ACARA I
PENGENALAN
KESUBURAN TANAH
DI LAPANGAN
Nama
: Jeky Miharja
Npm
: E1J014144
Shift
: Kamis 14:00-15:40
LABORATORIUM ILMU
TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
BAB
I
PENDAHULUAN
I.I
Latar Belakang
Kesuburan
tanah dapat didefinisikan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara esensial
untuk pertumbuhan tanaman tanpa adanya konsentrasi unsur yang beracun.
Kesuburan tanah dapat dapat dibedakan menjadi tanah yang subur, tidak subur,
tanah terdegradasi atau tanah yang marjinal. Tanah yang subur artinya tanah
yang mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan tanaman atau hewan ( mikro atau
makro) secara optimal dengan kecukupan unsur hara dan air bagi organisme
tersebut. Tanah yang tidak subur seperti tanah padang pasir atau tanah berbatu
artinya kemampuan untuk menumbuhkan tanaman atau hewan tidak optimal, sedangkan
tanah yang terdegradasi atau tanah yang marjinal artinya tanah yang mengalami
erosi maupun abrasi ( termasuk tanah yang terkena gempa, tsunami atau lumpur
panas) kurang mampu mendukung pertumbuhan tanaman maupun hewan secara optimal.
Jauh sebelum manusia dapat membuat pupuk buatan
atau sering disebut dengan pupuk anorganik atau pupuk kimia, pepohonan di hutan
sudah dapat tumbuh dengan baik. Dalam hutan asli seperti itu telah terjadi
siklus makanan secara tertutup dan selalu terjadi keseimbangan, pertama
unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan pepohonan di hutan
adalah sebagian disuplai dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil
pelapukan dari batuan induk menjadi bahan induk dan akhirnya menjadi bahan
mineral yang kaya akan unsur hara tergantung dari jenis batuan induk asalnya.
Sebagian lagi disupplai dari udara dan air hujan yang juga mengandung unsur
hara yang diperlukan oleh tanaman. (Indranada, H, K. 1994)
Ekosistem pertanian
dicirikan dengan bahan organik yang berasal dari budidaya tanaman yang terdapat
diatas permukaan tanah, biasanya bahan organik yang dikandungnya lebih tipis
dan masih mentah atau setengah matang. Karakter tanah pertanian berbeda dengan
tanah untuk perumahan maupun bangunan. Tanah pertanian pemanfaatannya
untuk pertanian, perkebunan, perikanan, tempat penggembalaan ternak (tanah
angonan), tanah belukar bekas ladang dan hutan yang menjadi tempat pencaharian
bagi yang berhak. Lebih lanjut tanah pertanian dibedakan menjadi tanah sawah
dan tanah kering/ darat.
1.2
Tujuan
Untuk
mengenalkan kepada mahasiswa morfologi dan dan fisik tanah yang subur, tidak
subur, tanah terdegradasi, maupun tanah yang marjinal serta faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya jenis tanah tersebut.
BAB
II
BAHAN
DAN METODE
3.1
Bahan dana alat
a.
Bahan yang digunakan
Air
bebas ion,2 KCL 1 N dan 0.01 N, buffer pH 4 dan 7, Hidroquinon, H2O2 30 % dan
10 %, bahan kimia ( soil testkit), pH stik 5 warna skala 0 sd 14, dan kertas
tisu.
b.
Alat yang digunakan
Bor
tanah ( mineral dan gambut), klinometer, buku warna munsel, pH meter digital,
penetrometer, cincin contoh ( ring sampel), pisau anti karat, parang dan
meteran rol dan kayu.
BAB
III
CARA
KERJA
1.
Mahasiswa dibawa ke lapangan ( tanah
sawah, tanah gundul dan tanah hutan).
2.
Mengamati jenis tanah tersebut dengan mencatat
warna tanah, tekstur tanah, kekerasan tanah, kerapatan volume tanah (BV),
kemiringan lahan dan kesuburan tanahnya pada lembar pengamatan. Untuk mengamati
hal tersebut diatas dapat diamati dengan alat yang telah disediakan seperti
pada bahan dan alat.
3.
Masing-masing contoh tanah diambil
kira-kira 1 kg unruk diamati warnanya, tekstur tanahnya, BV, dan seresahnya.
4.
Data yang diperoleh dari hasil
pengamatan lapangan dimintakkan pengesahan kepada co-ass yang hadir.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHSAN
4.1 HASIL
|
Macam
Tanah
|
Morfologi
dan Sifat Tanah
|
|||||
|
Slope
%
|
Warna
Munsel
|
Tekstur
tanah
|
Kekerasan
(
Kg/cm2)
|
BV
(Ton/M3)
|
Seresah
(Kg/M2)
|
|
|
Tanah Sawah
|
20 %
|
7,5 YR 4/4 browh
|
Liat berpasir
|
5,2
|
1,08
|
19,1
|
|
Tanah Gundul
|
10 %
|
5 YR 5/8
Yellowse
|
liat
|
6
|
1,65
|
24,9
|
|
Tanah Hutan
|
25 %
|
7,5 YR 3/3 Dark brown
|
Liat beredebuh
|
4, 8
|
1,13
|
13,9
|
4.2 PEMBAHASAN
|
Tanah Sawah
Bobot
Tanah setelah oven : 245,6 g
Jari –
jari ring : 4,25 cm
Tinggi
ring : 4 cm
Volume
ring =
=
= 226,865
BV =
=
= 1,08
|
Tanah Gundul
Bobot
Tanah setelah oven : 376,3 g
Jari –
jariring : 4,25 cm
Tinggi
ring : 4 cm
Volume
ring =
=
= 283,385
BV =
=
= 1,65
|
Tanah Hutan
Bobot
Tanah setelah oven :321 g
Jari –
jari ring : 4,75 cm
Tinggi
ring : 4 cm
Volume
ring =
=
= 283,385
BV =
=
= 1,13
|
Kesuburan
tanah merupakan faktor vital yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Namun demikian, saat ini petani belum memiliki pedoman khusus
untuk mengetahui apakah suatu tanah masih subur atau tidak. Untuk itu dengan
beberapa pengujian yang dapat dilakukan pada uraian ini setidaknya dapat
menjadi sebuah pedoman sementara untuk mengindikasikan tingkat kesuburan suatu
lahan sebelum alat test kesuburan tanah tersebut dapat diadopsi.
Pada
pratikum pengenalan kesuburan tanah dilapangan yaitu melakukan pedekatan
prakiraan kesuburan tanah terhadap beberapa jenis penggunaan lahan seperti
tanah sawah, tanah gundul, dan tanah hutan sehingga mahasiswa dapat mengetahui
morfologi dan fisik tanah yang subur, tidak subur, tanah terdegradasi maupun
tanaha marginal yang mempengaruhi terjadinya jenis tanah tersebut.
Pada
pembahasan ini akan dibahas yaitu :
1)
Tanah sawah
Merupakan
salah satu areal pertanian yang dijadikan sebagai ladang persawahan bagi
petani. Tanah sawah sangat cocok untuk pertanaman padi yang merupakan makanan
pokok warga dunia. Namun pada saat sekarang ini
terjadinya penyempitan areal lahan yang sebagai tempat mata pencaharian
oleh sebagian besar petani karena adanya penyalagunaan lahan yang dibuat untuk
tempat industri kemudian lambat laun dijadikan sebagai perkotaan. Oleh karena
itu dapat menurunkannya produktivitas padi akibat pengaruh dari limbah pabrik
industri yang belum adanya tempat pembuangan yang tepat sehingga lahan
persawahan biasanya dijadikan tempat
pembuangan tersebut sehingga tanah sawah menjadi tercemar, rusaknya ekosistem
sawah sehingga tanah sawah tidak lagi subur, untuk mengembalikannya lagi
membutuhkan waktu yang lumayan lama.
2)
Tanah gundul
Merupakan
bekas salah satu areal pertanian yang telah rusak akibat pengaruh lingkungan
seperti erosi, tidak adanya lagi vegetasi yang hidup karena tidak terpenuhinya
makanan didalam tanah oleh jasad renik yang berperan didalamnya. Sehingga tanah
tersebut tidak subur. Menipisnya lapisan bagian atas (top soil) sehingga yang
tersisa tanah bagian bawahnya (sub soil) yang kurang subur akibat dari tidak
adanya perombakan didalam tanah. Tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang
cukup baik itu bagi jasad renik maupaun vegetasi yang hidup disekitarnya.
3)
Tanah hutan
tanah
yang subur mengandung bahan organik yang bersal dari dedaunan, ranting,
pepohonan yang jatuh dan lapuk diatas nya. Sehingga terpenuhinya makanan bagi
jasad renik yang berperan merombak bagian dalam tanah sehingga tanh tersebut
dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi vegetasi disekitarnya.
Dalam hutan asli seperti itu telah terjadi
siklus makanan secara tertutup dan selalu terjadi keseimbangan, pertama
unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan pepohonan di hutan
adalah sebagian disuplai dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil
pelapukan dari batuan induk menjadi bahan induk dan akhirnya menjadi bahan
mineral yang kaya akan unsur hara tergantung dari jenis batuan induk asalnya
Sebagian lagi disupplai dari udara dan air hujan
yang juga mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Setelah
pepohonan itu tumbuh dewasa, dimana ada bagian-bagian pepohonan seperti daun
yang menjadi tua dan kering, batang dan ranting yang patah atau pun buah-buah
yang menjadi matang jatuh ke tanah atau pun dimakan oleh hewan-hewan yang ada
di hutan yang kemudian kotoran hewan tersebut akan jatuh ke tanah dan semuanya
akan mengalami pelapukan yang akhirnya akan menjadi bahan organik yang dapat
menyediakan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan selanjutnya.
Daun, batang, ranting bahkan buah atau pun
bangkai-bangkai hewan yang ada di hutan kemudian melapuk dalam tanah,
sering kita sebut sebagai humus yang kaya akan unsur hara alami.
4)
Tanah terdegradasi
Tanah terdegradasi sering terjadi karena
beberapa faktor diantaranya:
a)
Faktor alami
Areal berlereng
curam, tanah mudah rusak,erosi,kebakaran hutan,curah hujan intensif.
b)
Faktor Manusia
Perubahan populasi, marjinalisasi penduduk, kemiskinan penduduk,
masalah kepemilikan lahan, ketidakstabilan politik dan kesalahan pengelolaan,
kondisi sosial dan ekonomi, deforetasi, dan pengembangan pertanian yang tidak
tepat.
c)
Kebakaran hutan disebabkan oleh :
·
Kecerobohan manusia seperti membuang rokok di hutan &
lupa mematikan api unggun
·
Suhu yang naik terus menerus
·
Lava gunung berapi
·
Membuka lahan perumahan dengan
cara membakar area hutan
Kebakaran
huatan
Sistem ini pada beberapa daerah marjinal dan tekanan populasi terhadap
lahan cukup tinggi, kebutuhan ekonomi makin meningkat mengakibatkan masa bera
makin singkat sangat merusak dan menyebabkan degradasi tanah dan lingkungan
menyatakan kondisi tanah menentukan lamanya masa bera.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Tanah
yang subur adalah tanah yang mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman,
mengandung bahan organik, pH netral, mampu mengikat air, tekstur remah.
Sehingga dapat menumbukan tanaman secara optimal tanpa adanya unsur yang
beracun didalamnya.
Tanaha
hutan merupakan salah satu contoh tanah subur karena banyak mengandung BO yang
berasal dari dedaunan, ranting, atau pepohonan yang jatuh dan lapuk diatas nya
sehingga mampu menyediakan makan bagi jasad renik yang hidup didalanya.
5.2
Saran
Sebaiknya
mahasiswa dapat membedakan mana tanah yang subur, tidak subur, maupun tanah
terdegradasi atau marginal yang tepat untuk pertumbuhan tanaman dari setelah
melakukan pratikum ini yaitu pengenalan kesuburan tanah dilapangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2012 Penuntun
Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan . Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu: Bengkulu.
Indranada, H, K. 1994. Pengelolaan Kesuburan
Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
Seto Kusuma Ananto. 1987.
Konservasi Sumber Daya Tanah Dan Air. Jakarta : Kalam Mulia..
Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung: Lampung.
Suhardi. 1997. Dasar-dasar
Ilmu Tanah. Laboratorium Ilmu Tanah Faperta UNIB. Bengkulu.
Titiek, Klami, dkk.
Hubungan Tanah, Air Dan Tanaman . Ikip semarang Press: Semarang.
ACARA I
PENGENALAN
KESUBURAN TANAH
DI LAPANGAN
Nama
: Jeky Miharja
Npm
: E1J014144
Shift
: Kamis 14:00-15:40
LABORATORIUM ILMU
TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
BAB
I
PENDAHULUAN
I.I
Latar Belakang
Kesuburan
tanah dapat didefinisikan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara esensial
untuk pertumbuhan tanaman tanpa adanya konsentrasi unsur yang beracun.
Kesuburan tanah dapat dapat dibedakan menjadi tanah yang subur, tidak subur,
tanah terdegradasi atau tanah yang marjinal. Tanah yang subur artinya tanah
yang mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan tanaman atau hewan ( mikro atau
makro) secara optimal dengan kecukupan unsur hara dan air bagi organisme
tersebut. Tanah yang tidak subur seperti tanah padang pasir atau tanah berbatu
artinya kemampuan untuk menumbuhkan tanaman atau hewan tidak optimal, sedangkan
tanah yang terdegradasi atau tanah yang marjinal artinya tanah yang mengalami
erosi maupun abrasi ( termasuk tanah yang terkena gempa, tsunami atau lumpur
panas) kurang mampu mendukung pertumbuhan tanaman maupun hewan secara optimal.
Jauh sebelum manusia dapat membuat pupuk buatan
atau sering disebut dengan pupuk anorganik atau pupuk kimia, pepohonan di hutan
sudah dapat tumbuh dengan baik. Dalam hutan asli seperti itu telah terjadi
siklus makanan secara tertutup dan selalu terjadi keseimbangan, pertama
unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan pepohonan di hutan
adalah sebagian disuplai dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil
pelapukan dari batuan induk menjadi bahan induk dan akhirnya menjadi bahan
mineral yang kaya akan unsur hara tergantung dari jenis batuan induk asalnya.
Sebagian lagi disupplai dari udara dan air hujan yang juga mengandung unsur
hara yang diperlukan oleh tanaman. (Indranada, H, K. 1994)
Ekosistem pertanian
dicirikan dengan bahan organik yang berasal dari budidaya tanaman yang terdapat
diatas permukaan tanah, biasanya bahan organik yang dikandungnya lebih tipis
dan masih mentah atau setengah matang. Karakter tanah pertanian berbeda dengan
tanah untuk perumahan maupun bangunan. Tanah pertanian pemanfaatannya
untuk pertanian, perkebunan, perikanan, tempat penggembalaan ternak (tanah
angonan), tanah belukar bekas ladang dan hutan yang menjadi tempat pencaharian
bagi yang berhak. Lebih lanjut tanah pertanian dibedakan menjadi tanah sawah
dan tanah kering/ darat.
1.2
Tujuan
Untuk
mengenalkan kepada mahasiswa morfologi dan dan fisik tanah yang subur, tidak
subur, tanah terdegradasi, maupun tanah yang marjinal serta faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya jenis tanah tersebut.
BAB
II
BAHAN
DAN METODE
3.1
Bahan dana alat
a.
Bahan yang digunakan
Air
bebas ion,2 KCL 1 N dan 0.01 N, buffer pH 4 dan 7, Hidroquinon, H2O2 30 % dan
10 %, bahan kimia ( soil testkit), pH stik 5 warna skala 0 sd 14, dan kertas
tisu.
b.
Alat yang digunakan
Bor
tanah ( mineral dan gambut), klinometer, buku warna munsel, pH meter digital,
penetrometer, cincin contoh ( ring sampel), pisau anti karat, parang dan
meteran rol dan kayu.
BAB
III
CARA
KERJA
1.
Mahasiswa dibawa ke lapangan ( tanah
sawah, tanah gundul dan tanah hutan).
2.
Mengamati jenis tanah tersebut dengan mencatat
warna tanah, tekstur tanah, kekerasan tanah, kerapatan volume tanah (BV),
kemiringan lahan dan kesuburan tanahnya pada lembar pengamatan. Untuk mengamati
hal tersebut diatas dapat diamati dengan alat yang telah disediakan seperti
pada bahan dan alat.
3.
Masing-masing contoh tanah diambil
kira-kira 1 kg unruk diamati warnanya, tekstur tanahnya, BV, dan seresahnya.
4.
Data yang diperoleh dari hasil
pengamatan lapangan dimintakkan pengesahan kepada co-ass yang hadir.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHSAN
4.1 HASIL
|
Macam
Tanah
|
Morfologi
dan Sifat Tanah
|
|||||
|
Slope
%
|
Warna
Munsel
|
Tekstur
tanah
|
Kekerasan
(
Kg/cm2)
|
BV
(Ton/M3)
|
Seresah
(Kg/M2)
|
|
|
Tanah Sawah
|
20 %
|
7,5 YR 4/4 browh
|
Liat berpasir
|
5,2
|
1,08
|
19,1
|
|
Tanah Gundul
|
10 %
|
5 YR 5/8
Yellowse
|
liat
|
6
|
1,65
|
24,9
|
|
Tanah Hutan
|
25 %
|
7,5 YR 3/3 Dark brown
|
Liat beredebuh
|
4, 8
|
1,13
|
13,9
|
4.2 PEMBAHASAN
|
Tanah Sawah
Bobot
Tanah setelah oven : 245,6 g
Jari –
jari ring : 4,25 cm
Tinggi
ring : 4 cm
Volume
ring =
=
= 226,865
BV =
=
= 1,08
|
Tanah Gundul
Bobot
Tanah setelah oven : 376,3 g
Jari –
jariring : 4,25 cm
Tinggi
ring : 4 cm
Volume
ring =
=
= 283,385
BV =
=
= 1,65
|
Tanah Hutan
Bobot
Tanah setelah oven :321 g
Jari –
jari ring : 4,75 cm
Tinggi
ring : 4 cm
Volume
ring =
=
= 283,385
BV =
=
= 1,13
|
Kesuburan
tanah merupakan faktor vital yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Namun demikian, saat ini petani belum memiliki pedoman khusus
untuk mengetahui apakah suatu tanah masih subur atau tidak. Untuk itu dengan
beberapa pengujian yang dapat dilakukan pada uraian ini setidaknya dapat
menjadi sebuah pedoman sementara untuk mengindikasikan tingkat kesuburan suatu
lahan sebelum alat test kesuburan tanah tersebut dapat diadopsi.
Pada
pratikum pengenalan kesuburan tanah dilapangan yaitu melakukan pedekatan
prakiraan kesuburan tanah terhadap beberapa jenis penggunaan lahan seperti
tanah sawah, tanah gundul, dan tanah hutan sehingga mahasiswa dapat mengetahui
morfologi dan fisik tanah yang subur, tidak subur, tanah terdegradasi maupun
tanaha marginal yang mempengaruhi terjadinya jenis tanah tersebut.
Pada
pembahasan ini akan dibahas yaitu :
1)
Tanah sawah
Merupakan
salah satu areal pertanian yang dijadikan sebagai ladang persawahan bagi
petani. Tanah sawah sangat cocok untuk pertanaman padi yang merupakan makanan
pokok warga dunia. Namun pada saat sekarang ini
terjadinya penyempitan areal lahan yang sebagai tempat mata pencaharian
oleh sebagian besar petani karena adanya penyalagunaan lahan yang dibuat untuk
tempat industri kemudian lambat laun dijadikan sebagai perkotaan. Oleh karena
itu dapat menurunkannya produktivitas padi akibat pengaruh dari limbah pabrik
industri yang belum adanya tempat pembuangan yang tepat sehingga lahan
persawahan biasanya dijadikan tempat
pembuangan tersebut sehingga tanah sawah menjadi tercemar, rusaknya ekosistem
sawah sehingga tanah sawah tidak lagi subur, untuk mengembalikannya lagi
membutuhkan waktu yang lumayan lama.
2)
Tanah gundul
Merupakan
bekas salah satu areal pertanian yang telah rusak akibat pengaruh lingkungan
seperti erosi, tidak adanya lagi vegetasi yang hidup karena tidak terpenuhinya
makanan didalam tanah oleh jasad renik yang berperan didalamnya. Sehingga tanah
tersebut tidak subur. Menipisnya lapisan bagian atas (top soil) sehingga yang
tersisa tanah bagian bawahnya (sub soil) yang kurang subur akibat dari tidak
adanya perombakan didalam tanah. Tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang
cukup baik itu bagi jasad renik maupaun vegetasi yang hidup disekitarnya.
3)
Tanah hutan
tanah
yang subur mengandung bahan organik yang bersal dari dedaunan, ranting,
pepohonan yang jatuh dan lapuk diatas nya. Sehingga terpenuhinya makanan bagi
jasad renik yang berperan merombak bagian dalam tanah sehingga tanh tersebut
dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi vegetasi disekitarnya.
Dalam hutan asli seperti itu telah terjadi
siklus makanan secara tertutup dan selalu terjadi keseimbangan, pertama
unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan pepohonan di hutan
adalah sebagian disuplai dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil
pelapukan dari batuan induk menjadi bahan induk dan akhirnya menjadi bahan
mineral yang kaya akan unsur hara tergantung dari jenis batuan induk asalnya
Sebagian lagi disupplai dari udara dan air hujan
yang juga mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Setelah
pepohonan itu tumbuh dewasa, dimana ada bagian-bagian pepohonan seperti daun
yang menjadi tua dan kering, batang dan ranting yang patah atau pun buah-buah
yang menjadi matang jatuh ke tanah atau pun dimakan oleh hewan-hewan yang ada
di hutan yang kemudian kotoran hewan tersebut akan jatuh ke tanah dan semuanya
akan mengalami pelapukan yang akhirnya akan menjadi bahan organik yang dapat
menyediakan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan selanjutnya.
Daun, batang, ranting bahkan buah atau pun
bangkai-bangkai hewan yang ada di hutan kemudian melapuk dalam tanah,
sering kita sebut sebagai humus yang kaya akan unsur hara alami.
4)
Tanah terdegradasi
Tanah terdegradasi sering terjadi karena
beberapa faktor diantaranya:
a)
Faktor alami
Areal berlereng
curam, tanah mudah rusak,erosi,kebakaran hutan,curah hujan intensif.
b)
Faktor Manusia
Perubahan populasi, marjinalisasi penduduk, kemiskinan penduduk,
masalah kepemilikan lahan, ketidakstabilan politik dan kesalahan pengelolaan,
kondisi sosial dan ekonomi, deforetasi, dan pengembangan pertanian yang tidak
tepat.
c)
Kebakaran hutan disebabkan oleh :
·
Kecerobohan manusia seperti membuang rokok di hutan &
lupa mematikan api unggun
·
Suhu yang naik terus menerus
·
Lava gunung berapi
·
Membuka lahan perumahan dengan
cara membakar area hutan
Kebakaran
huatan
Sistem ini pada beberapa daerah marjinal dan tekanan populasi terhadap
lahan cukup tinggi, kebutuhan ekonomi makin meningkat mengakibatkan masa bera
makin singkat sangat merusak dan menyebabkan degradasi tanah dan lingkungan
menyatakan kondisi tanah menentukan lamanya masa bera.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Tanah
yang subur adalah tanah yang mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman,
mengandung bahan organik, pH netral, mampu mengikat air, tekstur remah.
Sehingga dapat menumbukan tanaman secara optimal tanpa adanya unsur yang
beracun didalamnya.
Tanaha
hutan merupakan salah satu contoh tanah subur karena banyak mengandung BO yang
berasal dari dedaunan, ranting, atau pepohonan yang jatuh dan lapuk diatas nya
sehingga mampu menyediakan makan bagi jasad renik yang hidup didalanya.
5.2
Saran
Sebaiknya
mahasiswa dapat membedakan mana tanah yang subur, tidak subur, maupun tanah
terdegradasi atau marginal yang tepat untuk pertumbuhan tanaman dari setelah
melakukan pratikum ini yaitu pengenalan kesuburan tanah dilapangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2012 Penuntun
Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan . Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu: Bengkulu.
Indranada, H, K. 1994. Pengelolaan Kesuburan
Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
Seto Kusuma Ananto. 1987.
Konservasi Sumber Daya Tanah Dan Air. Jakarta : Kalam Mulia..
Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung: Lampung.
Suhardi. 1997. Dasar-dasar
Ilmu Tanah. Laboratorium Ilmu Tanah Faperta UNIB. Bengkulu.
Titiek, Klami, dkk.
Hubungan Tanah, Air Dan Tanaman . Ikip semarang Press: Semarang.

No comments:
Post a Comment