Saturday, September 15, 2018

LAPORAN PENGENALAN KESUBURAN TANAH DI LAPANGAN



ACARA I
PENGENALAN KESUBURAN TANAH
DI LAPANGAN



Nama : Jeky Miharja
Npm : E1J014144
Shift : Kamis 14:00-15:40


LABORATORIUM ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU


BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Kesuburan tanah dapat didefinisikan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara esensial untuk pertumbuhan tanaman tanpa adanya konsentrasi unsur yang beracun. Kesuburan tanah dapat dapat dibedakan menjadi tanah yang subur, tidak subur, tanah terdegradasi atau tanah yang marjinal. Tanah yang subur artinya tanah yang mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan tanaman atau hewan ( mikro atau makro) secara optimal dengan kecukupan unsur hara dan air bagi organisme tersebut. Tanah yang tidak subur seperti tanah padang pasir atau tanah berbatu artinya kemampuan untuk menumbuhkan tanaman atau hewan tidak optimal, sedangkan tanah yang terdegradasi atau tanah yang marjinal artinya tanah yang mengalami erosi maupun abrasi ( termasuk tanah yang terkena gempa, tsunami atau lumpur panas) kurang mampu mendukung pertumbuhan tanaman maupun hewan secara optimal.
Jauh sebelum manusia dapat membuat pupuk buatan atau sering disebut dengan pupuk anorganik atau pupuk kimia, pepohonan di hutan sudah dapat tumbuh dengan baik. Dalam hutan asli seperti itu telah terjadi siklus makanan secara tertutup dan selalu terjadi keseimbangan, pertama unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan pepohonan di hutan  adalah sebagian disuplai dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil pelapukan dari batuan induk menjadi bahan induk dan akhirnya menjadi bahan mineral yang kaya akan unsur hara tergantung dari jenis batuan induk asalnya. Sebagian lagi disupplai dari udara dan air hujan yang juga mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. (Indranada, H, K.   1994)
Ekosistem pertanian dicirikan dengan bahan organik yang berasal dari budidaya tanaman yang terdapat diatas permukaan tanah, biasanya bahan organik yang dikandungnya lebih tipis dan masih mentah atau setengah matang. Karakter tanah pertanian berbeda dengan  tanah untuk perumahan maupun bangunan.  Tanah pertanian pemanfaatannya untuk pertanian, perkebunan, perikanan, tempat penggembalaan ternak (tanah angonan), tanah belukar bekas ladang dan hutan yang menjadi tempat pencaharian bagi yang berhak. Lebih lanjut tanah pertanian dibedakan menjadi tanah sawah dan tanah kering/ darat.
1.2 Tujuan
Untuk mengenalkan kepada mahasiswa morfologi dan dan fisik tanah yang subur, tidak subur, tanah terdegradasi, maupun tanah yang marjinal serta faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya jenis tanah tersebut.
BAB II
BAHAN DAN METODE
3.1 Bahan dana alat
a.       Bahan yang digunakan
Air bebas ion,2 KCL 1 N dan 0.01 N, buffer pH 4 dan 7, Hidroquinon, H2O2 30 % dan 10 %, bahan kimia ( soil testkit), pH stik 5 warna skala 0 sd 14, dan kertas tisu.
b.      Alat yang digunakan
Bor tanah ( mineral dan gambut), klinometer, buku warna munsel, pH meter digital, penetrometer, cincin contoh ( ring sampel), pisau anti karat, parang dan meteran rol dan kayu.
















BAB III
CARA KERJA

1.      Mahasiswa dibawa ke lapangan ( tanah sawah, tanah gundul dan tanah hutan).
2.      Mengamati jenis tanah tersebut dengan mencatat warna tanah, tekstur tanah, kekerasan tanah, kerapatan volume tanah (BV), kemiringan lahan dan kesuburan tanahnya pada lembar pengamatan. Untuk mengamati hal tersebut diatas dapat diamati dengan alat yang telah disediakan seperti pada bahan dan alat.
3.      Masing-masing contoh tanah diambil kira-kira 1 kg unruk diamati warnanya, tekstur tanahnya, BV, dan seresahnya.
4.      Data yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan dimintakkan pengesahan kepada co-ass yang hadir.
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN

      4.1 HASIL
Macam Tanah
Morfologi dan Sifat Tanah
Slope %
Warna Munsel
Tekstur tanah
Kekerasan
( Kg/cm2)
BV
(Ton/M3)
Seresah
(Kg/M2)
Tanah Sawah
20 %
7,5 YR  4/4 browh
Liat berpasir
5,2
1,08
19,1
Tanah Gundul
10 %
5 YR 5/8
Yellowse
liat
6
1,65
24,9
Tanah Hutan
25 %
7,5 YR 3/3 Dark  brown
Liat beredebuh
4, 8
1,13
13,9

4.2  PEMBAHASAN
Tanah Sawah
       Bobot Tanah setelah oven              :      245,6 g
       Jari – jari ring       :             4,25 cm
       Tinggi ring           :             4 cm

       Volume ring   =  
                               =  
                               =       226,865

          BV      =          
                 =  
                 =   1,08

Tanah Gundul
       Bobot Tanah setelah oven              :      376,3 g
       Jari – jariring :       4,25 cm
       Tinggi ring           :             4 cm
       Volume ring   =  
                               =  
                               =       283,385

          BV      =          
                 =  
                 =   1,65

Tanah Hutan
       Bobot Tanah setelah oven :321 g
       Jari – jari ring       :             4,75 cm
       Tinggi ring           :             4 cm

       Volume ring   =  
                               =  
                               =       283,385

          BV      =          
                 =  
                 =   1,13



Kesuburan tanah merupakan faktor vital yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Namun demikian, saat ini petani belum memiliki pedoman khusus untuk mengetahui apakah suatu tanah masih subur atau tidak. Untuk itu dengan beberapa pengujian yang dapat dilakukan pada uraian ini setidaknya dapat menjadi sebuah pedoman sementara untuk mengindikasikan tingkat kesuburan suatu lahan sebelum alat test kesuburan tanah tersebut dapat diadopsi.
Pada pratikum pengenalan kesuburan tanah dilapangan yaitu melakukan pedekatan prakiraan kesuburan tanah terhadap beberapa jenis penggunaan lahan seperti tanah sawah, tanah gundul, dan tanah hutan sehingga mahasiswa dapat mengetahui morfologi dan fisik tanah yang subur, tidak subur, tanah terdegradasi maupun tanaha marginal yang mempengaruhi terjadinya jenis tanah tersebut.
Pada pembahasan ini akan dibahas yaitu :
1)      Tanah sawah
Merupakan salah satu areal pertanian yang dijadikan sebagai ladang persawahan bagi petani. Tanah sawah sangat cocok untuk pertanaman padi yang merupakan makanan pokok warga dunia. Namun pada saat sekarang ini  terjadinya penyempitan areal lahan yang sebagai tempat mata pencaharian oleh sebagian besar petani karena adanya penyalagunaan lahan yang dibuat untuk tempat industri kemudian lambat laun dijadikan sebagai perkotaan. Oleh karena itu dapat menurunkannya produktivitas padi akibat pengaruh dari limbah pabrik industri yang belum adanya tempat pembuangan yang tepat sehingga lahan persawahan biasanya  dijadikan tempat pembuangan tersebut sehingga tanah sawah menjadi tercemar, rusaknya ekosistem sawah sehingga tanah sawah tidak lagi subur, untuk mengembalikannya lagi membutuhkan waktu yang lumayan lama.
2)      Tanah gundul
Merupakan bekas salah satu areal pertanian yang telah rusak akibat pengaruh lingkungan seperti erosi, tidak adanya lagi vegetasi yang hidup karena tidak terpenuhinya makanan didalam tanah oleh jasad renik yang berperan didalamnya. Sehingga tanah tersebut tidak subur. Menipisnya lapisan bagian atas (top soil) sehingga yang tersisa tanah bagian bawahnya (sub soil) yang kurang subur akibat dari tidak adanya perombakan didalam tanah. Tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup baik itu bagi jasad renik maupaun vegetasi yang hidup disekitarnya.
3)      Tanah hutan
tanah yang subur mengandung bahan organik yang bersal dari dedaunan, ranting, pepohonan yang jatuh dan lapuk diatas nya. Sehingga terpenuhinya makanan bagi jasad renik yang berperan merombak bagian dalam tanah sehingga tanh tersebut dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi vegetasi disekitarnya.
Dalam hutan asli seperti itu telah terjadi siklus makanan secara tertutup dan selalu terjadi keseimbangan, pertama unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan pepohonan di hutan  adalah sebagian disuplai dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil pelapukan dari batuan induk menjadi bahan induk dan akhirnya menjadi bahan mineral yang kaya akan unsur hara tergantung dari jenis batuan induk asalnya
Sebagian lagi disupplai dari udara dan air hujan yang juga mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.  Setelah pepohonan itu tumbuh dewasa, dimana ada bagian-bagian pepohonan seperti daun yang menjadi tua dan kering, batang dan ranting yang patah atau pun buah-buah yang menjadi matang jatuh ke tanah atau pun dimakan oleh hewan-hewan yang ada di hutan yang kemudian kotoran hewan tersebut akan jatuh ke tanah dan semuanya akan mengalami pelapukan yang akhirnya akan menjadi bahan organik yang dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan selanjutnya. 
Daun, batang, ranting bahkan buah atau pun bangkai-bangkai hewan  yang ada di hutan kemudian melapuk dalam tanah, sering  kita sebut sebagai humus yang kaya akan unsur hara alami.
4)      Tanah terdegradasi
Tanah terdegradasi sering terjadi karena beberapa faktor diantaranya:
a)      Faktor alami
Areal berlereng curam, tanah mudah rusak,erosi,kebakaran hutan,curah hujan intensif.
b)      Faktor Manusia
Perubahan populasi, marjinalisasi penduduk, kemiskinan penduduk, masalah kepemilikan lahan, ketidakstabilan politik dan kesalahan pengelolaan, kondisi sosial dan ekonomi, deforetasi, dan pengembangan pertanian yang tidak tepat.
c)      Kebakaran hutan disebabkan oleh :
·         Kecerobohan manusia seperti membuang rokok di hutan & lupa mematikan api unggun
·         Suhu yang naik terus menerus
·          Lava gunung berapi
·          Membuka lahan perumahan dengan cara  membakar area hutan

Kebakaran huatan      
Sistem ini pada beberapa daerah marjinal dan tekanan populasi terhadap lahan cukup tinggi, kebutuhan ekonomi makin meningkat mengakibatkan masa bera makin singkat sangat merusak dan menyebabkan degradasi tanah dan lingkungan menyatakan kondisi tanah menentukan lamanya masa bera.



BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tanah yang subur adalah tanah yang mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman, mengandung bahan organik, pH netral, mampu mengikat air, tekstur remah. Sehingga dapat menumbukan tanaman secara optimal tanpa adanya unsur yang beracun didalamnya.
Tanaha hutan merupakan salah satu contoh tanah subur karena banyak mengandung BO yang berasal dari dedaunan, ranting, atau pepohonan yang jatuh dan lapuk diatas nya sehingga mampu menyediakan makan bagi jasad renik yang hidup didalanya.

5.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa dapat membedakan mana tanah yang subur, tidak subur, maupun tanah terdegradasi atau marginal yang tepat untuk pertumbuhan tanaman dari setelah melakukan pratikum ini yaitu pengenalan kesuburan tanah dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012 Penuntun Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan . Fakultas   Pertanian Universitas Bengkulu: Bengkulu.
Indranada, H, K.   1994.  Pengelolaan Kesuburan Tanah.  Bumi Aksara. Jakarta.
Seto Kusuma Ananto. 1987. Konservasi Sumber Daya Tanah Dan Air. Jakarta : Kalam Mulia..
Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung: Lampung.
Suhardi. 1997. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Laboratorium Ilmu Tanah Faperta UNIB. Bengkulu.
Titiek, Klami, dkk. Hubungan Tanah, Air Dan Tanaman . Ikip semarang Press: Semarang.


ACARA I
PENGENALAN KESUBURAN TANAH
DI LAPANGAN


Nama : Jeky Miharja
Npm : E1J014144
Shift : Kamis 14:00-15:40


LABORATORIUM ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU


BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Kesuburan tanah dapat didefinisikan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara esensial untuk pertumbuhan tanaman tanpa adanya konsentrasi unsur yang beracun. Kesuburan tanah dapat dapat dibedakan menjadi tanah yang subur, tidak subur, tanah terdegradasi atau tanah yang marjinal. Tanah yang subur artinya tanah yang mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan tanaman atau hewan ( mikro atau makro) secara optimal dengan kecukupan unsur hara dan air bagi organisme tersebut. Tanah yang tidak subur seperti tanah padang pasir atau tanah berbatu artinya kemampuan untuk menumbuhkan tanaman atau hewan tidak optimal, sedangkan tanah yang terdegradasi atau tanah yang marjinal artinya tanah yang mengalami erosi maupun abrasi ( termasuk tanah yang terkena gempa, tsunami atau lumpur panas) kurang mampu mendukung pertumbuhan tanaman maupun hewan secara optimal.
Jauh sebelum manusia dapat membuat pupuk buatan atau sering disebut dengan pupuk anorganik atau pupuk kimia, pepohonan di hutan sudah dapat tumbuh dengan baik. Dalam hutan asli seperti itu telah terjadi siklus makanan secara tertutup dan selalu terjadi keseimbangan, pertama unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan pepohonan di hutan  adalah sebagian disuplai dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil pelapukan dari batuan induk menjadi bahan induk dan akhirnya menjadi bahan mineral yang kaya akan unsur hara tergantung dari jenis batuan induk asalnya. Sebagian lagi disupplai dari udara dan air hujan yang juga mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. (Indranada, H, K.   1994)
Ekosistem pertanian dicirikan dengan bahan organik yang berasal dari budidaya tanaman yang terdapat diatas permukaan tanah, biasanya bahan organik yang dikandungnya lebih tipis dan masih mentah atau setengah matang. Karakter tanah pertanian berbeda dengan  tanah untuk perumahan maupun bangunan.  Tanah pertanian pemanfaatannya untuk pertanian, perkebunan, perikanan, tempat penggembalaan ternak (tanah angonan), tanah belukar bekas ladang dan hutan yang menjadi tempat pencaharian bagi yang berhak. Lebih lanjut tanah pertanian dibedakan menjadi tanah sawah dan tanah kering/ darat.
1.2 Tujuan
Untuk mengenalkan kepada mahasiswa morfologi dan dan fisik tanah yang subur, tidak subur, tanah terdegradasi, maupun tanah yang marjinal serta faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya jenis tanah tersebut.
BAB II
BAHAN DAN METODE
3.1 Bahan dana alat
a.       Bahan yang digunakan
Air bebas ion,2 KCL 1 N dan 0.01 N, buffer pH 4 dan 7, Hidroquinon, H2O2 30 % dan 10 %, bahan kimia ( soil testkit), pH stik 5 warna skala 0 sd 14, dan kertas tisu.
b.      Alat yang digunakan
Bor tanah ( mineral dan gambut), klinometer, buku warna munsel, pH meter digital, penetrometer, cincin contoh ( ring sampel), pisau anti karat, parang dan meteran rol dan kayu.
















BAB III
CARA KERJA

1.      Mahasiswa dibawa ke lapangan ( tanah sawah, tanah gundul dan tanah hutan).
2.      Mengamati jenis tanah tersebut dengan mencatat warna tanah, tekstur tanah, kekerasan tanah, kerapatan volume tanah (BV), kemiringan lahan dan kesuburan tanahnya pada lembar pengamatan. Untuk mengamati hal tersebut diatas dapat diamati dengan alat yang telah disediakan seperti pada bahan dan alat.
3.      Masing-masing contoh tanah diambil kira-kira 1 kg unruk diamati warnanya, tekstur tanahnya, BV, dan seresahnya.
4.      Data yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan dimintakkan pengesahan kepada co-ass yang hadir.
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN

      4.1 HASIL
Macam Tanah
Morfologi dan Sifat Tanah
Slope %
Warna Munsel
Tekstur tanah
Kekerasan
( Kg/cm2)
BV
(Ton/M3)
Seresah
(Kg/M2)
Tanah Sawah
20 %
7,5 YR  4/4 browh
Liat berpasir
5,2
1,08
19,1
Tanah Gundul
10 %
5 YR 5/8
Yellowse
liat
6
1,65
24,9
Tanah Hutan
25 %
7,5 YR 3/3 Dark  brown
Liat beredebuh
4, 8
1,13
13,9

4.2  PEMBAHASAN
Tanah Sawah
       Bobot Tanah setelah oven              :      245,6 g
       Jari – jari ring       :             4,25 cm
       Tinggi ring           :             4 cm

       Volume ring   =  
                               =  
                               =       226,865

          BV      =          
                 =  
                 =   1,08

Tanah Gundul
       Bobot Tanah setelah oven              :      376,3 g
       Jari – jariring :       4,25 cm
       Tinggi ring           :             4 cm
       Volume ring   =  
                               =  
                               =       283,385

          BV      =          
                 =  
                 =   1,65

Tanah Hutan
       Bobot Tanah setelah oven :321 g
       Jari – jari ring       :             4,75 cm
       Tinggi ring           :             4 cm

       Volume ring   =  
                               =  
                               =       283,385

          BV      =          
                 =  
                 =   1,13



Kesuburan tanah merupakan faktor vital yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Namun demikian, saat ini petani belum memiliki pedoman khusus untuk mengetahui apakah suatu tanah masih subur atau tidak. Untuk itu dengan beberapa pengujian yang dapat dilakukan pada uraian ini setidaknya dapat menjadi sebuah pedoman sementara untuk mengindikasikan tingkat kesuburan suatu lahan sebelum alat test kesuburan tanah tersebut dapat diadopsi.
Pada pratikum pengenalan kesuburan tanah dilapangan yaitu melakukan pedekatan prakiraan kesuburan tanah terhadap beberapa jenis penggunaan lahan seperti tanah sawah, tanah gundul, dan tanah hutan sehingga mahasiswa dapat mengetahui morfologi dan fisik tanah yang subur, tidak subur, tanah terdegradasi maupun tanaha marginal yang mempengaruhi terjadinya jenis tanah tersebut.
Pada pembahasan ini akan dibahas yaitu :
1)      Tanah sawah
Merupakan salah satu areal pertanian yang dijadikan sebagai ladang persawahan bagi petani. Tanah sawah sangat cocok untuk pertanaman padi yang merupakan makanan pokok warga dunia. Namun pada saat sekarang ini  terjadinya penyempitan areal lahan yang sebagai tempat mata pencaharian oleh sebagian besar petani karena adanya penyalagunaan lahan yang dibuat untuk tempat industri kemudian lambat laun dijadikan sebagai perkotaan. Oleh karena itu dapat menurunkannya produktivitas padi akibat pengaruh dari limbah pabrik industri yang belum adanya tempat pembuangan yang tepat sehingga lahan persawahan biasanya  dijadikan tempat pembuangan tersebut sehingga tanah sawah menjadi tercemar, rusaknya ekosistem sawah sehingga tanah sawah tidak lagi subur, untuk mengembalikannya lagi membutuhkan waktu yang lumayan lama.
2)      Tanah gundul
Merupakan bekas salah satu areal pertanian yang telah rusak akibat pengaruh lingkungan seperti erosi, tidak adanya lagi vegetasi yang hidup karena tidak terpenuhinya makanan didalam tanah oleh jasad renik yang berperan didalamnya. Sehingga tanah tersebut tidak subur. Menipisnya lapisan bagian atas (top soil) sehingga yang tersisa tanah bagian bawahnya (sub soil) yang kurang subur akibat dari tidak adanya perombakan didalam tanah. Tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup baik itu bagi jasad renik maupaun vegetasi yang hidup disekitarnya.
3)      Tanah hutan
tanah yang subur mengandung bahan organik yang bersal dari dedaunan, ranting, pepohonan yang jatuh dan lapuk diatas nya. Sehingga terpenuhinya makanan bagi jasad renik yang berperan merombak bagian dalam tanah sehingga tanh tersebut dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi vegetasi disekitarnya.
Dalam hutan asli seperti itu telah terjadi siklus makanan secara tertutup dan selalu terjadi keseimbangan, pertama unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan pepohonan di hutan  adalah sebagian disuplai dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil pelapukan dari batuan induk menjadi bahan induk dan akhirnya menjadi bahan mineral yang kaya akan unsur hara tergantung dari jenis batuan induk asalnya
Sebagian lagi disupplai dari udara dan air hujan yang juga mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.  Setelah pepohonan itu tumbuh dewasa, dimana ada bagian-bagian pepohonan seperti daun yang menjadi tua dan kering, batang dan ranting yang patah atau pun buah-buah yang menjadi matang jatuh ke tanah atau pun dimakan oleh hewan-hewan yang ada di hutan yang kemudian kotoran hewan tersebut akan jatuh ke tanah dan semuanya akan mengalami pelapukan yang akhirnya akan menjadi bahan organik yang dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan selanjutnya. 
Daun, batang, ranting bahkan buah atau pun bangkai-bangkai hewan  yang ada di hutan kemudian melapuk dalam tanah, sering  kita sebut sebagai humus yang kaya akan unsur hara alami.
4)      Tanah terdegradasi
Tanah terdegradasi sering terjadi karena beberapa faktor diantaranya:
a)      Faktor alami
Areal berlereng curam, tanah mudah rusak,erosi,kebakaran hutan,curah hujan intensif.
b)      Faktor Manusia
Perubahan populasi, marjinalisasi penduduk, kemiskinan penduduk, masalah kepemilikan lahan, ketidakstabilan politik dan kesalahan pengelolaan, kondisi sosial dan ekonomi, deforetasi, dan pengembangan pertanian yang tidak tepat.
c)      Kebakaran hutan disebabkan oleh :
·         Kecerobohan manusia seperti membuang rokok di hutan & lupa mematikan api unggun
·         Suhu yang naik terus menerus
·          Lava gunung berapi
·          Membuka lahan perumahan dengan cara  membakar area hutan

Kebakaran huatan      
Sistem ini pada beberapa daerah marjinal dan tekanan populasi terhadap lahan cukup tinggi, kebutuhan ekonomi makin meningkat mengakibatkan masa bera makin singkat sangat merusak dan menyebabkan degradasi tanah dan lingkungan menyatakan kondisi tanah menentukan lamanya masa bera.



BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tanah yang subur adalah tanah yang mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman, mengandung bahan organik, pH netral, mampu mengikat air, tekstur remah. Sehingga dapat menumbukan tanaman secara optimal tanpa adanya unsur yang beracun didalamnya.
Tanaha hutan merupakan salah satu contoh tanah subur karena banyak mengandung BO yang berasal dari dedaunan, ranting, atau pepohonan yang jatuh dan lapuk diatas nya sehingga mampu menyediakan makan bagi jasad renik yang hidup didalanya.

5.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa dapat membedakan mana tanah yang subur, tidak subur, maupun tanah terdegradasi atau marginal yang tepat untuk pertumbuhan tanaman dari setelah melakukan pratikum ini yaitu pengenalan kesuburan tanah dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012 Penuntun Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan . Fakultas   Pertanian Universitas Bengkulu: Bengkulu.
Indranada, H, K.   1994.  Pengelolaan Kesuburan Tanah.  Bumi Aksara. Jakarta.
Seto Kusuma Ananto. 1987. Konservasi Sumber Daya Tanah Dan Air. Jakarta : Kalam Mulia..
Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung: Lampung.
Suhardi. 1997. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Laboratorium Ilmu Tanah Faperta UNIB. Bengkulu.
Titiek, Klami, dkk. Hubungan Tanah, Air Dan Tanaman . Ikip semarang Press: Semarang.


No comments:

Post a Comment

LAPORAN MAGANG KELAPA SAWIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMULIAAN TANAMAN KELAPA SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) M...