Saturday, September 15, 2018

LAPORAN PRAKTIKUM HORTIKULTURA PERKARANGAN


LAPORAN PRAKTIKUM
HORTIKULTURA
ACARA VIII
POLA PERKARANGAN


Nama                      : Jeky Miharja

Npm                       : E1J014144
Shift                        : Kamis  (12.00-13.40 wib)
Kelompok              : A1
Dosen                     : Catur Herison, Dr. Ir, M.Sc
CO-ASS                 :  Muhamatul Husna

LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Untuk meningkatkan gizi terutama pada gizi mikro masyarakat pada umumnya dan keluarga pada khususnya, dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dilingkungannya. Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat tersebut di atas adalah dengan pemanfaatan pekarangan yang dikelola oleh keluarga sehingga mudah untuk pemeliharaan dan pemanenan hasilnya.
Lahan pekarangan sudah lama dikenal dan memiliki fungsi multiguna. Fungsi pekarangan adalah untuk menghasilkan : (1) bahan makan sebagai tambahan hasil sawah dan tegalnya; (2) sayur dan buah-buahan; (3) unggas, ternak kecil dan ikan; (4) rempah, bumbu-bumbu dan wangi-wangian; (5) bahan kerajinan tangan; (7) uang tunai.
Usaha di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan, disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga. Dari hasil penelitian di Yogyakarta (Peny,DH dan Benneth Ginting, 1984), secara umum pekarangan dapat memberikan sumbangan pendapatan antara 7% sampai dengan 45%.
Pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup. Dalam kondisi tertentu, pekarangan dapat memanfaatkan kebun/rawa di sekitar rumah.
Pemanfaatan Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga. Pekarangan ini memiliki banyak fungsi yaitu penghasil bahan tambahan, penghasil uang tunai harian, penghasil bumbu dan obat, penghasil bahan bangunan, penghasil kayu baker, penghasil bahan kerajinan, penghasil ikan dan ternak.Fungsi-fungsi tersebut menunjukkan kondisi masyarakat yang erat dengan petani dan suasana pedesaan, namun pada saat sekarang ini terutama pada masyarakat kota fungsi pekarangan menjadi berkurang hal ini disebabkan oleh berkurangnya luasan lahan.
1.2  Tujuan Praktikum
1.      Mengenal berbagai pola pemanfaatan perkarangan
2.      Mengevaluasi model perkarangan berdasarkan hubungan antara rumah, tanaman, hewan ( kalau ada ) dan unsur – unsur penunjang lainnya.



























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Adapunpekarangan yang ada pun, termasuk yang beradajauh di kawasanpedesaan, banyak yang dibiarkanterbengkalai. Padahal, pekaranganmempunyaimanfaat yang sangatbesar, bukanhanyamanfaatekologis, melainkanjugapunyaperanpentingsecaraekonomi, yaitusebagailumbunghidup, baiklumbungpanganmaupunlumbunggizi.
Pekaranganmerupakanperpaduanpertanian yang melibatkanperanmanusiadenganekosistemnya. Secaraekologis, pekarangandenganstrukturtanaman yang tingginyaberjenjangdanberanekajenisnya, mulaidarijenistanamankerasdenganketinggian yang menjulang, sampaidengantanaman perdu dansejenisrerumputan, bukansajaakanmampumengoptimalkanpenggunaanenergimatahari, melainkanjugamelindungitanahdarierosiolehguyuran air hujan.
Dengandemikian, berbagaijenistanamanmemungkinkantumbuhberdampingan, dankesuburantanahsertatata air tetapterjaga. Di sampingitu, dalam pekarangan juga terja disistem daurulang yang sangat baik. Dedaunan yang jatuh, sampah-sampah organic sisa rumah tangga, serta kotoran hewan ternak merupakan sumberdaya yang baik bagi pertumbuhan tanaman pekarangan. Sebaliknya, dedaunan dan rerumputan segar merupakan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
            Penopang ketahanan pangan Sebagai lumbung pangan, pekarangan mempunyai peranan yang besar sebagai penopang ketahanan pangan. Masyarakat zaman dulu memanfaatkan pekarangan sebagai lumbung pangan dengan menanam umbi- umbian yang tahan bertahun-tahun danadaptifdengansegalamusimdancuaca, semacam suweg, iles-iles, ketela, gadung, ganyong, jelarut (garut), dan sebagainya.Tanaman jenis ini untuk dapat dipanen rata-rata memerlukan waktu yang cukup lama. Namun ketika tidak menginginkan memanennya, kita tetap dapat membiarkannya dalam tanah pekarangan. Pada musim penghujan, tanamanakan tumbuh dengan tunas-tunas baru, memunculkan tumbuhan baru, dan tentunya dengan pertumbuhan umbi yang semakin besar. Dan pada musim kemarau, daun-daun tanaman ini akan mengering. Namun, umbi tanaman tetap dalam kondisi hidup dan siap memunculkan tunas dan tumbuhan baru saat musim hujan tiba.
Berbagai jenis tanaman tersebut dapat dijadikan sumber pangan alternative ketik apaceklik, gagal panen, atau akibat sebuah kebijakan yang menyebabkan masyarakat kesulitan memperoleh bahan pangan pokok. Dengan kata lain, pekarangan mempunyai fungsi ekonomi yang cukup strategis yang hasilnya dapat dipanen sewaktu-waktu jika dibutuhkan, dan menjadi salah satu bentuk jaminan ketahanan pangan masyarakat pedesaan.


BAB III
METODELOGI


3.2 Cara Kerja
1.      Mahasiswa bekerja dalam kelompok 4- 5 orang
2.      Memilih salah satu perkarangan yang ada di masyarakat
3.      Melakukan penagamatan terahadap perkarangan yang meliputi :
a.       Posisi relative terhadap rumah
b.      Luas perkarangan
c.       Jenis tanaman dan hewan yang ada
d.      Sketsa luar dari rumah
e.       Tata letak tanaman
f.       Fasilitas perkarangan ( sumber air, kran penyiraman dsb )
g.      Pola hubungan aktifitas anggota keluarga dengan perkaragan.


















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan
Sering kali ternak di masyarakat desahanya dijadikan sebagai klangenan atau hanya sebagai tabungan dan dimanfaatkan ketika hari-hari besar atau ada hajatan tertentu, tidak dijadikan sumber pangan penopang gizi keluarga. Bila hal ini terjadi, tentu tak akan ada lagi   berita-berita kasus kekurangan energi-protein (KEP) atau gizi buruk lainnya yang melanda penduduk di pelosok-pelosok desa kita.
Selanjutnya, pekarangan juga dapat dioptimalkan pemanfaatannya dengan tanaman apotek hidup atau tanaman obat keluarga (toga) yang memudahkan kita memperoleh obat alami. Tanaman obat sekaligus sebagai bumbu dapur sejenis empon-empon, semacam jahe, kencur, lengkuas, kunyit, jugatanamansirih, cabe, kapulaga, dan sebagainya dapat menjadi pilihan. Manfaatnya bukan saja sebagai penghasil obat dan bumbu, melainkan juga akan memberikan  suasana asri dan nilai estetika yang tak ternilai.
Sebenarnya budaya memanfaatkan pekarangan telah lama berakar, terutama pada masyarakat pedesaan. Meskidemikian, perlu digalakkan kembali mengingat kondisi saat ini kurang mendapat perhatian. Menciptakan ketahanan pangan dan  pemenuhan kebutuhan gizi tidak harus dengan biaya tinggi atau menunggu uluran tangan pemeritah dengan birokrasinya yang ruwet.




























BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1.      Pekarangan dapat dimanfaatkan sebagi slah satu penghasil bahan pangan dan gizi bagi keluarga dan dapat menghasilkan pendapatan tambahan bagi keluarga.
2.      Tanaman pohon dapat mengurangi polusi udara sebab mereka tinggal didaerah perkotaan.
3.      Tanaman buah juga berfungsi sebagai sumber gizi bagi kelurga ini bahkan bila produksi berlebih dapat dijual untuk menambah nilai ekonomi.














\














DAFTAR PUSTAKA

Djoen. 2006. Pekarangan, Lumbung Pangan Kita. PenulisLepas.com. Download 27 Mei    2008.
Danoesastro, Haryono : “Tanaman Pekarangan dalam Usaha Meningkatkan Ketahanan      Rakat Pedesaan”. Agro – Ekonomi. Maret 1978.





No comments:

Post a Comment

LAPORAN MAGANG KELAPA SAWIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMULIAAN TANAMAN KELAPA SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) M...