harus dengan biaya tinggi atau menunggu uluran tangan pemeritah dengan
birokrasinya yang ruwet.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Pekarangan
dapat dimanfaatkan sebagi slah satu penghasil bahan pangan dan gizi bagi
keluarga dan dapat menghasilkan pendapatan tambahan bagi keluarga.
2. Tanaman
pohon dapat mengurangi polusi udara sebab mereka tinggal didaerah perkotaan.
3. Tanaman
buah juga berfungsi sebagai sumber gizi bagi kelurga ini bahkan bila produksi
berlebih dapat dijual untuk menambah nilai ekonomi.
\
DAFTAR PUSTAKA
Djoen.
2006. Pekarangan, Lumbung Pangan Kita. PenulisLepas.com. Download 27 Mei 2008.
Danoesastro,
Haryono : “Tanaman Pekarangan dalam Usaha Meningkatkan Ketahanan Rakat Pedesaan”. Agro – Ekonomi. Maret 1978.

No comments:
Post a Comment