LAPORAN PRAKTIKUM
KOMPETISI
GULMA
Oleh:
JEKY MIHARJA
NPM. E1J014144
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2018
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam suatu areal pertanaman,
kemunduran produksi merupakan hal yang sering terjadi. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kemunduran produksi adalah karena adanya gangguan gulma. Gulma
adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena
dapat merugikan dalam hal menurunkan hasil produksi yang bisa dicapai oleh
tanaman.
Gulma
dianggap sebagai tanaman penggangu karena merugikan tanaman budidaya atau tanaman
pokok. Salah satu bentuk gangguan tersebut adalah kompetisi dengan tanaman
budidaya. Adanya persaingan dengan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman
budidaya untuk berproduksi. Kompetisi antara gulma dan tanaman yang diusahakan
di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, ruang dan penerimaan
cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam
produksi baik kualitas maupun kuantitas.
1.2 Tujuan
Membandingkan pertumbuahan dan hasil
tanaman yang tumbuh dengan keadaan bebas gulma dan tanaman yang tumbuh bersama
gulma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya
dan palawija
yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini
memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan
berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia
menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai
dan kacang tanah.
Bagian
paling bernilai ekonomi adalah bijinya.
Biji kacang hijau direbus hingga lunak dan dimakan sebagai bubur atau dimakan langsung. Biji matang
yang digerus dan dijadikan sebagai isi onde-onde,
bakpau,
atau gandas turi.
Kecambah kacang hijau menjadi sayuran yang umum dimakan di kawasan Asia Timur
dan Asia Tenggara dan dikenal sebagai tauge.
Kacang hijau bila direbus cukup lama akan pecah dan pati
yang terkandung dalam bijinya akan keluar dan mengental, menjadi semacam bubur.
Tepung
biji kacang hijau, disebut di pasaran sebagai tepung hunkue,
digunakan dalam pembuatan kue-kue
dan cenderung membentuk gel
(Wikipedia, 2013).
Kacang
hijau (Vigna Radiata L) ialah tanaman kacang-kacangan yang telah lama
dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini memiliki kelebihan tersendiri bila
dibandingkan dengan tanaman kedelai dan kacang tanah, yaitu memiliki umur yang
relatif pendek (55-60 hari) dan tahan terhadap kekeringan. Selain itu di dalam
biji kacang hijau terkandung unsur yang diperlukan oleh tubuh manusia, seperti
protein, vitamin dan mineral. Sehubungan dengan hal tersebut, menyebabkan
permintaan terhadap biji kacang hijau terus meningkat sejalan dengan makin
meningkatnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap pemenuhan gizi. Oleh karena
itu agar jumlah permintaan dapat terimbangi dengan jumlah penyediaan, maka
hasil tanaman kacang hijau perlu ditingkatkan.
Kerapatan
tanaman menggambarkan banyaknya populasi per satuan luas lahan. Pada kerapatan
tinggi, permukaan tanah tertutup oleh vegetasi, sehingga peluang untuk
tumbuhnya gulma relatif rendah karena cahaya yang diterima oleh permukaan tanah
juga rendah. Namun dapat juga menciptakan kondisi lingkungan di sekitar tanaman
maupun di permukaan tanah dapat berakibat meningkatnya kelembaban. Sehingga
pada jenis gulma tertentu bahkan dapat meningkatkan pertumbuhannya.
Permasalahan lain yang akan muncul adalah kerapatan yang tinggi tersebut, akan
menimbulkan terjadinya persaingan di antara tanaman itu sendiri, baik dalam hal
cahaya, unsur hara, air, maupun ruang (spase) sehingga menyebabkan hasil per
individu tanaman rendah, walaupun per satuan luas lahan masih mengalami
peningkatan hingga batas tertentu (Yodi, 2011).
Jenisjenis
gulma dominan yang mengikuti tanaman kacangan seperti kacang tanah, kedelai,
dan kacang hijau adalah gulma daun lebar seperti Ageratum conyzoides L.,
Phyllanthus urinaria L., Cyanotis axillaris (L.) Sweet,
Lindernia viscosa (Hornem.) Bold., Synedrella nudiflora (L.)
Gaertn., dan Oldenlandia corymbosa L. yang semuanya merupakan
gulma semusim. Jenis-jenis tanaman kacangan dan jenis-jenis gulma daun lebar
tersebut merupakan tumbuhan yang mengikuti jalur fotosintesis C3. Penanaman dua
jenis tanaman yang berbeda secara tumpangsari (intercropping) selain dapat
menekan pertumbuhan gulma juga dapat merubah komposisi jenis gulma, yaitu jenis
gulma yang semula dominan pada pertanaman tunggal menjadi tidak dominan pada
pertanaman tumpangsari (Sujono, 2005).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Bahan dan alat: benih kacang hijau,
furadan, polybag ukuran 10 kg, cangkul, mistar, gembor, timbaagan dan oven.
3.2 Metode percobaan: tanaman
diperlakukan dengan cara ditanam dengan tanpa gulma dan tanaman ditanam dengan
keadaan dibiarkan dalam kondisi bergulma.
3.3 persiapan media tanam: polybag
ukuran 10kg disisi dengan tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang hingga
3 cm dari bibir polybag. Kemudian disusun dalm barisan masing-masing kelompok.
Tanah disiram dengan air hingga jenuh.
3.4 Penanaman dan pemeliharaan:
penanaman bebih 2 biji per polybag dengan cara ditugal, bersamaan dengan
penanaman ditaburkan karbofuran dengan dosis 2 kg per hektar. Selanjutnya
tanaman dipelihara, penyiraman dilakukan bila 2 hari tidak turun hujan.
Penyiangan gulma dilakukan pada pot perlakuan bebas gulma sedangkan pada pot
tanaman yang dibiarkan bergula tidak disiangi.
3.5 panen: pada saat panen tanaman dan
gulma dicabut dengan mula-mula polybag disobek dengan cutter agar akar tanaman
dan gulma todak terpotong. Kemudian bersihkan sisa tanah yang masih menempel.
Setelah diamati, brangkasan tanaman dan gulma di bungkus dengan kertas setelah
itu di oven dengan suhu 70oC sampai berat keringnya konstan.
3.6 pengamatan:
1. Tanaman:
pengamatan dilakukan seminggu sekali, variabel yang diamati adalah tinggi
tanaman, jumlah cabang dan jumlah daun, pengamatan dihentikan setelah bunga
muncul. Pengamatan setelah panen meliputi bobot kering tanaman dan polong,
jumlah polong.
2. Gulma:
gulma dikelompokkan per jenis dan duhitung jumlah dan dihitung jumlah individu
masing-masing jenis gulma, jumlah total individu, dan bobot kering gulma total.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
TANAMAN BERGULMA
Tinggi
tanaman (cm):
1. 1
MST = 7,9 cm
2. 2
MST = 9,5 cm
3. 3
MST = 10,1 cm
4. 4
MST = 11,5 cm
5. 5
MST = 14,3 cm
6. 6
MST = 16,9 cm
Jumlah
daun:
1. 1
MST = 3
2. 2
MST = 4
3. 3
MST = 4
4. 4
MST = 5
5. 5
MST = 5
6. 6
MST = 5
Jumlah
polong: 3 buah
Berat
basah tanaman: 6,42 g
Berat
kering tanaman: 2,1 g
·
Gulma daun sempit: 4 rumpun
Berat
kering: 7,5 g
·
Gulma daun lebar: 36 batang
Berat
kering: 40,3 g
TANAMAN TANPA GULMA
Tinggi
tanaman (cm):
1. 1
MST = 10,5 cm
2. 2
MST = 11,7 cm
3. 3
MST = 13,0 cm
4. 4
MST = 14,5 cm
5. 5
MST = 19,3 cm
6. 6
MST = 28,2 cm
Jumlah
daun:
1. 1
MST = 3
2. 2
MST = 4
3. 3
MST = 4
4. 4
MST = 5
5. 5
MST = 6
6. 6
MST = 7
Jumlah
polong: 6 buah
Berat
basah tanaman: 13,08 g
Berat
kering tanaman: 3,7 g
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam
percobaan yang telah dilakukan dan dari data yang diperoleh tampak jelas adanya
perbedaan antara tanaman yang tumbuh bebas gulma dengan tanaman yang tumbuh
bersama gulma, perbedaan tampak pada setiap variabel pengamatan yang meliputi
tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong dan berat brangkasan kering tanaman.
Gulma
dianggap sebagai tanaman penggangu karena merugikan tanaman budidaya atau tanaman
pokok. Salah satu bentuk gangguan tersebut adalah kompetisi dengan tanaman
budidaya. Adanya persaingan dengan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman
budidaya untuk berproduksi. Kompetisi antara gulma dan tanaman yang diusahakan
di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, ruang dan penerimaan
cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam
produksi baik kualitas maupun kuantitas.
Selain
kompetisi dalam hal ruang, air, cahaya dan unsur hara, gulma juga dapat memproduksi
alelopati. Alelopati berasaldari bahasa Yunani, allelon yang
berarti "satu sama lain" dan pathos yang berarti
"menderita". Alelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena alam
dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul yang
disebut alelokimia
ke lingkungan dan senyawa tersebut memengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan organisme lain di sekitarnya. Alelopati
terjadi pada sebagian tumbuhan dan dapat mengakibatkan tumbuhan di sekitar
penghasil alelopati pertumbuhannya menjadi terbambat atau bahkan mati.
Tanaman
yang rentan terhadap senyawa alelokimia dari gulma dapat mengalami gangguan
pada proses perkecambahan, pertumbuhan, serta perkembangannya. Perubahan
morfologis yang sering terjadi akibat paparan senyawa alelokimia adalah
perlambatan atau penghambatan perkecambahan biji, perpanjangan koleoptil,
radikula, tunas,
dan akar.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan:
1. Terbukti
bahwa gulma mempengaruhi dan menghambat pertumbuhan tanaman dapat dilihat dari
perbedaan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
2. Adanya
persaingan dengan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman budidaya untuk
berproduksi. Kompetisi antara gulma dan tanaman yang diusahakan di dalam
menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, ruang dan penerimaan cahaya
matahari untuk proses fotosintesis, selain itu sebagian gulma dapat memproduksi
alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Yodi, Ridlo. 2011. Kajian tentang
kompetisi kacang hijau terhadap gulma pada berbagai kerapatan. http://elibrary.ub.ac.id/handle/123456789/32389.
Di
akses 25 Mei
2013.
Soejono, A.T., 2005. Tumpangsari tebu
lahan kering dengan beberapa jenis tanaman palawija kaitannya dengan
pertumbuhan gulma dan hasil tanaman. Universitas Gadjah Mada, Disertasi.

No comments:
Post a Comment